eutrifikasi air. Keasaman air juga mempengaruhi kelimpahan fitoplankton Monk, et al, 2000, hlm: 174.
Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang akan mempengaruhi tingkatan trofik
perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi plankton sendiri dipengaruhi terutama oleh perubahan berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi populasi plankton
adalah ketersedian nutrisi di suatu perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebabkan terjadinya ledakan
populasi fitoplankton dan proses ini akan menyebabkan terjadinya eutrifikasi yang dapat menurunkan kualitas perairan Barus. 2004, hlm: 31.
Zooplankton yang merupakan plankton yang bersifat hewani sangat beraneka ragam dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun dari
sudut ekologi, hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting yaitu subklas kopepoda. Kopepoda ialah Crustaceae holoplanktonik berukuran kecil yang
mendominasi zooplankton, merupakan herbivora primer Nybakken, 1992, hlm: 41.
2.3 Faktor Fisik Kimia yang Mempengaruhi Keanekaragaman Plankton
Menurut Nybakken 1992, hlm: 40-42, sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik seperti
plankton, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik perairan. Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisma dengan faktor-faktor
abiotiknya maka akan diperoleh gambaran tentang kualitas suatu perairan Barus, 2004, hlm: 24.
Faktor abiotik fisika kimia perairan yang mempengaruhi kehidupan plankton antara lain:
a. Suhu
Universitas Sumatera Utara
Cahaya matahari merembes sampai pada kedalaman tertentu pada semua danau, sehingga permukaan air hangat agak panas. Air yang hangat kurang padat dibanding
air yang dingin, sehingga lapisan air yang dingin disebut epilimnion dan lapisan air yang dingin disebut hipolimnion. Pemisah dari kedua lapisan tersebut dinamakan
metalimnion dan diantara kedua lapisan tersebut terjadi peningkatan suhu yang tajam yang disebut termoklin Whitten, 1987, hlm: 204.
Dalam setiap penelitian dalam ekosistem akuatik, pengukuran suhu air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai
gas di dalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Menurut Hukum Van’t Hoffs kenaikan suhu
sebesar 10
o
C hanya pada kisaran suhu yang masih ditolerir akan meningkatkan aktivitas fisiologis misalnya respirasi dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola suhu
ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi
penutupan oleh vegetasi
dari pepohonan
yang tumbuh
ditepi Brehm Maijer 1990 dalam Barus, 2004, hlm: 44
b. Penetrasi Cahaya
Menurut Haerlina 1987, hlm: 5-6, penetrasi cahaya merupakan faktor pembatas bagi organisme fotosintetik fitoplankton. Penetrasi cahaya mempengaruhi
migrasi vertikal harian dan dapat pula mengakibatkan kematian pada organisme tertentu. Kondisi optik dalam air selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari,
juga dipengaruhi oleh berbagai substrat dan benda lain yang terdapat di dalam air, misalnya oleh plankton dan humin yang terdapat di dalam air Barus, 2004, hlm: 43.
Penetrasi cahaya merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya matahari dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan. Nilai ini
sangat penting kaitannya dengan laju fotosintesis. Besar nilai penetrasi cahaya ini dapat diidentikkan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih berlangsungnya
proses fotosintesis. Nilai fotosintesis ini sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya
Universitas Sumatera Utara
matahari, kekeruhan
air serta
kepadatan plankton
di suatu
perairan Suin, 2002, hlm: 42.
c. DO Disolved Oxygen