Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan internet yang sangat cepat menjadikan orang-orang lebih mudah untuk berbelanja. Dahulu kita harus pergi ke pasar atau pusat perbelanjaan untuk bisa membeli barang yang kita inginkan, kini kita bisa melakukan secara mudah dan bebas melalui perantaraan internet. Rasjid www.ubaya.ac.id menyatakan bahwa “orang-orang telah menemukan berbagai macam manfaat internet untuk bisnisnya, salah satu contohnya adalah dengan adanya bisnis online yang menjadikan internet sebagai bisnis utama ”. Salah satu media yang digunakan untuk melakukan bisnis online adalah media sosial. Dahulu orang-orang menggunakan media sosial sebagai media untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan keluarga, teman maupun orang yang baru dikenal, sekarang media sosial sudah dimanfaatkan untuk keperluan bisnis. Media sosial yang digunakan ada berbagai macam seperti Facebook, Twitter, Instagram, BBM Channel, WhatsApp, Line, YouTube dan sebagainya. Penjualan online menggunakan media sosial dijadikan strategi oleh perusahaan besar hingga usaha kecil dan menengah ataupun individu dalam menawarkan produknya kepada seluruh konsumen tanpa harus dibatasi oleh ruang dan waktu. Produk-produk yang ditawarkan sangat beragam seperti kendaraan bermotor, barang elektronik, peralatan olah raga, keperluan pribadi hingga perlengkapan bayi dan anak. Produk-produk tersebut ditampilkan semenarik mungkin, sehingga dapat menarik minat para pembeli. Pembeli akan lebih mudah untuk mencari informasi mengenai produk yang ingin mereka beli karena tidak perlu tatap muka secara langsung. Data yang dilansir oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia APJII menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 88,1 juta. Wilayah Jawa dan Bali menjadi wilayah yang mempunyai pengguna internet terbanyak di Indonesia dengan 52 Juta, lalu diikuti Sumatera yang berjumlah 18,6 Juta dan Sulawesi yang mempunyai 7,3 Juta pengguna internet. Daerah Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku memiliki jumlah 5,9 Juta pengguna internet. Terakhir, daerah Kalimantan yang mempunyai jumlah pengguna internet sebanyak 4,2 Juta pengguna internet. Sebanyak 85 dari jumlah pengguna internet di Indonesia memakai perangkat telepon seluler untuk mengakses internet. Selain itu tak kurang dari 87 pengguna internet di Indonesia menggunakan media sosial saat terhubung ke internet. Pemasar perlu berinvestasi tepat di media sosial untuk memaksimalkan keuntungan. Fitur promosi konsumen lebih menonjol di Facebook daripada di Twitter, tapi kurang begitu daripada di YouTube. Twitter adalah media di mana berita dan informasi menyebar dengan cepat. Sebagai situs yang menuntut lebih dari kontributor, dan situs ini kurang kondusif untuk menghubungkan, YouTube bukan media alami di mana konsumen dapat dengan mudah berkomunikasi dengan pemasar jika mereka ingin melakukannya Smith at al., 2012. Ketika sebuah perusahaan telah berhasil mengadaptasi Instagram sebagai bagian dari rencana media sosial yang digunakan dan belajar bagaimana menggunakannya dengan cara yang paling efisien, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang kompetitif dari merek lain. Pemasaran di Instagram dapat meningkatkan keseluruhan penjualan perusahaan dan meningkatkan kesadaran akan merek dengan cepat Nummila, 2015. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanto 2015 menunjukkan bahwa perbandingan penjualan antara menggunakan internet dan sistem konvensional adalah 45 untuk rata-rata penjualan produk dengan menggunakan online per tahun dan 55 untuk rata-rata penjualan produk dengan secara konvensional. Perbandingan penjualan unit produk antara online dan konvensional adalah 49 untuk rata-rata penjualan unit produk dengan menggunakan online per tahun dan 51 untuk rata-rata penjualan unit produk dengan menggunakan online per tahun. Jadi penjualan online kurang begitu efektif dibandingkan dengan penjualan secara konvensional. Zalviano 2014 mengungkapkan bahwa terdapat 2 dimensi untuk mengukur efisiensi internet sebagai jalur pemasaran, yaitu tingkat harga dan tingkat variasi harga price dispersion. Toko online akan dikatakan lebih efisien jika mampu memberikan tingkat harga dan tingkat variasi harga price dispersion yang lebih rendah jika dibandingkan toko konvensional. Populasi yang digunakan dalam penelitian, yaitu toko laptop online dan konvensional yang ada di Indonesia. Sampel yang diambil yaitu 10 toko online dan 10 toko konvensional. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin melihat efisiensi biaya penjualan online. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari para pelaku penjualan online yang menggunakan media sosial. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Analisis efisiensi biaya penjualan online pada online seller di Kota Yogyakarta dan Bandung ”.

B. Rumusan Masalah