commit to user 24
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Fungsi PPAT Dalam Pelaksanan UU NO 20 Tahun 2000 Tentang
BPHTB Pada Jual Beli
1. Peran PPAT Dalam Jual Beli Tanah Dan Bangunan
Untuk  menjamin  kepastian  hukum  dibidang  pertanahan  khususnya tentang  kepemilikan  hak  atas  tanah  yang  dimiliki  seseorang  atau  badan
hukum,  maka  kegiatan  pendaftaran  tanah  menjadi  penting  dan  mutlak dilaksanakan. Hal ini menjadi dasar dalam Pasal 19 UUPA yang menghendaki
diselenggarakannya  pendaftaran  tanah  guna  menjamin  kepastian  hukum pemilikan hak atas tanah.
Peran  PPAT  sangatlah  penting,  dalam  pelaksanaan  administrasi pertanahan  data  pendaftaran  tanah  yang  tercatat  di  Kantor  Pertanahan  harus
selalu  sesuai  dengan  keadaan  yang  sebenarnya,  baik  menyangkut  data  fisik mengenai  tanahnya:  lokakasinya,  batas-batasnya,  luasnya  bangunan  dan
tanaman  yang  ada  diatasnya,  maupun  mengenai  hubungan  hukum  yang menyanngkut  bidang  tanah  itu  atau  data  yuridisnya  mengenai  hak  :  haknya
apa, siapa pemegang haknya,dan ada tidaknya pihak lain. PPAT  adalah  pejabat  yang  berwewenang  membuat  akta  daripada
perjanjian-perjanjian  yang  bermaksud  memindahkan  hak  atas  tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam
uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan sebagaimana dimaksud dalam PP No 10 Tahun 1961.
Menurut  ketentuan  di  dalam  Peraturan  Pemerintah  Nomor  24  Tahun 1997, peralihan hak hanya dapat terjadi apabila dibuktikan dengan akta PPAT,
kemudian  dalam  UUPA  sendiri  disebutkan  PPAT  sebagai  pejabat  yang berfungsi  membuat  akta  yang  bermaksud  memindhkan  hak  atas  tanah,
memberikan  hak  baru  atau  membebankan  hak  atas  tanah  dan  kemudian ditegaskan  lagi  dalam  Undang-Undang  Nomor  4  Tahun  1996  tentang  hak
24
commit to user 25
tanggungan  atas  tanah  beserta  benda-benda  yaitu  Pejabat  Umum  yang berwewenang membuat akta pemindahan hak atas tanah pembebanan hak atas
tanah,  akta-akta  lainnya  yang  diatur  dengan  peraturan  Perundang-Undangan yang  berlaku  dan  membantu  Kepala  Kantor  Pertanahan  dalam  melaksanakan
pendaftaran  tanah  dengan  membuat  akta-akta  yang  dijadikan  dasar pendaftaran  perubahan  data  pendaftran  tanah.  Dan  yang  terakhir  mampu
meningkatkan  sumber  penerimaan  Negara  dari  pajak,  PPAT  bereperan  besar dalam  memeriksa  telah  dibayarnya  Pajak  Penghasilan  PPh  dari  penghasilan
akibat pemindahan hak atas tanah dan Bea Perolehan Hak Atas dan Bangunan sebelum membuat akta.
Sejak  berlakunya  Peraturan  Pemerintah  Nomor  24  Tahun  1997,  maka segala  perbuatan  hukum  yang  berkenan  dengan  obyek,  berupa  tanah,  harus
dilakukan  dengan  Akta  otentik  yaitu  dibuat  oleh  danatau  dihadapan  Pejabat Pembuat  Akta  Tanah  dan  dengan  menggunakan  Formulir  yang  dibuat  dalam
bentuk  yang  telah  baku.  Pasal  1868  BW  menegaskan  bahwa  Akta  Otentik ialah  suatu  akta  yang  didalam  bentuk  yang  ditentukan  oleh  undang-undang
dibuat  oleh  atau  dihadapan  pegawai-pegawai  umum  yang  berkuasa  untuk  itu ditempat dimana akta dibuatnya. Substansi akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
adalah  merupakan  alat  bukti  yang  menjamin  kebenaran  suatu  transaksi  atas tanah yaitu baik kebenaran tanggal maupun atas subyek hukumnya.
Dalam  rangka  penyelenggaraan  pendaftaran  tanah  maka  pelaksanaan pendaftaran  tanah  dilakukan  oleh  Kepala  Kantor  Pertananan  yang
menggunakan  akta  oleh  PPAT  sebagai  dasar  untuk  melakukan  pencatatan dalam buku tanah, meskipun demikian Akta PPAT merupakan alat bukti yang
diharuskan  oleh  Peraturan  Perundang-undangan  sehubungan  dengan  adanya suatu transaksi yang merefleksikan adanya perjanjian diantara pars pihak yang
mengadakan perjanjian tersebut. Dalam  rangka  penyelenggaraan  pendaftaran  peralihan  hak  atas  tanah
maka  pelaksanaan  pendaftaran  peralihan  hak  atas  tanah  yang  dilakukan  oleh Kepala  Pertanahan  dalam  prakteknya  menggunakan  akta  yang  dibuat  oleh
PPAT.  Karena  tanpa  adanya  akta  PPAT,  kepentingan  dari  pihak  ketiga
commit to user 26
maupun  Badan  Pertanahan  Nasional  sendiripun  tidak  dapat  dilakukan. Mengingat  akta  PPAT  merupakan  bukti  yang  diharuskan  oleh  Perundang-
undangan  sehubungan  dengan  adanya  suatu  perjanjian  diantara  para  pihak yang melakukan perjanjian tersebut. Ini merupakan salah satu tugas dari PPAT
untuk membantu Kepala Kantor Pertanahan. Jual-beli,  tukar-menukar,  hibah,  pemberian  dan  pemasukan  dalam
perusahaan,  demikian  juga  pelaksanaan  hibah-wasiat,  dilakukan  oleh  para pihak  dihadapan  Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  PPAT,  yang  bertugas
membuat aktanya. Dengan dilakukannya perbuatan hukum yang bersangkutan dihadapan  Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  dan  dipenuhi  syarat  terangbukan
perbuatan  hukum  gelap,  yang  dilakukan  secara  sembunyi-sembunyi.  Akta yang  ditandatangani  para  pihak  menunjukkan  secara  nyata  atau  “riil”
perbuatan hukum jual-beli yang dilakukan. Dengan demikian ketiga sifat jual- beli  yaitu  tunai,terang  dan  riil,  dipenuhi.  Akta  tersebut  membuktikan,  bahwa
benar telah dilakukan perbuatan hukum yang bersangkutan. Karena perbuatan hukum yang dilakukan merupakan pemindahan hak, maka akta tersebut secara
implicit  juga  membuktikan,  bahwa  penerima  hak  sudah  menjadi  pemegang haknya yang baru.
Dalam  skripsi  ini  yang  akan  penulis  bahas  yaitu  dalam  masalah  jual
beli.  Jual  beli  tanah  merupakan  hal  yang  sering  terjadi  dalam  kehidupan
sehari-hari  di  masyarakat.  Apabila  antara  penjual  dan  pembeli  sudah bersepakat  untuk  melakukan  jual  beli  tanah  terhadap  tanah  yang  sudah
bersertifikat Jual beli merupakan peralihan hak yang paling sering terjadi dilakukan
oleh  masyarakat  daripada  peralihan  hak  lainnya.  Jaul  beli  adalah  suatu perjanjian  timbal  balik  dalam  mana  pihak  yang  satu  penjual  berjanji  untuk
menyerahkan  hak  milik  atas  suatu  barang,  sedang  pihak  lainnya  pembeli berjanji  untuk  membayar  harga  yang  terdiri  dari  sejumlah  uang  sebagai
imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
commit to user 27
Menurut hukum barat yang pengaturannya terdapat dalam KUHP, jual- beli  adalah  suatu  perjanjian  dengan  mana  fihak  yang  satu  penjual
mengikatkan  dirinya  untuk  menyerahkan  hak  milik  atas  suatu  bennda  dan fihak yang lain pembeli untuk membayar harga yang telah dijanjikan pasal
1457. Pengertian  jual-beli  yang  disebutkan  oleh  pasal  1457  KUHPerdata,
yaitu  :  suatu  persetujuan,  dengan  mana  pihak  yang  satu  mengikatkan  dirinya untuk  menyerahkan  suatu  kebendaan  dan  pihak  yang  lain  untuk  membayar
harga yang telah di janjikan. Dengan  terjadinya  jual-beli  itu  saja  hak  milik  atas  benda  yang
bersangkutan  belumlah  beralih  kepada  pembelinya,  sungguhpun  misalnya harganya  sudah  dijual  dan  kalau  jual-beli  tersebut  mengenai  tanah,  tanahnya
sudah diserahkan kedalam kekuasaan yang membeli. Hak  milik  atas  tanah  tersebut  baru  beralih  kepada  pembelinya,  jika
telah  dilakukan  apa  yang  disebut  “penyerahan  yuridis”juridische  levering, yang  wajib diselenggarakan dengan pembuatan  akta dimuka dan oleh Kepala
Kantor  Pendaftaran  Tanah.Beralihnya  hak  milik  atas  tanah  yang  dibeli  itu hnaya  dapat  dibuktikan  dengan  akta  tersebut.  Perbuatan  hukum  itu  lazim
disebut  “balik-nama”terjmhan  dari  overschrijving,  aktanya  disebut  “akta balik nama” dan pejabatnya “pejabat balik nama”
Untuk  sekarang  apabila  ingin  membalik  nama  harus  ditingkatkan menjadi  Akta  Jual  Beli  yang  dikeluarkan  oleh  Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah.
Selain itu untuk jual beli hak atas tanah yang tidak dibuat dengan Akta PPAT, maka  yang  sering  dilakukan  dengan  membuat  perjanjian  dimana  dibuat
dibawah tangan antara para pihak itu sendiri yaitu pihak pembeli dengan pihak penjual,  dan  dihadiri  oleh  saksi  minimal  2  dua orang.  Dan  untuk  menjamin
dan  keabsahan  dari  perjanjian  itu  biasanya  dalam  perjanjian  itu  dibuat  diatas kertas  bermaterai  secukupnya  sehingga  perjanjian  dibawah  tangan  tersebut
dapat dikatakan sah. Dalam  transaksi  jual  beli  tanah  danatau  bangunan,  pihak  penjual
maupun pembeli dikenakan pajak. Peraturan perundangan  yang mengatur hal
commit to user 28
ini  antara  lain  :  untuk  penjual  dikenai  Undang-Undang  Pajak  Penghasilan yaitu  Undang-Undang  Nomor  17  Tahun  2000  dan  lebih  lanjut  Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999, sedangkan pihak pembeli dikenai Undang- Undang  Nomor  20  Tahun  2000.  Dalam  transaksi  jual  beli  tanah  danatau
bangunan tersebut, diperlukan seorang PPAT untuk membuat aktanya, hal ini sesuai  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  24  Tahun  1997  tentang
Pendaftaran Tanah di Indonesia Pasal 1 ayat 24. Peraturan perundangan yang mengatur  tentang  pajak  atas  transaksi  jual  beli  tanah  danatau  bangunan  baik
untuk  pembeli  maupun  penjual  mensyaratkan  PPAT  hanya  dapat menandatangani  akta  pemindahan  hak  atas  tanah  dan  atau  bangunan  setelah
wajib pajak membayar pajaknya. Baik undang-undang yang berkaitan dengan PPh maupun BPHTB keduanya menganut sistem self assessment dimana para
wajib  pajak  dipercaya  untuk  menghitung,  menyetor,  dan  melaporkan  pajak masing-masing.
Dalam  pelaksanaan  jual-beli  tanah,  hak  atas  tanah  diserahkan  dari penjual  kepada  pembeli  setelah  adanya  pembayaran  harga  tanah.  Pengalihan
tanah  dari  penjual  kepada  pembeli  tersebut  harus  disertai  dengan  penyerahan yuridis,  yaitu  penyerahan  yang  harus  memenuhi  formalitas  Undang-undang.
Menurut  penulis,  kewajiban  menyerahkan  surat  bukti  milik  atas  tanah  yang dijual  sangat  penting,  seperti  disebutkan  dalam  Pasal  1482  Kitab  Undang-
Undang  Hukum  Perdata,  bahwa  kewajiban  menyerahkan  suatu  barang meliputi  segala  sesuatu  yang  menjadi  perlengkapannya  serta  dimaksudkan
bagi pemakaiannya yang tetap, beserta surat-surat bukti milik. Pada  waktu  dilakukan  penyerahan  yuridis  itu,  baik  pembeli  maupun
penjual  kedua-duanya  wajib  hadir.  Biasanya  penjual  perjanjian  jual-beli  itu. Penjual dan pembeli datang kekantor PPAT yang berwewenang membuat akta
mengenai tanah yang dijual. Mereka dapat diwakili oleh seorang kuasa. Jual  beli  adalah  suatu  persetujuan  denagan  mana  pihak  yang  satu
mengikatkan  dirinya  untuk  menyerahkan  suatu  kebendaan,  dan  pihak  yang lain  untuk  membayar  harga  yang  telah  dijanjikan”  demikian  rumusan  pasal
1457 KUHPer. Jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian  yang melahirkan
commit to user 29
kewajiban  atau  perikatan  untuk  memberikan  sesuatu,  yang  dalam  hal  ini terwujud  dalam  bentuk  penyerahan  kebendaan  yang  dijual  oleh  penjual,  dan
penyerahan uang oleh pembeli kepada penjualwidjaja,gunawan,2003:7 Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam melaksanakan tugasnya membuat
akta  jual  beli  tanah  dilakukan  dikantornya,  dengan  dihadiri  oleh  para  pihak yang  melakukan  perbuatan  hukum  yang  bersangkutan  atau  orang  yang
dikuasakan  olehnya  dengan  surat  kuasa  tertulis.  Apabila  salah  satu  pihak dalam  melakukan  perbuatan  hukum  atau  kuasanya  tidak  dapat  datang  di
kantor PPAT karena alasan yang sah, maka PPAT dapat membuat akta diluar kantornya  yang  masih  dalam  wilayah  kerjanya,  dengan  ketentuan  pada  saat
pembuatan  aktanya  para  pihak  harus  hadir  dihadapan  PPAT  ditempat pembuatan akta yang telah disepakati.
Untuk  pemenuhan  sifat  otentik  dari  akta,  pembacaan  akta  dilakukan sendiri  oleh  PPAT.  Penandatanganan  para  pihak,  saksi-saksi,  dan  oleh  PPAT
dilakukan  segera  setelah  akta  dibacakan.  Akta  PPAT  merupakan  salah  satu sumber  data  bagi  pemeliharaaan  data  pendaftaran  tanah.  Maka  wajib  dibuat
sedemikian  rupasehingga  dapat  dijadikan  dasar  yang  kuat  untuk  pendaftaran pemindahan dan pembebanan hak yang bersangkutan.
Oleh  karena  itu  PPAT  bertanggung  jawab  untuk  memeriksa  syarat- syarat  untuk  sah-nya  perbuatan  hukum  yang  bersangkutan.  Perbuatan  hukum
pemindahan  hak  dalam  hukum  tanah  nasional  memakai  dasar  hukum  adat, yang  sifatnya  tunai,  dengan  dilakukan  perbuatan  hukum  yang  bersangkutan
hak  atas  tanah  menjadi  objek  berpindah  kepada  penerima  hak.  Pemindahan hak-nya  hanya  dapat  didaftarkan  jika  dibuktikan  dengan  akta  PPAT.  Dengan
demikian  akta  PPAT  merupakan  syarat  bagi  pendaftaran  pemindahan  hak. Fungsi  akta  PPAT  yang  dibuat  adalah  sebagai  bukti,  bahwa  benar  telah
dilakukan perbuatan hukum yang bersangkutan. Dan karena perbuatan hukum itu  sifatnya  tunai,  sekaligus  membuktikan  berpindahnya  hak  atas  tanah  yang
bersangkutan kepada penerima hak. Karena data pada PPAT sifatnya tertutup untuk  umum,  pembuktian  mengenai  berpindahnya  hak  tersebut  berlakunya
terbatas pada para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan
commit to user 30
dan  para  ahli  waris  serta  orang-orang  yang  diberi  hak  oleh  mereka.  Setelah didaftarkan baru diperoleh alat bukti  yang mempunyai kekuatan hukum  yang
berlaku juga terhadap pihak ketiga, karena data pendaftaran tanah pada kantor pertanahan  bersifat  terbuka  untuk  umum.  Selain  diperoleh  alat  bukti  berupa
catatan  dalam  buku  tanah  dengan  daya  pembuktian  yang  lebih  luas  daripada akta  PPAT,  dengan  didaftarkannya  pemindahan  hak  yang  bersangkutan
diperoleh juga alat pembuktian yang kuat yaitu berupa sertifikat hak atas tanah atas nama penerima hak.
Akta  yang  dibuat  PPAT  merupakan  salah  satu  sumber  data  bagi pemeliharaan  data  pendaftaran  tanah.  Maka  wajib  dibuat  sedemikian  rupa
sehingga  dapat  dijadikan  dasar  yang  kuat  untuk  pendaftaran  pemindahan  dan pembebanan  hak  yang  bersangkutan.  Oleh  karena  itu  PPAT  dan  PPAT
Sementara  berkewajiban  untuk  memeriksa  persyaratan  jual-beli  tanah  untuk sahnya  perbuatan  hukum  yang  bersangkutan.  Syarat  jaul-beli  tanah  ada  dua,
yaitu syarat materiil dan sayat formil. Syarat yang diteliti, yaitu :
1.   Syarat materiil Syarat  materiil  sangat  menentukan  akan  sahnya  jual  beli  tanah
tersebut, antara lain : a.
Penjual adalah pihak yang berhak menjual tanah. Pemegang sah dari hak atas tanah yang dijual atau pemilik, adalah
yang  berhak  menjual  suatu  bidang  tanah,  apabila  subyek  hukumnya adalah orang. Dalam hal, hak milik atas tanah terdapat lebih dari satu
pemilik,  maka  yang  berhak  menjual  adalah  mereka  yang  memiliki tanah  tersebut  secara  bersama-sama,  dilarang  dijual  oleh  satu  orang
saja.  Pemilikan  bersama  hak  milik  atas  tanah  itu  biasanya  terjadi karena  pewarisan  atau  dahulu  pernah  membeli  secara  patungan  atau
bersama-sama, atau juga karena pernah diperoleh secara bersama-sama secara hibah.
commit to user 31
Tanah  yang  dijadikan  obyek  jual  beli  diperoleh  selama perkawinan,  sesuai  Pasal  35  Unadang-Undang  Nomor  1  Tahun  1974
tentang  perkawinan,  disebut  harta  bersama  atau  harta  gono-gini  maka hanya  boleh  dijual  oleh  suami  dan  isteri  bersama-sama  atau  atas
persetujuan bersama. Demikian pula kalau tanah itu dibeli oleh suami dengan  menggunakan  pendapatannya,  maka  tanah  itu  adalah  harta
bersamanya  dengan  isterinya  yang  dapat  dijual  oleh  keduanya.  Oleh karena itu, suami atau isteri harus hadir dan bertindak sebagai penjual,
seandainya  suami  atau  istri  tidak  dapat  hadir  maka  harus  dibuat  surat bukti  secara  tertulis  yang  menyatakan  bahwa  suami  atau  istri
menyetujui untuk menjual. Kecuali harta bawaan sudah ada sejak sebelum berkeluarga atau
hibah  atau  warisan  yang  diperoleh  selama  perkawinan  adalah  milik yang  mempunyai  seorang  diri,  jadi  apabila  akan  menjual  tanah
tersebut dapat dilakukan tanpa persetujuan bersama. Pihak  sebagai  penjual  harus  memenuhi  syarat  tertentu,  yakni
cakap  untuk  melakukan  perbuatan  hukum  jual-beli  tanah,  yaitu  usia harus  dewasa  21  tahun  menurut  Kitab  Undang-Undang  Hukum
PerdataBW, atau 17 tahun menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.  Jadi  apabila  seseorang  yang  berumur  18-20  tahun  yang  belum
menikah,  dianggap  belum  dewasa  sehingga  dikatakan  belum  cakap melakukan  jual  beli  tanah,  dan  apabila  seseorang  tersebut  masih
berumur  17  tahun  tetapi  sudah  menikah  dianggap  sudah  dewasa  dan dikatakan sudah cakap melakukan jual beli tanah.
Syarat  sebagai pihak sebagai penjual, apabila : 1
Anak  berumur  18  tahun  dan  belum  menikah,  berarti  tidak berwewenang melakukan jual-beli tanah, walaupun ia yang berhak
atas  tanah  itu.  Jual  beli  tanah  dapat  terlaksana,  apabila  yang berindak adalah ayahibu atau keduanya dari anak tersebut sebagai
orang  yang  melakukan  kekuasaan  orang  tua.  Jika  orang  tuanya
commit to user 32
sudah  meninggal  dunia,  dan  kepentingan  anak  itu  menghendaki maka jual beli tanah dilakukan dibawah perwalian.
2 Sebidang  tanah  dalam  sertifikat  atas  nama  isterinya,  sedangkan
tanah tersebut adalah harta bersama dengan suaminya, maka isteri tidak  berwewenang  menjual  tanah  tersebut  secara  sendiri,
melainkan  bersama-sama  dengan  suaminya,  atau  suaminya memberi  persetujuan  tertulis  kepada  isteri  untuk  melakukan  jual
beli rumah. 3
Sebidang  tanah  tercatat  atas  nama  X,  tetapi  ia  tunduk  pada  Kitab Undang-Undang  Hukum  Perdata  dan  sedang  berada  di  bawah
pengampuan,  maka  yang  berwewenang  menjual  tanah  tersebut adalah pengampu si X, tetapi harus ada izin dari Ketua Pengadilan
Negeri.
Dalam  hal  subyek  hukum  adalah  Badan  Hukum,  maka  jual  beli tanah  harus  diwakili  oleh  pengurus  yang  ditunjuk  dan  berwewenang
bertindak untuk dan atas nama Badan Hukum tersebut, dengan persetujuan KomisarisPengawas  atau  pengurus  lain  sesuai  dengan  Anggaran  Dasar
Badab  Hukum  yang  bersangkutan.  Apabila  menjual  sebagian  besar kekayaan  perseroan  harus  dengan  perstujuan  Rapat  Umum  Pemegang
Saham  RUPS,  sebagaimana  diatur  dalam  Undang-Undang  Nomor  1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terabatas.
Pejual  dapat  diwakili  oleh  kuasanya,  yang  mana  harus  dengan surat khusus yang ditandatangani oleh pihak penjual. Sipenerima kuasa ini
dapat  bertindak  selaku  penjual  dalam  transaksi  jual  beli  tanah  sesuai dengan kewenangannya dalam surat kuasa tersebut.
b. Pembeli adalah pihak yang diperkenankan membeli tanah.
Pembeli  sebagai  penerima  hak  harus  memenuhi  syarat  untuk memiliki  tanah  yang  akan  dibelinya.  Menurut  UUPA,  yang  dapat
mempunyai  hak  milik  atas  tanah  hanya  Warga  Negara  Indonesia
commit to user 33
tunggal  dan  badan-badan  hukum  yang  ditetapkan  oleh  pemerintah yakni  badan-badan  hukum  yang  bergerak  dibidang  social  dan
keagamaan pasal
21 UUPA.
Jika pembeli
mempunyai kewarganegaraan asing disamping kewarganegaraan indonesianya atau
kepada  suatu  badan  hukum  yang  tidak  dikecualikan  oleh  pemerintah, maka  jual  beli  tersebut  batal  karena  hukum,  dan  tanah  jatuh  pada
negara Pasal 26 ayat 2UUPA. Dalam hal ini, pembeli atau calon penerima hak, harus membuat
pernyataan yang menyatakan: 1
Bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi  pemegang  hak  atas  tanah  yang  melebihi  ketentuan
maksimum  penguasaan  tanah  menurut  ketentuan  maksimum penguasaan  tanah  menurut  ketentuan  perundang-undangan  yang
berlaku. 2
Bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi  pemegang  hak  atas  tanah  absentee  guntai  menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3
Bahwa  yang  bersangkutan  menyadari  bahwa  apabila  pernyataan yang telah dibeikan tidak benar, maka tanah kelebihan atau tanah
absentee guntai tersebut menjadi obyek landenform. 4
Bahwa  yang  bersangkutan  bersedia  menanggung  semua  akibat hukumannya,  apabila  pernyataan  yang  telah  diberikan  tidak
benar.
Pernyataan  yang  diberikan  oleh  pembeli  atau  calon  penerima  hak tersebut,  dalam  praktik  hanya  formalitas  saja.  Jadi,  dalam  praktik,  PPAT
tidak  perlu  meminta  bukti  bahwa  pembeli  tidak  menjadi  pemegang  hak atas tanah yang melebihi ketetntuan maksimum penguasaan tanah. Apbila
waktu  pendaftaran  tanah,  si  pembeli  atau  calon  penerima  hak  tersebut ketahuan  memiliki  tanah  yang  melebihi  ketentuan  maksimum  atau
commit to user 34
memiliki  lebih  dari  5  sertifikat  tanah,  hanya  dikenakan  biaya  oleh BPNKantor Pertanahan.
Ditinjau dari beberapa segi dan demi kepastian hukum serta untuk menjatuhkan kemelut hukum, maka Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT
harus  menolak  pembuatan  akta  dan  diberitahukan  secara  tertulis  kepda pihak-pihak yang bersangkutan disertai alasannya, apabila :
1 Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan
rumah  susun,  kepadanya  tidak  disampaikan  sertifikat  asli  hak  yang bersangkutan  atau  sertifikat  yang  diserahkan  tidak  sesuai  dengan
daftar-daftar  yang  ada  di  Kantor  Pertanahan  melanggar  hal  tersebut kemungkinan PPAT akan menghadapi masalah dikemudian hari.
2 Mengenai  bidang  tanah  yang  belum  terdaftar,  kepadanya  tidak
disampaikan  surat  bukti  hak  atau  surat  keterangan  Kepala DesaKelurahan  yang  menyatakan  bahwa  bersangkutan  menguasai
bidang  tanah  tersebut,  surat  keterangan  yang  menyatakan  bahwa bidang  tanah  yang  bersangkutan  yang  belum  bersertifikat  dari  Kantor
Pertanahan,  atau  untuk  tanah  yang  terletak  di  daerah  yang  jauh  dari kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak  yang bersangkutan
dengan dikuatkan oleh Kepala DesaKelurahan. 3
Obyek  perbuatan  hukum  yang  bersangkutan  mengenai  data  fisik  dan atau  data  yuridisnya  sedang  disengketakan  oleh  orang  atau  badan
hukum baik sudah berada dalam tangan penegak hukum maupun yang belum.
4 Untuk  perbuatan  hukum  yang  akan  dilakukan  belum  diperoleh  izin
Pejabat  atau  instansi  yang  berwewenang,  apabila  izin  tersebut diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5 Hak atas tanah dibebani hak tanggungan hipotikCredietverband jika
tidak ada kesepakatan sebelumnya dengan pihak kreditur. 6
Hak atas tanah dikuasai negara. 7
Tanah-tanah yang dijadikan lokasi transmigrasi.
commit to user 35
8 Tanah-tanah  yang  dicadangkan  untuk  tujuan  suatu  proyek,  terutama
proyek vital. 9
Bidang tanah hak yang terletak di luar wilayah kerja Pejabat tersebut. 10  Tanah wakaf karena sesuai Hukum Islam bahwa suatu tanah yangtelah
diwakafkan tidak dapat dirubah lagi peruntukkannyapenggunannya. 11
Tanah gadai kecuali dapat diselesaikan sebelumnya dengan pemegang gadai
Syarat  materiil  tersebut  harus  dipenuhi,  apbila  salah  satu  syarat materiil  tidak  dipenuhi,  dalam  arti  penjual  bukan  merupakan  orang  yang
berhak  atas  tanah  yang  dijualnya,  atau  pembeli  tidak  memenuhi  syarat  untuk menjadi  pemilik  hak  atas  tanah,  atau  tanah  yang  diperjual  belikan  sedang
dalam sengketa atau merupakan tanah yang tidak boleh diperjualeblikan, maka jual beli tanah tersebut adalah tidak sah.
2.   Syarat Formil Untuk tanah yang bersertifikat, meliputi :
a. Data tanah, terdiri dari:
1 Sertifikat tanah asli.
Sertifikat  tanah  asli  digunakan  untuk  penegecekan  dan  balik nama.
2 Bukti telah membayar Pajak Bumi dan Bangunan PBB.
Yang  diperlukan  adalah  Pajak  Bumi  dan  Bangunan  5  tahun terakhir berikut Surat Tanda Terima Setoran.
3 Surat  setoran  BPHTB  Surat  Setoran  Bea  Perolehan  Hak  Atas
Tanah dan Bangunan. Bea  Perolehan  Hak  Atas  Tanah  dan  Bangunan  adalah
pajak  yang  dikenakan  atas  perolehan  hak  atas  tanah  dan  atau bangunan  bagi  orang  pribadi  atau  badan  hukum  sebesar  5
lima  persen  dari  Nilai  Perolehan  Obyek  Kena  Pajak  untuk jual  beli  adalah  harga  transaksiharga  jual  dengan  nilai
commit to user 36
Perolehan Obyek Tidak Kena Pajak. Nilai jual yang tidak kena pajak,  setiap  Dati  11  berbeda-beda.  Untuk  wilayah  surakarta,
nilai  yang  tidak  kena  pajak  adalah  Rp.  20.000.000,00  dua puluh juta rupiah.
Misal  NJOP  Tanah  sebesar  Rp.  65.000.000,oo berlokasi  di  kecamatan  pasar  kliwon  wilayah  surakarta.  Nilai
yang tidak
kena pajak
diwilayah tersebut
adalah Rp.20.000.000,00.  Jadi  BPHTB  adalah  {NJOP  harga  jual-
nilai  tidak  kena  pajak  }  x  5  =  {Rp.65.000.000,00-Rp. 20.000.000,00}x
5= Rp.45.000.000,00
x 5
= Rp.2.250.000,00
4 Surat Setoran PPh Surat Setoran Pajak Penghasilan.
Apabila harga jual tanah di atas Rp 65.000.000,00 enam puluh lima  juta  rupiah  di  Bank  atau  Kantor  Pos.  Perhitungannya
adalah  NJOP  harga  jual  x  5.  Apabila  harga  jual  tersebut kurang dari Rp 65.000.000,00 tidak kena pajak.
Apabila  sudah  tercapai  kesepakatan  harga  antara  anda  dan  pembeli  maka pertama tama datang ke kantor PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk minta
dibuatkan Akta Jual Beli AJB. PPAT adalah Pejabat Umum yang diangkat oleh Kepala  Badan  Pertanahan  Nasional  yang  tugasnya  adalah  membuat  Akta,  yang
menjadi bukti telah dilakukannya perbuatan hukum Peralihan Hak atas Tanah dari Penjual ke Pembeli.
Sebelum  PPAT  membuat  AJB,  maka  PPAT  akan  memeriksa  terlebih dahulu Sertipikat ke Kantor Pertanahan guna mengetahui
a. Apakah Sertipikat tersebut asli b. Apakah Sertipikat tersebut sedang dijaminkan atau tidak
c. Apakah sertifikat tersebut sedang dalam sengketa atau tidak. Akta  Jual  Beli  AJB  ini  adalah  media  bagi  Kantor  Pertanahan    BPN
untuk  membalik  nama  sertipikat  ke  nama  pembeli  .Adapun  syarat  syarat  yang akan diminta oleh PPAT untuk dilengkapi adalah :
commit to user 37
Pihak Penjual membawa : -   Asli Sertifikat hak atas tanah yang akan dijual.
-   Kartu Tanda Penduduk. -   KTP Pemilik suami - istri bagi yang sudah menikah
-   Bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan10 Tahun Terakhir -   Surat Persetujuan SuamiIsteri bagi yang sudah berkeluarga.
-   Kartu Keluarga. -   bukti pembayaran PBB 10 tahun terakhir
-   Akta Nikah Surat Nikah bagi yang sudah menikah -  Jika  Suamiisteri  penjual  meninggal  maka  yang  harus  dibawa  adalah  Akte
Kematian. Sedangkan pihak calon pembeli membawa :
-  Kartu Tanda Penduduk. -  Kartu Keluarga.
-  NPWP Apabila suatu badan hukum misalnya PT atau Yayasan, apbila akan menjual
atau membeli tanah harus membawa syarat-syarat antara lain : 1.
Copy KTP Direksi  Komisaris yang mewakilli. 2.
Copy  Anggaran  Dasar  lengkap  berikut  pengesahannya  dari  Menteri Kehakiman dan HAM RI.
3. Rapat  Umum  Pemegang  Saham  PT  untuk  menjual  atau  Surat  Pernyataan
sebagian kecil aset tersebut. Apabila  data-data  tersebut  sudah  lengkap  kemudian  dicocokkan,  setelah  itu
semmuanya  difotocopy  dan  dilegalisir  sesuai  aslinya  oleh  PPAT  kemudian dikembalikkan  lagi  kepada  yang  berkepentingan,  tetapi  untuk  sertifikat  tidak
difotocopy. Dan Sebelum dilakukan pembuatan Akta Jual Beli AJB juga Pembeli dan
Penjual berkewajiban membayar : Bagi Penjual:
Membayar Pajak Penghasilan PPh sebesar 5 x nilai jual jika nilai jual diatas Rp. 60.000.000
commit to user 38
Bagi Pembeli : Membayar BPHTB Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebesar 5 x
nilai jual - Rp. 30.000.000,- Setelah kesemuanya lengkap, barulah PPAT akan mempersilahkan pihak penjual
dan pihak Pembeli menandatangani Akta Jual Beli. Dalam  Pembuatan  Akta  Jual  Beli,  Pembuatan  akta  harus  dihadiri  oleh
penjual  dan  calon  pembeli  atau  orang  yang  diberi  kuasa  dengan  surat  kuasa tertulis. Pembuatan akta harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.
Pejabat pembuat Akta Tanah membacakan akta dan menjelaskan mengenai isi dan aksud pembuatan akta. Bila isi akta telah disetujui oleh penjual dan calon pembeli
maka  akta  ditandatangani  oleh  penjual,  calon  pembeli,  saksi-saksi  dan  Pejabat Pembuat  Akte  Tanah.  Akta  dibuat  dua  lembar  asli,  satu  lembar  disimpan  di
Kantor  PPAT  dan  satu  lembar  lainnya  disampaikan  ke  Kantor  Pertanahan  untuk keperluan pendaftaran balik nama. Kepada penjual dan pembeli masing-masing
diberikan salinannya. Sebagaimana diatur dalam pasal 24 Perturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
1998 tata cara pembuatan akta PPAT diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai  pendaftaran  tanah.  Hal  ini  disebabkan  oleh  karena  akta  PPAT  tersebut
akan  dipergunakan  sebagai  bukti  otentik  mengenai  perbuatan  hukum  yang mengakibatkan  perubahan  data  yuridis  pendaftaran  tanah.  Dalam  peraturan  ini
ditekankan  beberapa  aspek  dari  perbuatan  hukum  tersebut  yang  kejelasannya menjadi tanggung jawab PPAT, yaitu :
a. mengenai  kebenaran  dari  kejadian  yang  termuat  dalam  akta,  misalnya
mengenai  jenis  perbuatan  hukum  yang  dimaksud  oleh  para  pihak  mengenai sudah dilakukannya pembayaran dalam jual beli dan lain sebagainya;
b. mengenai obyek perbuatan hukum, baik data fisik maupun data yuridisnya;
c. mengenai  identitas  para  penghadap  yang  merupakan  pihak-pihak  yang
melakukan perbuatan hukum.
commit to user 39
2. Peran PPAT Dalam Pelaksanaan UU NO 20 Tahun 2000 Tentang