layak digunakan, namun peneliti mendapatkan beberapa revisi yang menjadi saran dari validator, revisi tersebut diantaranya:
a. Kalimat pertanyaan disusun kembali berdasarkan susunan SPOK.
b. Diperjelas kalimat pertanyaan.
c. Ada beberapa pertanyaan yang dapat dipecahkan kembali sehingga
tidak hanya terdiri dari satu pertanyaan. d.
Berikan tambahan pertanyaan untuk memperdalam tujuan penelitian. e.
Konsistenkan antara pemilihan kata untuk kata inklusif atau inklusi. Validator menyarankan untuk konten ini kalimat pertanyaan lebih
diperjelas sehingga diharapkan tidak terjadi penafsiran ganda bagi subjek penelitian yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Semua saran yang
diberikan oleh validator dijadikan pedoman untuk memperbaiki kualitas instrumen kuesioner oleh peneliti agar kuesioner layak dan dapat
menghasilkan data yang terpercaya.
F. Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan melalui pengujian validasi dan reliabilitas. Uji validasi meliputi dua hal yaitu validitas isi dan validitas
konstruk. Kedua validitas dan reliabilitas akan dikenakan pada instrumen non
tes.
1. Uji Validitas Instrumen
Arikunto dalam Werang, 2015: 125 mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur. Sedangkan Sugiyono 2011: 361 memiliki pendapat yang sedikit berbeda, bahwa validitas merupakan derajat
ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Gay dalam Sukardi, 2012: 121
menambahkan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Berdasarkan
beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan ketepatan antara obyek penelitian
dan data penelitian yang dapat dinyatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur obyeksubyek yang akan diukur.
a. Validitas Isi
Darmadi 2014: 161 mengatakan validasi isi content validity adalah suatu alat ukur yang meliputi: bahan yang akan diukur
seperti, topik yang akan disajikan, substansi yang akan diteliti, bersifat representative dan memenuhi syarat suatu sampling
penelitian. Validitas isi diberikan kepada dua Dosen Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang bidang keahliannya berhubungan dengan penelitian ini. Peneliti dalam hal ini
memberikan rentan skor atas komentar yang diberikan oleh para ahli menjadi dalam bentuk data interval. Skala penilaian terhadap
lembar kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka mengenai penyelenggaraan sekolah dasar inklusi meliputi : sangat baik 4,
baik 3, cukup 2, tidak baik 1. Untuk menyusun tabel klasifikasi, dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan
jarak interval. Skor Tertinggi ideal = 4 sangat baik
Skor Terendah = 1 sangat baik
Jumlah kelas = 4 sangat tidak baik sampai sangat baik Jarak interval
= 4-13 = 1 Kemudian
skor yang
sudah didapat
dikonversikan menggunakan tabel konservasi nilai skala empat berdasarkan skala
Likert. Skala Likert berisi pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seorang responden terhadap pernyataan itu
Prasetyo dan Jannah, 2005: 110. Lembar penilaian dalam penelitian ini dibuat berdasarkan indikator-indikator dan hasil
akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi
terhadap instrumen diatur dalam tabel yang sudah dimodifikasi oleh peneliti, dimana tidak ada skor jawaban bernilai 3. Hal ini
dikarenakan skor 3 adalah nilai tengah, sehingga peneliti berasumsi bahwa skor 3 kurang efektif bila dicantumkan karena peneliti
mengharapkan ketentuan yang pasti dari skor baik atau tidak baik dari validasi yang diajukan kepada validator, bukan nilai tengah.
Berikut tabel skala Likert yang sudah dimodifikasi oleh peneliti; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.3 Skala Likert
Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan
5 Sangat Baik
4 Baik
2 Tidak Baik
1 Sangat Tidak Baik
Dari tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa jika soal mendapat nilai 4 atau kurang dari 4 serta mendapat saran untuk
diperbaiki, maka soal tersebut perlu direvisi dari sisi bahasanya ejaan EYD. Jika soal yang divalidasi mendapat nilai lebih dari 4
tetapi mendapat saran untuk diperbaiki, maka soal perlu direvisi. Validator pertama adalah validator ahli A. Validator A adalah
seorang dosen Universitas Sanata Dharma yang mengampu di program studi Bimbingan dan Konseling. Hasil validasi dari
validator A menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi pada beberapa kesalahan pengetikan kata dan kekonsistenan penggunaan
kata inklusif atau inklusi. Validator A memberi nilai 5 pada setiap prinsip yang tertulis pada blue print.
Validator kedua adalah validator ahli B. Validator B adalah seorang dosen Universitas Sanata Dharma yang mengampu di
program studi Bimbingan dan Konseling. Hasil validasi dari validator B menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi pada
susunan kalimat yang sesuai dengan kaidah EYD. Revisi lain dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
validator B adalah beberapa soal harus lebih dipertajam agar jawaban yang diharapkan dari responden dapat tercapai. Validator
B memberi nilai 4 pada setiap prinsip yang tertulis pada blue print. Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh validator A dan
validator B, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian layak untuk digunakan dengan revisi sesuai saran yang diberikan
oleh validator A dan validator B. Setelah divalidasi oleh dua orang validator ahli, peneliti menggunakan 100 pertanyaan pada
kuesioner terbuka yang sudah dianggap valid untuk diujikan di 11 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Selanjutnya, hasil
pengujian tersebut dikoreksi oleh peneliti untuk dilihat soal yang valid.
b. Validitas Konstruk
Frankel dalam Siregar 2013: 47 menjelaskan bahwa validasi konstruk penentuan validasi konstruk merupakan yang terluas
cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
Sugiyono dalam Darmadi, 2014: 159 menambahkan untuk menguji validitas konstruk dapat menggunakan pendapat dari ahli
judgment experts. Bentuk pertanyaan dari kuesioner ini adalah pertanyaan terbuka sehingga peneliti akan mendapatkan jawaban
yang bervariasi dari seluruh responden. Jawaban yang bervariasi dari masing-masing responden kemudian dikelompokkan yang
memiliki jawaban atau kata kunci yang sama dan dihitung jumlah yang menjawabnya. Hasil jawaban yang diperoleh akan direkap
menggunakan microsoft excel yang kemudian disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang telah peneliti pilih untuk dipetakan menjadi
beberapa pertanyaan berdasarkan indikator-indikator yang peneliti kembangkan.
Pripsip pertama adalah penerimaan peserta didik baru yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa indikator seperti,
menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, mengukur sumber daya pendidikan dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah,
mempersiapkan sarana dan prasarana, dan merencanakan sumber daya biaya. Tujuannya agar peneliti mendapatkan informasi tentang
kesiapan dari sekolah dasar inklusi dalam penerimaan peserta didik baru.
Prinsip kedua
adalah identifikasi,
peneliti kemudian
mengembangkan prinsip
identifikasi menjadi
indikator mengidentifikasi tipe anak berkebutuhan khusus. Peneliti
menggunakan indikator ini untuk mengetahui bagaimana cara guru mengidentifikasi anak yang mengalami hambatan dan bagaimana
cara pelaksanaan identifikasinya, penanganannya, dan juga cara guru menyikapi pelaksanaan identifikasinya. Peneliti ingin mencari
informasi bagaimana identifikasi yang dilakasanakan oleh guru- guru di sekolah dasar inklusi.
Prinsip ketiga adalah adaptasi kurikulum kurikulum fleksibel yang kemudian dikembangkan menjadi indikator menyusun
kurikulum. Dari indikator ini peneliti ingin mengetahui kurikulum yang digunakan, adakah tim yang khusus menyusun kurikulum,
dan apakah ada perbedaan antara kurikulum yang diterapkan untuk anak berkebutuhan khusus maupun anak yang tidak berkebutuhan
khusus. Informasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana kurikulum yang dilaksanakan di sekolah dasar inklusi.
Prinsip keempat adalah merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak yang kemudian dibagi menjadi dua
indikator yaitu, menyusun perencanaan pembelajaran bagi siswa dan menentukan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Indikator ini digunakan peneliti untuk mengetahui apakah ada perbedaan perencanaan pembelajaran bagi
anak berkebutuhan khusus dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui tentang bahan
ajar yang digunakan apakah memenuhi prinsip pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Prinsip kelima adalah penataan kelas yang ramah anak. Kemudian peneliti membagi menjadi dua indikator yaitu,
mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar dan mengarahkan pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang
kelas. Tujuannya agar peneliti dapat mengetahui penataan ruang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelas, pencahayaan di dalam kelas, desain dinding kelas, lantai untuk
mobilitas siswa
di sekolah,
penyimpanan media
pembelajaran, dan juga pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru.
Prinsip keenam adalah asesmen. Prinsip ini kemudian dibagi menjadi beberapa indikator yaitu, upaya pengumpulan informasi
untuk memantau kemajuan pendidikan, melakukan penyaringan atau screening, melakukan diagnosis menyangkut kelayakan atas
layanan pendidikan khusus, melakukan penempatan kurikulum untuk memulai pengajaran siswa, melakukan evaluasi pengajaran
untuk anak berkebutuhan khusus, dan melakukan evaluasi program pada anak berkebutuhan khusus. Indikator ini digunakan agar
peneliti dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan pendidikan yang digunakan
oleh guru terkait memantau kemajuan pada siswa berkebutuhan khusus dan alat ukur apa yang digunakan oleh guru.
Prinsip ketujuh adalah pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Kemudian dikembangkan menjadi indikator
memahami pentingnya media pembelajaran adaptif sebagai sarana dalam pembelajaran. Tujuan dari indikator ini adalah peneliti ingin
mengetahui bagaimana penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami
materi juga efisiensi dan efektifitas serta dalam pembelajaran pembuatan media yang digunakan.
Prinsip kedelapan adalah penilaian dan evaluasi pembelajaran yang dibagi menjadi beberapa indikator yaitu, menentukan KKM,
menjelaskan karakteristik evaluasi dan menunjukkan kegunaan kegiatan evaluasi dengan tujuan agar peneliti mendapatkan
informasi tentang kesiapan dari sekolah dasar inklusi dalam penerimaan peserta didik baru. Melalui indikator ini, peneliti ingin
mencari tahu KKM yang digunakan oleh guru, adakah perbedaan KKM antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa yang tidak
berkebutuhan khusus. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui kegiatan evaluasi terkait manfaat evaluasi yang dilakukan, tindakan
apa yang akan dilakukan setelah melakukan evaluasi, serta peran orang tua dalam kegiatan evaluasi.
Kedelapan prinsip tersebut dijadikan peneliti sebagai acuan dalam membuat daftar pertanyaan yang digunakan untuk mencari
informasi bagaimana penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dan apakah telah sesuai dengan prinsip-
prinsip dan indikator yang dijadikan acuan oleh peneliti. Pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada kedelapan prinsip
tersebut telah dilakukan expert judgment validasi dengan tim ahli yang mendapatkan hasil bahwa daftar pertanyaan tersebut sudah
baik. Dari hasil validasi dengan tim ahli tersebut maka daftar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertanyaan-pertanyaan yang telah mengacu pada prinsip dan indikator dinyatakan sudah baik valid untuk memenuhi validitas
konstruk. 2.
Uji Reliabilitas Instrumen Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain, seperti
keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya Azwar, 2008: 4.
Reliabilitas adalah tingkatan pada suatu tes secara konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur, yang dinyatakan dengan
angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien, di mana koefisian yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi Darmadi, 2014:
125. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, reliabilitas reliability adalah kegiatan mengukur atau tes mengukur dalam
bentuk angka yang dapat menghasilkan sebuah hasil yang dapat dipercaya.
Seperti yang dikutip dalam buku Earl Babbie tahun 1990 dalam bukunya
Survey research methods, “reliability, however, does not ensure accuracy and more than precicision does, a number of
techniques are available for measuring the reliability of questionnaire items, but the methods for maximizing reliability are
pretty straightforward”. Berdasakan kutipan di atas dikatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa reliabilitas tidak dapat digunakan untuk memastikan sebuah ketepatan, ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk
mengukur kereliabilitasan dari hal-hal yang ada di kuesioner, namun metode untuk meningkatkan reliabilitas itu dengan seperti
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang jelas straight. Jadi dapat dikatakan bahwa ada banyak teknik yang dapat
digunakan untuk mengukur kereliabilitasan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang sudah dibuat. Namun hanya sedikit metode yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kereliabilitasan suatu pertanyaan. Metode yang tepat dan maksimal dalam mengukur
kereliabilitasan pertanyaan-pertanyaan kuesioner adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kuesioner kepada responden
yang memahami bidang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan, seperti yang dikutip dari Babbie 1990:
133 “ask people only questions they are likely to know the answers to, ask about things relevant to them, and be clear in what
you’re asking”. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang dibuat mengenai penyelenggaraan sekolah dasar
inklusi diberikan kepada responden yang menguasai prinsip-prinsip penyelenggaraan inklusi yaitu guru kelas sekolah dasar inklusi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan kuesioner yang dibagikan kepada responden sudah reliabel, terlihat dari jawaban
para guru kelas sekolah dasar inklusi atas pertanyaan-pertanyaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang diberikan terkait penyelenggaraan dan penerapan prinsip- prinsip sekolah dasar inklusi.
G. Teknik Analisis Data