63
menyeluruh yaitu para peneliti kualitatif berusaha membuat gambaran kompleks dari suatu masalah atau isu yang diteliti.
Dengan demikian, peneliti meninjau bahwa pendekatan kualitatif tepat digunakan untuk melakukan penelitian terkait dengan kesiapan anak didik
Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat karena dalam hal ini memerlukan pandangan secara holistik
atau menyeluruh yang akan melibatkan berbagai aspek atau faktor terkait dengan kesiapan anak didik dan juga didukung oleh hasil dari berbagai sumber
data terkait melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga tidak hanya terfokuskan pada satu sumber saja. Peneliti juga memerlukan
pengumpulan data langsung di lapangan guna meninjau secara langsung melalui observasi terkait dengan kondisi yang ada saat ini secara holistik.
B. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Stake 1995, dalam Creswell
2009 maka studi kasus merupakan strategi penelitian dimana peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan yang dalam hal ini berkaitan mengenai kesiapan anak didik Lembaga
Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat Studi kasus pada anak didik residivis dengan 13 sepertiga sisa
masa tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh informasi yang mendalam
mengenai fokus penelitian yang akan diteliti dan memahaminya secara menyeluruh.
64
Hal ini didukung pula oleh Bungin 2011, bahwa penelitian dengan teknik studi kasus juga bertujuan untuk menelaah lebih dalam mengenai
permasalahan yang terjadi pada satu kelompok orang, dalam hal ini yaitu dengan subjek penelitian anak didik residivis yang sedang menjalani 13 sisa
masa tahanan dalam tahap masa pembinaan tahap akhir tahap asimilasi untuk dipersiapkan menuju kehidupan nyata bermasyarakat selepas keluar dari
Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Hal ini diperkuat dengan apa yang dikemukakan oleh Creswell 2013 bahwa karakteristik dari suatu studi kasus
diantaranya mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi dan menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya untuk memberikan
gambaran secara terinci dan mendalam tentang respon dari suatu peristiwa.
C. Informan dan Sumber Data
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang memahami objek penelitian atau fenomena yang akan diteliti dalam penelitian. Adapun
pemilihan informan dilakukan melalui
non-probability sampling
dengan teknik
Purposive Sampling.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Patton 2002 bahwa
Purposive Sampling
adalah sebuah teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengidentifikasi dan menyeleksi kekayaan
informasi untuk penggunaan yang efektif dari data sumber yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Creswell dan Plano Clarsk 2011 bahwa
penentuan informan dilakukan dengan mengidentifikasi dan menyeleksi individu atau kelompok dari individu-individu yang secara khusus memiliki
pengetahuan atau pengalaman terkait dengan fenomena penelitian yang diajukan.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam dengan pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak, anak
didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak, serta masyarakat sekitar di daerah
65
asal anak didik maupun sekitar lingkungan Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Selain itu, data juga diperoleh dari hasil observasi non-partisipatif yang
dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak saat kegiatan pembinaan berlangsung. Adapun karakteristik informan dipilih berdasarkan beberapa
kriteria berikut: 1.
Mengetahui dan memahami mengenai kesiapan anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam
masyarakat sesuai dengan konsep pemasyarakatan yang dijalankan dalam pembinaan fisik, mental, dan sosial di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II Bandung. 2.
Mendapatkan manfaat atau terlibat dalam program pembinaan fisik, mental, dan sosial bagi anak didik di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3.
Mendapatkan pengaruh dari kesiapan fisik, mental, dan sosial anak didik, baik selama menjalani masa binaan maupun selepas keluar dari
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Selain itu, penentuan informan juga didasarkan atas kebutuhan data itu
sendiri sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditentukan. Ukuran sampel pada prosedur purposif ini didasarkan atas teori kejenuhan dimana informasi
yang didapatkan sudah tidak menambahkan wawasan baru untuk pertanyaan penelitian.
Tabel 3.1 Penentuan Informan
No. Informasi
Sumber Informasi Informan
Teknik Pengambilan Data
1. Gambaran umum mengenai Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II Bandung Jenis dan jadwal kegiatan pembinaan fisik, mental,
dan sosial di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung
Upaya untuk meningkatkan kesiapan fisik anak Kepala
Lembaga Pembinaan
Khusus Anak
Kelas II
Bandung Wawancara
66 didik dengan 13 sisa masa tahanan menuju proses
integrasi ke dalam masyarakat Upaya untuk meningkatkan kesiapan mental anak
didik dengan 13 sisa masa tahanan menuju proses integrasi ke dalam masyarakat
Upaya untuk meningkatkan kesiapan sosial anak didik dengan 13 sisa masa tahanan menuju proses
integrasi ke dalam masyarakat Indikator kesiapan diri anak didik, baik secara
fisik, mental, dan sosial Tanggapan akan anak didik residivis dengan 13
sisa masa tahanan di LPKA Kelas II Bandung Faktor pendorong dan faktor penghambat dalam
pengupayaan peningkatan kesiapan fisik, mental, dan sosial bagi anak didik Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II Bandung. Kepala
Sub Seksi
Pembinaan LPKA Kelas II
Bandung
Asisten Wali Pemasyarakatan
Staf Pembinaan Staf Admisi dan
Orientasi
6. Kondisi diri terkait dengan kesiapan fisik, baik
selama menjalani masa pembinaan maupun ketika pertama kali keluar dari Lembaga Pembinaan
Khusus Anak. Kondisi diri terkait dengan kesiapan mental, baik
selama menjalani masa pembinaan maupun ketika pertama kali keluar dari Lembaga Pembinaan
Khusus Anak. Kondisi diri terkait dengan kesiapan sosial, baik
selama menjalani masa pembinaan maupun ketika pertama kali keluar dari Lembaga Pembinaan
Khusus Anak. Tanggapan akan pelaksanaan pembinaan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung
Perkembangan dan keterlibatan diri terkait dengan pembinaan fisik, mental, dan sosial di LPKA
Kelas II Bandung dalam hubungannya dengan kesiapan dirinya untuk berintegrasi kembali ke
dalam masyarakat menjelang masa pembebasan
Pengalaman diri akan hubungan sosial anak didik dengan masyarakat ketika pertama kali keluar dari
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Anak
Didik Residivis Lembaga
Pembinaan Khusus Anak dengan 13
sisa masa tahanan Wawancara
Observasi
7. Tanggapan terhadap kesiapan fisik bagi anak didik
Lembaga Pembinaan
Khusus Anak
dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat.
Tanggapan terhadap kesiapan mental bagi anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam
menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat. Tanggapan terhadap kesiapan sosial bagi anak
didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat.
Tanggapan diri masyarakat terhadap keberadaan Masyarakat sekitar
tempat tinggal
informan anak didik dan
sekitar Lembaga
Pembinaan Khusus Anak
Kelas II
Bandung Wawancara
67 mantan narapidana anak di tengah kehidupan
bermasyarakat. Tanggapan masyarakat akan anak didik residivis
Sumber : Penelitian 2015 Dalam hal ini, adapun alasan pemilihan informan sesuai dengan
penjabaran fokus penelitian yang telah ditentukan untuk pengumpulan sumber data, diantaranya:
1 Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung
Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung ditentukan untuk menjadi informan atas dasar pertimbangan bahwa Kepala
LPKA Kelas II Bandung membuat pedoman pelaksanaan penugasan dalam pembinaan bagi petugas LPKA Kelas II Bandung yang didasarkan atas fokus
pembinaan fisik, mental, dan sosial. Kepala LPKA Kelas II Bandung juga merupakan pemegang kepentingan teratas yang berada dalam struktur
organisasi LPKA Kelas II Bandung, sehingga dalam pelaksanaan pembinaan yang dijalankan di LPKA Kelas II Bandung ditentukan atas kebijakan dan
keputusan dari Kepala LPKA Kelas II Bandung. Sehingga, dalam hal ini diharapkan Kepala LPKA Kelas II Bandung mengetahui dan meninjau sejauh
mana perkembangan kesiapan anak didik, baik secara fisik, mental, dan sosial selama pelaksanaan pembinaan yang telah dijalankan sesuai dengan keputusan
dan kebijakan yang telah ditentukannya. Begitupula dengan pengalaman yang dimiliki oleh Kepala LPKA Kelas II Bandung sebagai kepala beberapa
Lembaga Pemasyarakatan sehingga dapat meninjau sejauh mana faktor dan dampak dari adanya kasus residivis bagi anak.
2 Kepala Sub Seksi Pembinaan
68
Kepala Subseksi Pembinaan adalah petugas yang memiliki peranan penting dalam penentuan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan, bimbingan
kemasyarakatan, pelayanan perlengkapan dan makanan narapidana, dan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan
informasidata dari Kepala Subseksi Pembinaan terkait dengan proses pelaksanaan pembinaan hingga indikator keberhasilan pembinaan yang
diharapkan bagi kesiapan fisik, mental, dan sosial anak didik lembaga pembinaan khusus anak.
3 Asisten Wali Pemasyarakatan
Sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada wali pemasyarakatan, maka seharusnya melalui kartu pembinaan, asisten wali pemasyarakatan
merupakan orang terdekat yang dipercaya dan menjadi konselor bagi anak didik selama menjalani masa tahanan. Asisten Wali Pemasyarakatan memiliki
peran yang penting dalam upaya membina anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak sesuai dengan tujuan dari setiap tahap pembinaan. Asisten Wali
Pemasyarakatan diharapkan dapat mengetahui perkembangan setiap anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak untuk setiap bagian tahap pembinaan
berdasarkan hasil peninjauan dari catatan di kartu pembinaan oleh wali pemasyarakatan anak. Asisten wali pemasyarakatan juga merupakan petugas
yang berhubungan secara langsung dengan petugas lainnya terkait dengan pembinaan bagi anak didik baik secara fisik, mental, maupun sosial.
4 Staf Admisi dan Orientasi
Staf Admisi dan Orientasi merupakan petugas dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang bertugas untuk mengadakan pengenalan lingkungan atau
disebut orientasi bagi anak didik pada saar pertama kali masuk ke dalam
69
lingkungan Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Staf admisi dan orientasi juga berperan dalam pencatatan dan mengarsipkan data dari anak didik selama
menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.
5 Staf Pembinaan
Staf pembinaan berperan dalam pelaksanaan pembinaan fisik, mental, dan sosial bagi anak didik selama menjalani masa pembinaan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak. Staf pembinaan juga merupakan petugas yang paling sering berhubungan dengan asisten wali pemasyarakatan dalam pemantauan
perkembangan anak didik, baik secara fisik, mental, dan sosial selama mengikuti kegiatan pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.
6 Anak didik residivis Lembaga Pembinaan Khusus Anak dengan 13 sisa
masa tahanan Anak didik residivis lembaga pembinaan khusus anak dengan 13 sisa
masa tahanan penelitian ini adalah informan utama. Anak didik
Lembaga Pembinaan Khusus A
nak dengan 13 sisa masa tahanan merupakan anak didik yang tengah menjalani tahap akhir pembinaan dengan tujuan untuk persiapan
reintegrasi ke dalam masyarakat. Tahap yang sedang dijalani yaitu tahap asimilasi dengan harapan anak didik sudah memahami apa yang telah dipelajari
selama menjalani 23 masa tahanan dan dipersiapkan untuk kembali bersosialisasi menuju proses integrasi ke dalam masyarakat selepas keluar dari
Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Kesiapan yang diharapkan sebagaimana pembinaan yang telah diberikan diantaranya kesiapan fisik, mental, dan sosial.
Anak didik residivis juga dipilih sebagai informan utama karena memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih akan aktivitas dan keadaan dalam
70
kehidupan bermasyarakat ketika dirinya menjalani peran sebagai mantan narapidana anak dalam masyarakat. Sehingga, diharapkan anak didik residivis
dapat memberikan informasi lebih akan pengalaman yang telah dijalaninya terkait dengan kesiapan fisik, mental, dan sosial yang diperlukan bagi anak
didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak menjelang masa pembebasan.
7 Anggota masyarakat di lingkungan sosial sekitar tempat tinggal informan
utama anak didik residivis dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Dalam hal ini, anggota masyarakat juga menjadi informan penunjang
dalam penelitian. Informasi dari anggota masyarakat dibutuhkan dalam rangka untuk melihat sejauh mana peran, keterlibatan, dan harapan anggota
masyarakat terhadap anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam kaitannya dengan kesiapan fisik, mental, dan sosial anak didik selepas keluar
dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak sehingga dapat menjadi pertimbangan tentang bagaimana kesiapan fisik, mental, dan sosial anak didik agar selaras
dengan persiapan yang telah dijalani melalui kegiatan pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak dan juga tentang kesiapan dirinya sebagai seorang
remaja sesuai dengan masa perkembangannya dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat.
Berikut identitas informan dalam penelitian ini mengenai kesiapan anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi
ke dalam masyarakat dengan memperhatikan aspek triangulasi, yaitu : keterwakilan dan ketercukupan dari berbagai sumber data dan cara-cara
pengumpulan data. Misalkan:
71
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 1 Teknik Pengumpulan Data