12
BAB II FUNGSI KOMUNIKASI ORANG TUA
DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KARAKTER DAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK
Pada bagian ini penulis akan menguraikan dua hal penting yakni pembentukan kepribadian dan iman anak, dan pola komunikasi orang tua dalam
pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga Katolik.
a. Pembentukan Karakter dan Iman Anak Dalam Keluarga Katolik
1. Keluarga Katolik
a. Dasar Pembentukan Keluarga Katolik
Ketika manusia berbicara tentang keluarga Katolik maka manusia akan dihantar kepada pemikiran tentang kisah penciptaan. Sebab pada awal mula,
penciptaan dan pembentukan keluarga merupakan karya penciptaan Allah. Allah adalah penggagas pertama dan utama pembentukan keluarga. Karena itu dasar
utama keluarga Katolik adalah Allah. Atas dasar ini manusia membangun persekutuan dalam keluarga.
Manusia tidak diciptakan Allah untuk hidup seorang diri melainkan untuk hidup dalam kebersamaan
. Allah berfirman, “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya yang sepadan
dengan dia” bdk, Kejadian, 2: 18. Manusia diciptakan untuk hidup dalam kesatuan dan persekutuan yang mesra. Alkitab secara jelas mengungkapkan
bahwa “Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar
13
Allah diciptakanNya dia; laki- laki dan perempuan diciptakanNya mereka” bdk,
Kejadian, 1: 27. Pada mulanya Allah menciptakan manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas kehidupan kepadanya bdk, Kejadian, 2: 7. Allah
melihat bahwa “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja maka Allah menciptakan seorang penolong yang sepadan dengan dia. Allah membuat manusia
itu tidur nyenyak lalu Allah mengambil satu dari rusuknya lalu diciptakanNya seorang perempuan lalu dibawaNya kepada manusia itu” bdk, Kejadian, 2: 22.
Pikiran yang paling penting di sini bukan soal perempuan diciptakan dari tulang laki-laki melainkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah menurut
gambarNya. Laki-laki menerima perempuan sebagai bagian utuh dari dirinya, “Inilah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” bdk, Kejadian, 2: 23.
Tujuannya untuk saling menolong dan saling menyempurnakan. Demi terwujudnya cita-cita ini, m
aka “Seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging” bdk,
Kejadian, 2: 24.
Atas dasar pemikiran teologis ini, maka manusia dari generasi ke generasi terutama orang Katolik yang ingin menikah dan membangun keluarga mesti
percaya bahwa dasar pembentukan dan persekutuan keluarga Kristiani adalah Allah. Perkawinan dan keluarga bukan sekedar jodoh, melainkan anugerah Allah
bagi pria dan wanita. Karena itu persekutuan suami-istri dalam keluarga dan perkawinan mesti dihayati dalam semangat cinta kasih Allah. Dengan kata lain,
urusan keluarga dan perkawinan, bukanlah urusan manusia, melainkan urusan dan rencana Allah. Karena seturut rencana Allah keluarga telah ditetapkan sebagai
14
‘persekutuan hidup dan kasih yang mesra’, dan mengemban misi untuk membangun persekutuan hidup dalam kasih, melalui usaha sebagaimana segala
sesuatu yang diciptakan dan ditebus akan mencapai pemenuhannya dalam Kerajaan Allah Maurice Eminyan, 2000: 85.
b. Pengertian Keluarga Katolik