C. Biaya Penjualan
Bastian Bustami dan Nurlela 2007: 12 mengartikan biaya penjualan sebagai
“biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ke tangan konsumen
”. Contohnya adalah promosi, komisi penjualan, pengiriman barang, sampel barang gratis, telepon dan telegrap.
Charles T. Horngren, Srikant M. Datar dan Madhaf V. Rajan 2012 mengartikan biaya penjualan sebagai
“bagian dari setiap penjualan yang menentukan jumlah langsung biaya bisnis untuk melakukan penjualan
”. Cara lain untuk menggambarkan biaya penjualan adalah mengenai sejumlah uang
yang akan dikenakan biaya untuk mengganti barang-barang yang telah dijual
dengan asumsi harga dari pemasok tidak berubah. D.
Efisiensi Biaya
Supriyono 1989: 26 mendefinisikan efisiensi sebagai rasio keluaran terhadap masukan . Suatu pusat pertanggungjawaban biaya dinamakan
efisien jika pusat pertanggungjawaban tersebut: 1.
Biaya atau masukan yang digunakan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.
2. Biaya atau masukan yang digunakan adalah sama untuk menghasilkan
keluaran dalam jumlah lebih besar.
E. Penjualan Online E-commerce dan Social Commerce
E-commerce pada dasarnya merupakan suatu kontak transaksi perdagangan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet
jadi proses pemesanan barang, pembayaran transaksi hingga pengiriman barang dikomunikasikan melalui internet Ustadiyanto, 2001: 11.
Efraim Turban dan David King 2008 mendefinisikan e-commerce sebagai proses pembelian, penjualan, atau pertukaran barang, jasa dan
informasi melalui jaringan komputer termasuk internet. E-commerce dapat di definisikan dari perspektif berikut:
1. Bila dilihat dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari
teknologi dengan tujuan mengotomatisasi transaksi bisnis dan langkah- langkah dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Bila dilihat dari perspektif pelayanan, e-commerce adalah sebuah alat
yang dapat memenuhi kebutuhan pemerintah, perusahaan, konsumen, dan manajemen dengan tujuan meminimalisir biaya pelayanan,
meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen, dan meningkatkan kecepatan pelayanan konsumen.
3. Bila dilihat dari perspektif pembelajaran, e-commerce dapat digunakan
untuk pelatihan dan pendidikan online di sekolah, universitas, dan organisasi lainnya, termasuk bisnis.
4. Bila dilihat dari perspektif kolaboratif, e-commerce adalah kerangka
kerja yang dapat digunakan untuk memungkinkan terlaksananya proses
kolaborasi pada suatu organisasi baik antar organisasi maupun inter organisasi.
5. Bila dilihat dari perspektif masyarakat, e-commerce menyediakan tempat
berkumpulnya anggota komunitas untuk belajar, berinteraksi, dan berkolaborasi.
Secara umum e-commerce diklasifikasikan berdasarkan sifat dari transaksinya. Berikut ini klasifikasi e-commerce berdasarkan pada sifat
transaksinya, yaitu: 1.
Business-to-Business B2B Pada e-commerce bertipe B2B transaksi terjadi melibatkan perusahaan
atau organisasi yang dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. 2.
Business-to-Consumer B2C Pada e-commerce bertipe B2C transaksi terjadi dalam skala kecil
sehingga tidak hanya organisasi tetapi juga individu dapat terlibat pada pelaksanaan transaksi tersebut. Tipe e-commerce ini biasa disebut dengan
e-tailing. 3.
Business-to-Business-to-Consumer B2B2C Pada e-commerce tipe ini, sebuah perusahaan menyediakan produk atau
jasa kepada sebuah perusahaan lainnya. Perusahaan lain tersebut kemudian menyediakan produk atau jasa kepada individu yang bertindak
sebagai konsumen.
4. Consumer-to-Business C2B
Pada e-commerce tipe ini, pihak individu menjual barang atau jasanya melalui internet atau media elektronik lainnya kepada organisasi atau
perusahaan yang berperan sebagai konsumen. 5.
Consumer-to-Consumer C2C Pada e-commerce tipe ini, konsumen menjual produk atau jasa yang
dimilikinya secara langsung kepada konsumen lainnya. 6.
Mobile Commerce M-Commerce Mobile commerce merupakan salah satu tipe e-commerce dimana
transaksi jual beli dan aktivitas bisnis yang terjadi dilakukan melalui media jaringan tanpa kabel.
7. Intrabusiness E-commerce
Aktivitas bisnis yang termasuk kedalam intrabusiness e-commerce diantaranya proses pertukaran barang, jasa, atau informasi antar unit dan
individu yang terdapat pada suatu organisasi atau perusahaan. 8.
Business-to-Employees B2E B2E merupakan bagian dari kategori intrabusiness e-commerce dimana
perusahaan menyediakan pelayanan, informasi, atau produk pada individu pegawainya.
9. Collaborative Commerce
Saat individu atau grup melakukan komunikasi atau berkolaborasi secara online, maka dapat dikatakan bahwa mereka terlibat dalam collaborative
commerce.
10. Non-business E-commerce
Non-business e-commerce merupakan e-commerce yang dilakukan pada organisasi yang tidak berorientasi untuk mendapatkan keuntungan seperti
institusi akademis, organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan sebagainya.
11. E-government
E-government merupakan e-commerce yang dilakukan oleh pemerintah. Saat ini selain e-commerce terdapat juga istilah social commerce.
Social commerce pada umumnya mengacu pada penyampaian aktivitas dan transaksi e-commerce melalui lingkungan social commerce yang melibatkan
penggunaan teknologi media sosial untuk mendukung interaksi online dan kontribusi pengguna untuk membantu perolehan produk dan pelayanan
Liang dan Turban, 2012. L Zhou 2013
menyatakan bahwa “social commerce bukan sekadar perpaduan sederhana antara e-commerce dan teknologi jejaring sosial,
melainkan integrasi aktivitas perdagangan, dan mekanisme untuk mempromosikan interaksi dan kepercayaan sosial
”. Diao, He, dan Yuan 2015 membagi model bisnis social commerce
ke dalam empat kategori dasar, yaitu: 1.
Social commerce yang berorientasi pada e-commerce Social commerce yang berorientasi pada e-commerce adalah social
commerce yang berbasis pada platform e-commerce. Situs web social commerce yang berorientasi pada perdagangan adalah situs penjualan
langsung, seperti Amazon. Bukan hanya platform e-commerce tetapi juga komunitas yang memiliki banyak pengguna aktif dan pelanggan setia.
Platform e-commerce ini dapat meningkatkan layanan bagi pelanggan lama dengan menambahkan komponen sosial.
Gambar 2.1. E-commerce oriented social commerce
2. Social commerce yang berorientasi pada minat
Social commerce yang berorientasi pada minat adalah platform social commerce berdasarkan topik atau minat komunitas yang telah
dikembangkan berdasarkan
komunitas pihak
ketiga yang
menggabungkan pengguna yang berpusat pada kepentingan atau tema bersama. Pihak ketiga menghubungkan konsumen dengan platform e-
commerce atau penjual lainnya. Pedagang atau pemasok yang bertindak sebagai mitra bisnis dengan perusahaan social commerce juga
mendapatkan keuntungan dari promosi kepada pelanggan. Platform penjual atau e-commerce bisa mendapatkan keuntungan dari saluran
bisnis dengan biaya lebih rendah dan menarik lebih banyak pelanggan.
Gambar 2.2. Interest oriented social commerce
3. Social commerce yang berorientasi pada jaringan sosial
Social commerce yang berorientasi pada jaringan sosial adalah platform social commerce yang dikembangkan berdasarkan beberapa
jaringan sosial, seperti Facebook dan Twitter di Amerika dan Wechat di China. Pengguna media sosial didorong untuk berbagi informasi produk
dengan teman mereka melalui ikatan sosial online. Konsumen juga dapat berkonsultasi dengan komunitas sosial mereka untuk meminta saran dan
keputusan pembelian. Situs web sering menyediakan fungsi bagi penggunanya agar dapat dengan mudah berbagi informasi komersial
dengan jejaring sosial. Jaringan sosial ini mengundang para penjual untuk berpartisipasi dan menggunakan ikatan sosial online sebagai
saluran pemasaran.
Gambar 2.3. Social networks oriented social commerce
4. Social commerce yang berorientasi pada kelompok pembeli
Kelompok membeli situs web yang membantu orang mengatur aktivitas kelompok yang berbeda hanya dalam beberapa hari. Banyak
penyedia layanan sosial memulai bisnis mereka dengan menggabungkan pembelian dengan menjual kupon diskon yang ditawarkan dari mitra
mereka di internet. Grup yang membeli dari pengecer beroperasi dengan menawarkan satu produk kupon grup setiap hari di setiap pasar
metropolitan yang dilayaninya. Setiap kesepakatan yang berhasil memiliki jumlah pembeli minimal yang harus dicapai agar kesepakatan
ditutup dan penjual juga menetapkan ambang batas maksimum untuk membatasi jumlah kupon yang terjual. Mekanisme pembelian terbatas
waktu meningkatkan rasa urgensi pelanggan dan mengahasikan pembelian panik.
Gambar 2.4. Group buying oriented social commerce F.
Efisiensi Biaya Penjualan Online
Wakidi 2012 mengartikan efisiensi biaya penjualan online sebagai ukuran pencapaian terbaik dari perbandingan antara biaya yang dikeluarkan
untuk usaha mendapatkan calon pembeli dan usaha menawarkan produk secara online kepada pembeli sehingga terjadi penjualan online sampai pada
usaha untuk pengiriman barang kepada pembeli dengan pencapaian hasil yang sudah diraih .
Kotler 2005: 393 menyatakan bahwa ada cara yang efisien untuk mengelola tenaga penjualan, iklan, promosi penjualan, dan distribusi, yaitu:
1. Efisiensi tenaga penjualan
a Jumlah kunjungan rata-rata per hari
b Waktu kunjungan penjualan rata-rata per kontak
c Pendapatan rata-rata per kunjungan penjualan
d Biaya rata-rata per kunjungan penjualan
e Biaya jamuan per kunjungan penjualan
f Prosentase pesanan per 100 kunjungan penjualan
g Jumlah pelanggan baru per periode
h Jumlah pelanggan yang hilang per periode
i Biaya tenaga penjualan sebagai presentase penjualan total
2. Efisiensi iklan
a Pendapat konsumen tentang isi dan efektivitas iklan
b Sebelum dan sesudah pengukuran sikap terhadap produk
c Biaya per pertanyaan
3. Efisiensi promosi penjualan
a Prosentase penjualan yang diperoleh
b Biaya pajangan per penjualan
c Jumlah pertanyaan yang dihasilkan dari suatu promosi
4. Efisiensi distribusi
a Biaya logistik sebagai presentase penjualan
b Presentase pesanan yang diisi dengan tepat
c Presentase pengiriman tepat waktu
d Jumlah kesalahan penagihan
G. Media Sosial