Faktor Abiotik Lingkungan Studi Keanekaragaman Plankton Di Perairan Danau Toba Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

4.4 Faktor Abiotik Lingkungan

Faktor abiotik merupakan faktor yang penting untuk diketahui nilainya karena sangat mempengaruhi faktor biotik lainnya di suatu perairan. Faktor abiotik yang diukur meliputi faktor fisika-kimia lingkungan. Adapun hasil pengukuran faktor fisika-kimia lingkungan yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian, seperti pada Tabel 12 berikut ini: Tabel 12. Faktor Fisika-Kimia Perairan Danau Toba Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV A. FISIKA 1. Suhu 25 C 25 25 25 2. Penetrasi cahaya cm 8 8 8 8 3. Intensitas cahaya cd 1000 1000 1000 1000

B. KIMIA

1. pH 7,025 7,2 7,27 7,3 2. DO mgl 6,125 6,5 6,325 6,7 3. Kejenuhan O 2 75,52 80,14 77,98 82,72

4. BOD

5 0,425 mgl 0,825 0,125 0,225 5. Nitrat NO 3 - 0,772 mgl 0,642 0,376 0,341 6. Fospat PO 4 - 0,625 mgl 0,381 0,091 0,073 7. H 2 0,0462 S mgl Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Keterangan Stasiun I = Masukan Air Belerang Stasiun II = Keramba Ikan Stasiun III = PDAM Stasiun IV = Lokasi Kontrol Parameter Fisika

1. Suhu

Dari hasil pengukuran suhu pada masing-masing stasiun penelitian , suhu relatif konstan yakni 25 C pada keempat stasiun dan kedalaman yang berbeda. Suhu yang konstan disebabkan karena adanya pencampuran air yang merata sehingga perbedaan suhu dari kedalaman yang berbeda tidak ada. Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa suhu Danau Toba tidak menunjukkan adanya perbedaan yang besar. Menurut Barus 2004, hlm: 46 bahwa fluktuasi suhu di perairan tropis yang umumnya sepanjang tahun mempunyai fluktuasi suhu udara yang tidak terlalu tinggi sehingga mengakibatkan fluktuasi suhu air tahunan juga tidak terlalu besar. Secara umum kisaran suhu tersebut merupakan kisaran normal bagi organisma air termasuk plankton

2. Penetrasi Cahaya dan Intensitas Cahaya

Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa penyebaran penetrasi cahaya dan intensitas cahaya pada keempat stasiun penelitian adalah sama sebesar 8 meter dan 1000 candella. Kesamaan nilai penetrasi cahaya dan intensitas cahaya pada masing-masing stasiun penelitian diakibatkan oleh waktu pengukuran yang sama serta kejernihan air yang merata. Faktor cahaya matahari masuk ke badan air akan mempengaruhi sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke permukaan. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air, maka internsitas cahaya akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif Barus, 2004, hlm: 43. Parameter Kimia 1.pH Derajad Keasaman Nilai rata-rata pH tertinggi terdapat pada staasiun IV sebesar 7,3 dan nilai rata-rata pH terendah terdapat pada stasiun I sebesar 7,02. Rendahnya nilai pH pada stasiun I disebabkan adanya air jatuhan belerang yang terdapat pada stasiun. Universitas Sumatera Utara Namun dari nilai pH yang diperoleh menunjukkan bahwa pada keempat stasiun masih mendukung pertumbuhan dan perkembangan organisma air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisma air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Nilai pH pada suatu ekosistem perairan dapat berfluktuasi terutama dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis Barus, 2004, hlm: 61-63.

2. Oksigen Terlarut

Dari hasil pengukuran terhadap oksigen terlarut maka diperoleh nilainya antara 6,125- 6,7 mgl. Nilai rata-rata oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 6,7 mgl. Menurut Barus 2004, hlm: 56 sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan dan udara dan dari proses fotosintesis. Nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun I dengan nilai rata-rata sebesar 6,125 mgl. Rendahnya nilai oksigen terlarut disebabkan oleh adanya kandungan belerang yang mengakibatkan difusi oksigen yang tidak sempurna.

3. Kejenuhan Oksigen

Nilai rata-rata kejenuhan oksigen tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 82,72. Tingginya nilai kejenuhan oksigen pada stasiun ini karena daerah ini tidak ada aktivitas sehingga tidak banyak senyawa organik yang terdapat di dalam air. Nilai rata-rata kejenuhan oksigen terendah terdapat pada stasiun I sebesar 75,52. Nilai kejenuhan air ini menggambarkan kondisi oksigen yang terdapat di dalam badan air. Semakin tinggi nilai kelarutan oksigen maka semakin besar pula nilai kejenuhannya. Semakin tinggi nilai kejenuhan oksigen maka semakin kecil defisit oksigen dalam badan air tersebut dan sebaliknya. Menurut Barus 2004, hlm: 60 Universitas Sumatera Utara bahwa kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisma dan berlangsung secara anaerob artinya membutuhkan oksigen.

4. BOD

5 Nilai rata-rata BOD 5 tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 0,825 mgl. Hal ini disebabkan karena pada stasiun ini terdapat keramba yang mengandung senyawa organik ke badan perairan. Peningkatan senyawa organik ini akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan oksigen oleh mikroorganisme air untuk menguraikan senyawa tersebut. Nilai BOD 5 Menurut Effendi 2003, hlm: 120, BOD terendah terdapat pada stasiun III sebesar 0,125 mgl. 5 merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. BOD 5 hanya menggambarkan bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis. Bahan organik ini dapat berupa lemak, protein, glukosa dan sebagainya. Bahan organik dapat berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan yang mati atau hasil buangan limbah dari domestik dan industri.

5. Kadar Nitrat

Kadar nitrat yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian berbeda-beda. Nilai rata- rata kadar nitrat tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 0,772 mgl. Sedangkan nilai rata-rata kadar nitrat terendah terdapat pada stasiun IV sebesar 0,341 mgl. Dari kadar nitrat hasil yang diperoleh, berdasarkan tingkat kesuburan maka kondisi perairan Danau Toba Masih merupakan danau oligotropik yang sudah mulai mengarah kearah danau mesotropik. Menurut Volen dan Weider, 1969 dalam Effendi 2003, hlm: 155 bahwa perairan oligotropik memiliki kadar nitrat antara 0-1 mgl, perairan mesotropik memiliki kadar nitrat antara 1-5 mgl dan perairan eutropik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5-50 mgl. Universitas Sumatera Utara

6. Kadar Fospat

Kadar fospat yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian berbeda-beda. Nilai rata- rata kadar fospat tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 0,625 mgl. Nilai rata-rata kadar fospat terendah terdapat pada stasiun IV sebesar 0,073 mgl Hal ini karena pada stasiun IV ini merupakan daerah kontrol tanpa aktivitas sehingga tidak ada masukan nutrisi dari luar yang dapat memepengaruhi kadar fospat pada stasiun ini. Untuk mencapai pertumbuhan plankton yang optimal diperlukan konsentrasi fospat pada kisaran 0,27 mgl – 5,51 mgl dan akan menjadi faktor pembatas apabila kurang dari 0,02 mgl. Bila kadar fospat pada air alam sangat rendah 0,01 mgl maka pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang, keadaan inilah yang dinamakan oligotrop sedangkan bila kadar fospat dan nutrien lainnya tinggi maka pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi, keadaan inilah yang dinamakan eutotrop sehingga tanaman tersebut akan dapat menghabiskan oksigen dalam sungai atau kolam pada malam hari Alaert Sri, 1984, hlm: 231.

7. Kadar H

2 S Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kadar H 2 S pada stasiun penelitian, didapatkan hanya pada stasiun I terdapat kandungan H 2 S sebesar 0,0462 mgl, sedangkan pada stasiun yang lain tidak terdeteksi. Kandungan H 2 S yang terdapat pada stasiun I berasal dari masukan air belerang yang berasal dari pegunungan di sekitarnya. Di perairan, sulfur berikatan denga ion hidrogen H + dan oksigen O 2 . Pada pH 9 sebagian besar sulfur berada dalam bentuk ion hidrogen sulfida HS - . Pada kondisi ini, jumlah hidrogen sulfida H 2 S sangat sedikit. Pada pH 5 sekitar 99 sulfur terdapat dalam bentuk H 2 S. H 2 S bersifat mudah larut, toksik dan menimbulkan bau seperti telur busuk. Oleh karena itu , toksisitas H 2 S meningkat dengan penurunan nilai PH Effendi, 2003, hlm: 139-141. Universitas Sumatera Utara 4.5 Analisis Korelasi Pearson Untuk Nilai Faktor Fisik-Kimia dan Nilai Keanekaragaman dengan Metoda Komputerisasi SPSS Ver. 16.00 Berdasarkan pengukuran faktor fisik kimia perairan yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian dan setiap kedalaman, kemudian dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman Diversitas Shanon-Wienner maka diperoleh nilai indeks korelasi seperti terlihat pada Tabel berikut: Tabel 13. Nilai Analisis Korelasi Keanekaragaman Plankton dengan Faktor Fisik Kimia Perairan Korelasi Pearson pH Oksigen Terlarut Kejenuhan Oksigen BOD Kadar Nitrat 5 Kadar Fospat H’ -0,612 -0.440 -0.442 0,455 0.536 0.502 Keterangan Nilai + = Arah Korelasi Searah Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi pearson antara beberapa faktor fisik kimia perairan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya terhadap indeks keanekaragaman H’. Nilai + menunjukkan hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimianya maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula. Nilai - menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia perairan maka nilai H’ semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’akan semakin besar. Berdasarkan analisis korelasi pearson di atas, dapat dilihat bahwa faktor fisik kimia perairan yang berkorelasi searah diantaranya adalah BOD 5 , kadar nitrat dan kadar fospat sedangkan yang berkorelasi tidak searah berbanding terbalik adalah pH, oksigen terlarut dan kejenuhan oksigen . Menurut Sugiyono 2005, tingkat hubungan nilai indeks korelasi dinyatakan sebagai berikut: Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat Universitas Sumatera Utara 0,80 – 1,000 Sangat kuat Dari Tabel dapat diketahui hubungan antara faktor fisik kimia air dengan nilai keanekaragaman berdasarkan interval koefisiennya. Nilai korelasi antara pH dengan H’ sebesar 0,612 dinyatakan memiliki tingkat hubungan kuat dengan arah korelasi berlawanan -. Nilai korelasi antara oksigen terlarut dengan H’ sebesar 0,440, kejenuhan oksigen dengan H’ sebesar 0,442, BOD 5 dengan H’ sebesar 0,445, nitrat dengan H’ sebesar 0,536 dan fospat dengan H’ sebesar 0,502 dinyatakan memiliki tingkat hubungan sedang. Nitrat dan fospat arah korelasi searah + sedangkan oksigen terlarut, kejenuhan oksigen dan BOD 5 memiliki arah korelasi berlawanan -. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan