bermakna baik, dan 0, 71 – 1,00 bermakna baik sekali. Ebel dalam
Arifin, 2009: 274 menyatakan bahwa daya beda berkisar antara 0 –
0,19 dikatakan buruk, 0,20 – 0,29 dikatakan cukup, 0,30 – 0,39
dikatakan baik, dan 0,40 ke atas dikatakan sangat baik. c.
Rumus Daya Beda Arifin 2009: 273 menyatakan bahwa daya beda dapat digunakan
rumus sebagai berikut.
Keterangan: DP
= daya pembeda soal. WL
= jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah. WH
= jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas. n
= 27 x N
9. Efektivitas Pengecoh
a. Pengertian Efektivitas Pengecoh
Efektifitas Pengecoh merupakan jawaban salah dari hasil suatu tes dan pengecoh akan menjadi efektif jika peserta didik terkecoh
dalam menjawab soal pilihan ganda dari suatu tes dan menyebabkan jawaban menjadi salah atau tidak sesuai dengan kunci jawaban
Sudijono, 2011: 409. Arifin 2009: 279 menyatakan bahwa pengecoh dianggap baik jika jumlah peserta didik yang memilih
pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal. Efektifitas pengecoh bertujuan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya suatu pilihan
jawaban yang tersedia Kusaeri dan Suprananto, 2012: 177.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas pengecoh merupakan suatu jawaban salah yang disebut pengecoh
akan berfungsi jika dipilih oleh peserta didik dengan jumlah pengecoh sama atau mendekati jumlah ideal.
b. Kriteria Efektifitas Pengecoh
Arikunto 2012: 234 menyebutkan bahwa suatu pengecoh dikatakan dapat berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5
pengikut tes. Pengecoh dikatakan berfungsi jika semua pengecoh ada pemilihnya dan dikatakan tidak berfungsi jika ada pengecoh yang
tidak ada pemilihnya Azwar, 2015: 143. c.
Rumus Efektivitas Pengecoh Arifin 2009: 273 menyatakan bahwa efektifitas pengecoh dihitung
dengan rumus sebagai berikut. IP =
Keterangan: IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilik pengecoh N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal n
= jumlah alternatif jawaban opsi 1
= bilangan tetap
10. Pendidikan Kewarganegaraan PKn
a. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan PKn
Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn merupakan suatu program pendidikan yang menggabungkan unsur-unsur substantif dari
komponen Civic Education melalui model pembelajaran yang demokratis, interaktif, serta humanis dalam lingkungan yang
demokratis Ubaedillah dan Rozak, 2012: 15. Erwin 2011: 3 menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu
bentuk pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan dari suatu negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan orang
dewasa yang mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memahami perannya sebagai warga negara Wahab dan Sapriya,
2011: 32. Berdasarkan definisi di atas, Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang paham dengan perannya sebagai warga negara melalui
model pembelajaran yang demokratis, interaktif, serta humanis dalam lingkungan yang demokratis.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran PKn kelas V semester 2 tahun pelajaran 20142015 memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut.
Tabel 2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3. Memahami kebebasan
berorganisasi. 3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi.
3.2 Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat.
3.3 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah.
4. Menghargai keputusan bersama.
4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.
4.2 Mematuhi keputusan bersama.
Tabel 2.6 merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran PKn kelas V SD semester genap. Standar
Kompetensi ada 2 poin yaitu 3 Memahami kebebasan berorganisasi 4 Menghargai keputusan bersama. Kompetensi Dasar ada lima poin,
tiga poin pada Standar Kompetensi 3 dan dua poin pada Standar Kompetensi 4.
11. Iteman