Pembahasan ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Tabel. 5.23. Metode pembayaran yang digunakan oleh penjual online Keterangan Frekuensi Persentase Transfer Langsung 99 56,58 Cash on Delivery COD 66 37,71 Rekening Bersama 10 5,71 Jumlah 175 100 Tabel 5.23 menunjukkan sebagian besar penjual online menggunakan metode pembayaran transfer langsung 56,58 dan Cash on Delivery COD 37,7.

C. Pembahasan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden didominasi oleh wanita dengan persentase 73 atau sebanyak 73 orang. Hal tersebut dikarenakan wanita dianggap berperan penting dalam mendominasi pasar, wanita memiliki kekuatan pembelian, kemampuan mempengaruhi orang lain dalam pemilihan produk, dan bahkan dapat meningkatkan pencitraan produk Darwin, 2011 dalam Rahayu, 2013. Berdasarkan usia, sebagian besar responden berusia 20 tahun sampai dengan 24 tahun dengan persentase 57 atau sebanyak 57 orang. Artinya, dapat dikatakan bahwa segmen online seller adalah mereka yang termasuk ke dalam kategori digital natives. Digital natives adalah generasi yang lahir setelah tahun 1980, ketika teknologi jejaring sosial digital seperti usenet dan buletin board system lahir Palvrey dan Gasser, 2013 dalam APJII, 2014. Kategori usia ini memiliki karakter yang sangat aktif menggunakan jejaring teknologi digital dan memiliki kecakapan dalam mengoperasikan teknologi berbasis internet APJII, 2014. Berdasarkan pendidikan terakhir, sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMAsederajat dengan persentase 60 atau sebanyak 60 orang. Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar responden merupakan mahasiswa dengan persentase 57 atau sebanyak 57 orang. Hal tersebut sesuai dengan hasil survey tahun 2016 yang dilakukan oleh AJPII yang menunjukkan penetrasi pengguna internet Indonesia berdasarkan pekerjaan sebagai mahasiswa merupakan yang terbanyak, yaitu sebesar 89,7. Mahasiswa menjadikan penjualan online sebagai pekerjaan sampingan. Berdasarkan jenis usaha online, sebagian besar responden memiliki jenis usaha online fashion dan aksesoris dengan persentase 48 atau sebanyak 48 orang. Hal tersebut sesuai dengan data yang dimiliki oleh Direktorat Jendral Aplikasi dan Informatika Ditjen Aptika, tipe barang yang dibeli secara online yang mendominasi adalah kategori fashion dan aksesoris 37,6. Hal ini dikarenakan fashion dan aksesoris selain salah satu faktor pemenuhan kebutuhan pokok, fashion juga merupakan kebutuhan bagi orang-orang untuk bisa tampil menarik di hadapan orang lain dan online shop saat ini yang mendominasi di dunia maya adalah penjualan fashion. Berdasarkan media sosial yang digunakan untuk penjualan online, sebagian besar responden menggunakan media sosial instagram sebagai media untuk penjualan online dengan persentase 31,78 atau sebanyak 75 orang. Hasil tersebut sesuai dengan survei ekosistem DNA Device, Network Application dan Awarness yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika Indonesia MASTEL dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia APJII yang menyebutkan Instagram digunakan oleh 82,6 persen responden. Berikut adalah pembahasan dari hasil analisis efisiensi biaya penjualan online pada online seller, perbandingan tingkat efisiensi biaya penjualan online pada online seller di tahun 2016 dengan tahun 2015 di Kota Yogyakarta dan Bandung, dan perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada online seller antara Kota Yogyakarta dan Kota Bandung:

1. Efisiensi biaya penjualan online pada online seller

Pada penjualan online terdapat beragam biaya yang terjadi. Biaya yang terjadi dalam penjualan online meliputi biaya pulsa, biaya promosi, biaya pengepakan, dan biaya gaji pegawai. Selain biaya-biaya tersebut, terdapat satu biaya lagi yang terjadi dalam penjualan online, yaitu biaya transportasi. Biaya ini dikeluarkan oleh online seller saat mereka pergi belanja barang untuk dijual ataupun mengirimkan barang pesanan kepada pelanggan yang menggunakan metode pembayaran cash on delivery COD. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, hasil perhitungan guna menjawab rumusan masalah pertama dengan menggunakan skala sikap menunjukkan bahwa frekuensi skor total terbanyak dengan jumlah 50 responden dari 100 responden berada di antara batas skala sikap kedua yang telah ditentukan, yaitu antara skor total 18 sampai dengan 23. Hal tersebut ditunjukan dengan perolehan persentase skala sikap tertinggi, yaitu sebesar 50. Terdapat 40,33 responden yang menjawab “Setuju S” pada 6 item pernyataan yang bersifat positif dan mendukung pernyataan bahwa biaya penjualan online sudah dilaksanakan secara efisien. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka efisiensi biaya penjualan online pada online seller termasuk dalam kategori sikap efisien. Biaya penjualan online yang dilakukan oleh online seller sudah dilaksanakan secara efisien karena metode penjualan online dapat menekan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan dengan melakukan penjualan online lebih rendah dibandingkan penjualan konvensional pada umumnya. Penjualan konvensional mengeluarkan biaya toko atau biaya sewa tempat untuk berjualan, sedangkan penjualan online mengeluarkan biaya pulsa atau paket data untuk berjualan di media sosial. Salim 2009: 37 menyatakan sebagai berikut: Untuk membuat sebuah toko online membutuhkan modal yang reatif kecil. Hal ini sangat berbeda dengan ketika membuat sebuah toko konvensional. Ketika membangun sebuah toko konvensional, kita perlu memiliki bangunan toko yang bisa kita dapatkan dengan menyewa atau membeli. Semakin strategis sebuah lokasi, maka akan semakin mahal biaya untuk memperolehnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Harjuna 21 tahun online seller kulit, tas, dan sepatu dan Marissa 20 tahun online seller fashion dan aksesoris: ………..melalui online shop kita gak perlu buka toko lagi seperti yang dulu harus buka toko. Nah kalau ini kita tinggal buka toko online buat akun secara gratis. Jadi biayanya lebih efisien, gak ada biaya tambahan seperti buka toko . ”………gak perlu biaya untuk sewa toko. Hanya perlu modal gadget dan kuota, tapi kesulitannnya kita harus mengecek stock ke supplier. Soalnya konsumen selalu minta kita untuk fast respon ”. Selain itu, penjualan online tidak harus dibantu oleh pegawai untuk berjualan, walaupun ada beberapa online seller yang dibantu oleh pegawai untuk membantu mengelola penjualan online. Sebagian besar online seller dapat berjualan sendiri tapa bantuan pegawai sehingga dapat menghilangkan biaya pegawai atau biaya tenaga kerja yang biasanya dikeluarkan oleh seller konventional. Salim 2009: 39 menyatakan sebagai berikut: Kita bisa memperhitungkan biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk menjalankan sebuah toko konvensional mulai dari biaya listrik, biaya karyawan, maupun biaya-biaya yang lain seperti pajak usaha, dana keamanan lingkungan, biaya lembur, dan lainnya. Jika kita membangun sebuah toko online, maka biaya-biaya tersebut di atas sangat dapat diminimalkan karena kita bisa mengoperasikan website tersebut seorang diri, ataupun jika membutuhkan beberapa karyawan maka kinerjanya dapat sangat diefektifkan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Marissa 20 tahun online seller fashion dan aksesoris, …………Jumlah yang saya keluarkan bisa sedikit karena gak kayak teman-teman lain yang biasanya mereka itu mempekerjakan orang untuk mengelola media sosialnya agar fast respon. Tentu dengan adanya pekerja keuntungan yang saya dapatkan jadi berkurang. Jadi lebih enak ngelola media sosial sendiri, untungnya besar.

2. Perbandingan tingkat efisiensi biaya penjualan online pada online seller

di tahun 2016 dengan 2015 di Kota Yogyakarta dan Bandung Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ada peningkatan efisiensi biaya penjualan online pada tahun 2016 dibandingkan efisiensi biaya penjualan online di tahun 2015, yaitu sebesar 39 responden setuju dan 29 responden sangat setuju. Peningkatan tersebut terjadi karena semakin banyaknya masyarakat di Indonesia yang aktif menggunakan media sosial dan tingkat kepercayaan masyarakat pada penjualan online semakin meningkat. Online Seller yang sudah dipercaya dan memberikan pelayanan yang baik akan mendapat banyak pesanan dari pelanggan yang mencari barang yang dibutuhkan menggunakan media sosial. Sulianta 2011: 60 menyatakan sebagai berikut: Beban terbesar dalam berbelanja online adalah menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh konsumen. Hal demikian akan sangat menyita waktu apalagi mereka tidak jadi membeli, tetapi jika Anda mampu memberikan jawaban yang ramah dan baik sebagai bentuk pelayanan, bisa jadi mereka akan mempertimbangkan lebih lagi untuk membeli barang yang Anda jual, apalagi jika Anda mampu memberikan jawaban yang berpengetahuan, mengajukan pertimbangan dan lebih manusiawi atau personal. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Irene 32 tahun online seller kulit, tas, dan sepatu, Terjadi peningkatan penjualan di tahun 2016 karena masyarakat sudah semakin banyak yang pakai media sosial, terus udah banyak kenal produk, kami memberikan pelayanan semaksimal mungkin dan dari pelanggan-pelanggan sebelumnya juga jadi membawa pelanggan baru buat ikut beli di kita juga . Selain itu terjadi karena biaya-biaya yang dikeluarkan oleh online seller pada tahun 2016 dan tahun 2015 tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan, tetapi pada tahun 2016 terjadi peningkatan penjualan dibanding tahun 2015. Hal ini seperti diungkapkan oleh Astrie 24 tahun online seller fashion dan aksesoris, ………..biaya kuota dan packaging sama aja flat. Gak ada perubahan sih. Untuk setahun biaya kuota itu seratus lima puluh ribu dikalikan dua belas, lalu packaging paling setahun dua ratus ribu. Omsetnya untuk tahun 2016 jelas lebih banyak sekitar sepuluh sampai lima belas juta, sedangkan untuk tahun 2015 itu sekitar tujuh sampai sepulu juta ”. Terjadi peningkatan efisiensi biaya penjualan online pada tahun 2016 dibandingkan efisiensi biaya penjualan online di tahun 2015 terjadi karena pada tahun 2015 seller online belum menemukan supplier atau pemasok yang tepat. Sulianta 2011: 101 menyatakan masalah yang kerap kali terjadi melibatkan supplier, yaitu sewaktu jalur pengadaan barang terhambat di supplier. Supplier tidak dapat memenuhi kebutuhan barang yang hendak kita jual. Hal ini seperti diungkapkan oleh Marissa 20 tahun dan Astrie 24 tahun online seller fashion dan aksesoris, “........tahun 2015 barang yang di jual dari supplier-nya sudah mahal, jadi cuma bisa ambil untung dikit. Sedangkan tahun 2016 itu barangnya dari sana harganya murah dan jauh sama harga pasar, dan saat saya jual sama dengan harga pasar, saya untungnya dapat berlipat karena banyak yang beli”. “……..tahun 2015 supplier saya sering kehabisan stock. Jadi banyak orang yang sudah booking dan saya cek lagi ternyata stock-nya sudah habis. Di tahun 2016 saya dapat supplier baru yang barangnya ready terus ”.

3. Perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada online seller antara

Kota Yogyakarta dan Kota Bandung Berdasarkan hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya data di analisis menggunakan uji Z. Berdasarkan perhitungan uji Z yang telah dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Z hitung dan Z tabel . Z hitung yang diperoleh dari perhitungan dengan bantuan SPSS 16.0 yaitu 2,330 sedangkan Z tabel pada taraf signifikansi 5 adalah 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada online seller di Kota Yogyakarta dan Kota Bandung. Kota Yogyakarta mendapatkan rata-rata total skor 22,46 dan Kota Bandung rata- rata total skor 20,58. Hasil tersebut menunjukkan efisiensi biaya penjualan online pada online seller di Kota Yogyakarta lebih tinggi daripada Kota Bandung, tetapi kategori skor Kota Yogyakarta dan Kota Bandung masih berada pada range yang sama, yaitu 18 sampai 23 dengan kategori sikap efisien. 83

BAB VI PENUTUP