37
sedangkan anak sebagai penerima pesan. Pemberian nasihat ini biasanya dilakukan setelah anak melakukan pelanggaran peraturan yang sudah
disepakati bersama dalam keluarga. b
Memberikan contohteladan. Dalam metode ini, orang tua melakukan terlebih dahulu perilaku-perilaku yang mengandung nilai-nilai moral yang akan
disampaikan pada anak. c
Berdialog. Dalam metode ini orang tua menyampaikan nilai-nilai pada anak melaui proses interaksi yang bersifat dialogis. Orang tua menyampaikan
harapan-harapannya pada anak, kemudian anak diberi kesempatan untuk menyampaikan tanggapannya.
d Memberikan instruksi. Dalam memberikan instruksi hendaknya orang tua
memperhatikan konsistensi antara perkataan dan tindakan dalam berinteraksi. e
Pemberian hukuman. Hukuman yang diberikan oleh orang tua ini sebagai cara untuk mendisiplinkan anak apabila berperilaku kurang sesuai dengan nilai-nilai
yang disosialisasikan. Bentuk-bentuk hukuman yang diberikan orang tua kepada anak bentuknya bervariasi tergantung pada tingkat berat-ringan
pelanggaran yang dilakukan oleh anak.
b. Pembentukan Karakter Anak
Menurut Park, dkk, sebagaimana dikutib oleh Sri Lestari 2012: 94, dikatakan bahwa dalam sejumlah penelitian tentang karakter anak ditemukan
hasil yang menegaskan dua unsur ini:
pertama
, kekuatan karakter
character strengths
berkorelasi negatif dengan problem perilaku dan emosi pada remaja
38
seperti depresi, delinkuensi dan kekerasan;
kedua
, kekuatan karakter berkolerasi positif dengan faktor luar
eksternal
seperti kesuksesan di sekolah, perilaku sosial dan kompetensi. Kekuatan karakter berfungsi mendukung pencapaian
kesejahteraan
will-being
dan kebahagiaan anak.
Sementara menurut Ryan dan Lickona, sebagaimana dikutib oleh Sri Lestari 2012: 94-95 mengungkapkan bahwa dalam karakter manusia terdapat
tiga komponen yaitu:
Pertama,
pengetahuan moral
moral knowing
. Dalam komponen pengetahuan moral tercakup penalaran moral dan strategi kognitif yang
digunakan untuk mengambil keputusan secara sistematis. Melalui komponen ini individu dapat membayangkan konsekuensi yang akan terjadi di kemudian hari
dari keputusan yang diambil dan siap bagaimana menghadapi konsekuensi tersebut;
Kedua,
perasaan moral
moral affect
, yang mencakup identitas moral, ketertarikan terhadap kebaikan, komitmen, hati nurani, dan empati, yang
semuanya merupakan sisi afektif dari moral pada diri individu. Perasaan moral juga berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan moral dan tindakan moral;
Ketiga,
tindakan moral
moral action
, memiliki tiga komponen: kehendak, kompetensi dan kebiasaan.
Sedangkan menurut Koehler dan Royer, seperti dikutib oleh Sri Lestari 2012: 95, ciri-ciri karakter yang mau ditanamkan dalam diri anak adalah sebagai
berikut: 1 Memiliki kepedulian terhadap orang lain dan terbuka terhadap pengalaman dari luar; 2 Secara konsisten mampu mengelola emosi; 3 Memilki
kesadaran terhadap tanggung jawab sosial dan menerimanya tanpa pamrih; 4
39
Melakukan tindakan yang benar meskipun tidak ada orang lain yang melihat; 6 Memiliki kekuatan dari dalam untuk mengupayakan keharmonisan dengan
lingkungan sekitar; 7 Mengembangkan standar pribadi yang tepat dan berperilaku yang konsisten dan standar tersebut
Menurut pandangan Ryan dan Lickona, sebagaimana dikutip oleh Sri Lestari 2012: 95-96 keluarga dipandang sebagai pendidik karakter yang utama
pada anak, di samping sekolah sebagai pusat pengembangan karakter pada anak. Hal ini disebabkan karena pengaruh sosialisasi orang tua pada anak terjadi sejak
dini sampai dewasa. Melalui interaksi dan komunikasi dua arah antara orang tua- anak, anak dapat merasa diri diakui dan berharga sehingga dapat dijadikan dasar
untuk menghargai orang lain. Nilai dasar yang menjadi landasan dalam membangun karakter adalah sikap hormat
respect
. Sikap hormat mencakup respek pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan sosial. Sikap respek membawa
anak sampai pada pemahaman bahwa dirinya dan orang lain itu berharga dan sederajad serta memiliki hak untuk saling memberi hormat satu sama lain.
Menurut Ryan dan Lickona, dalam proses pembentukan karakter ini, orang tua memberi sumbangan kepada anak melalui lima cara sebagaimana dikutip oleh
Sri Lestari 2012: 96 yakni
Pertama,
dengan menyayangi anak, orang tua membantu anak untuk merasakan dirinya berharga;
Kedua,
orang tua menjadikan dirinya sebagai model bagi anak dalam memperlakukan orang lain;
ketiga,
hubungan yang hangat antara orang tua dan anak menjadi kekuatan menghadapi pengaruh moral;
Keempat,
kasih sayang berperan dalam perkembangan penalaran
40
moral;
Kelima,
kasih sayang mendorong terjadinya komunikasi orang tua anak yang menjadi variabel mediator antara kasih sayang dan perkembangan penalaran
moral. Dengan komunikasi yang baik, orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan dalam menggunakan perspektif orang
lain dan berpikir tentang isu-isu moral. Keterbukaan dalam berkomunikasi juga mendukung orang tua untuk memberikan bantuan pada anak ketika anak
membutuhkannya.
c. Pembentukan Iman Anak