kesempatan yang sama untuk bersekolah tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya Ilahi, 2013:48-49
Prinsip pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan potensinya melalui layanan pendidikan yang tepat.
Tinjauan tersebut mengungkapkan beberapa bukti sikap positif implementasi pendidikan inklusi yang oleh Norwich dalam Ilahi, 2013:43 disebut sebagai
pendekatan “zero reject” terhadap penyediaan pendidikan khusus. Dijelaskan bahwa dalam layanan inklusi tentang sikap dan perspektif para guru yang
terlibat dalam pembuatan penyediaan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
pendidikan inklusi adalah untuk memberikan pendidikan yang layak dan tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing setiap anak tanpa memandang
perbedaan latar belakang dari setiap anak.
4. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Mulyono dalam Ilahi, 2013: 137 menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat
atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak potensial dan berbakat. sementara Sunanto dalam Ilahi, 2013: 137 memiliki pendapat yang sedikit
berbeda bahwa anak berkebutuhan khusus bukan berarti hendak menggantikan anak penyandang cacat atau anak luar biasa, melainkan
memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak dengan keberagaman yang berbeda.
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan yang lebih intens. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan segala
hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing individu Ilahi, 2013: 138. Sunan dan Rizzo dalam Subini, 2014: 13 menjelaskan anak berkebutuhan
khusus merupakan anak yang memiliki perbedaan dalam beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya.
Dari beberapa pendapat di atas, anak berkebutuhan khusus adalah anak- anak yang mengalami keterbelakangan mental, emosional, hambatan belajar,
potensial dan berbakat atau bakat istimewa yang dapat bersifat sementara namun juga dapat bersifat permanen, sehingga mereka tumbuh dan
berkembang dengan sifat-sifat yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya atau seusianya.
b. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Triani dan Rakhmawati, 2013: 24 membagi jenis
anak berkebutuhan khusus menjadi 12 macam, antara lain : 1.
Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya pengliatan atau berupa kebutuhan menyeluruh total atau sebagian
lowvision. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan
pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara.
3. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki intelegensia yang
signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa
perkembangan. 4.
Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan fungsi
tubuh atau anggota gerak. 5.
Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku
menyimpang. 6.
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas GPPH atau attention and hyperactivity disorder ADHD adalah anak yang
mengalami gangguan perkembangan yang ditandai dengan sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentan atensi atau
perhatian, hiperaktivitas dan impulsifitas, yang menyebabkan kesulitan berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi.
7. Anak dengan gangguan spectrum autism atau autism spectrum disorders
ASD adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tindakan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial,
serta pola-pola perilaku yang repitif dan stereotipi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih
gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan khusus, dan alat bantu belajar yang khusus.
9. Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik. 10.
Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau
lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
11. Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang
mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh
faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspretif. 12.
Anak dengan potensi kecerdasan danatau bakat istimewa adalah anak yang memiliki skor intelegensi yang tinggi gifted, atau mereka yang
unggul dalam bidang-bidang khusus talend=ted seperti musik, seni, olahraga, dan kepemimpinan.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 dalam Sartika, 2013: 7 tentang Pendidikan Inklusi Bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa, bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosinal, mental atau memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa adalah :
1. Tunanetra hambatan indra penglihatan tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total blind dan low vision.
2. Tunarungu hambatan pendengaran adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
a. Gangguan pendengaran sangat ringan 27-40dB
b. Gangguan pendengaran ringan 41-55dB
c. Gangguan pendengaran sedang 56-70dB
d. Gangguan pendengaran berat 71-90dB
e. Gangguan pendengaran ekstrimtuli di atas 91dB
3. Tunawicara hambatan bicara adalah seseorang yang mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain.
4. Tunagrahita hambatan intelektual adalah individu yang memiliki
itelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. 5.
Tunadaksa kelainan motorik dan mobilitas adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular
dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
6. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Public Law dalam Hidayat 2013:13 mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan
emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu
dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar: a.
Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan.
b. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman. dan
guru. c.
Berperilaku yang tidak pantas dalam keadaan normal. d.
Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus menerus. e.
Cenderung menunjukan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah- masalah sekolah.
Hallahan dan Kauffman dalam Hidayat 2013: 32-33 menambahkan karakteristik berdasarkan dimensi tingkah laku, antara lain:
a. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku memperlihatkan ciri-
ciri: suka berkelahi, memukul, menyerang, tidak mau bekerja sama, cemburu dan mudah terpengaruh.
b. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan ciri-ciri
khawatir, cemas, ketakutan, sedih, dan kurang percaya diri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri yaitu pelamun, kaku, pasif,
dan pembosan. d.
Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu mempunyai kelompotan jahat, mencuri bersama kelompoknya, dan bolos sekolah.
7. Kesulitan belajar learning disability
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau atau penggunaan
bahasa, lisan maupun tertulis, yang termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengarkan, berpikir, bicara,
membaca, menulis, mengeja, maupun melakukan perhitungan matematika. Jenis-jenis kesulitan belajar diantaranya dyscalculia, dysgraphia, dyslexia,
dan dyspraxia. 8.
Lambat belajar slow learner adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah, di bawah rata-rata anak pada umumnya pada salah satu
atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak keterbelakang mental. Anak lambat belajar atau slow learner adalah
mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata- rata dari anak pada umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik.
Jika dilakukan pengetesan pada IQ mereka menunjukkan skor antara 70- 90. Wiley dalam Tiarni, 2013:3 menjelaskan karakteristik anak yang
mengalami slow learner: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Inteligensi
Dari segi inteligensi anak-anak lambat belajar atau slow learner berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan skala
WISC b.
Bahasa Anak-anak lambat belajar atau slow learner mengalami masalah
dalam berkomunikasi. c.
Emosi Dalam hal emosi, anak-anak lambat belajar atau slow learner
memiliki emosi yang kurang stabil. Mereka cepat marah dan sensitif. d.
Sosial Anak-anak lambat belajar atau slow learner dalam bersosialisasi
biasanya kurang baik. Mereka sering memilih jadi pemain pasif atau penonton saat bermain atau bahkan menarik diri.
e. Moral
Anak-anak lambat belajar atau slow learner tahu aturan yang berlaku tetapi mereka tidak paham untuk apa peraturan tersebut dibuat Tiarni,
2013:10-12. 9.
Autis autism spectrum disorder adalah keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.
Tiarni 2013: 26-28 mengemukakan adapun anak berkebutuhan khusus yang biasa masuk di sekolah inklusi antara lain anak yang:
a. Berkesulitan belajar
Berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman
dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara
yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, disleksia, dan afasia perkembangan.
b. Lamban belajar
Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, maka sebaliknya dengan anak-anak lamban belajar. Mereka
memiliki IQ di bawah lancer dan ingatannya sangat pendek sekali. c.
ADHD Attention Deficits and hiperactivity disorder, adalah gangguan yang
berupa kekurangannya perhatian dan hiperaktivitas aktivitas yang berlebihan.
d. Spectrum Autisma
Spectrum Autisma atau autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita.
B. Hasil Penelitian yang Relevan