Pengolahan dan Analisis Data Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung

74 analisis selanjutnya. Adapun sumber yang digunakan dalam studi kepustakaan ini adalah buku, diklat, dan artikel. 2 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini diantaranya : 1. Pedoman Wawancara. Dalam hal pengumpulan data di lapangan, peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk membantu peneliti dalam memperoleh data secara sistematis dan terstruktur mengenai kesiapan anak didik L Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat. 2. Pedoman Observasi Digunakan untuk menghasilkan sebuah catatan lapangan mengenai kejadian yang diobservasi oleh peneliti selama melakukan pengamatan dan penelitian mengenai kesiapan anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat. 3. Alat bantu penelitian diantaranya berupa perekam suara dan kamera digital untuk mendokumentasikan hal yang dibutuhkan dalam penelitian dan dapat memudahkan peneliti untuk mengingat kembali kejadian di lapangan sehingga tidak ada informasi yang tertinggal dan tidak tercatat saat proses pengambilan data.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Kualitas pengolahan data menentukan kualitas data yang akan dianalisis dan karenanya menentukan kualitas hasil analisis data. Analisis data adalah 75 proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan mengelompokannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam pengolahan dan analisis data ini terdapat beberapa langkah pengolahan data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan data. Beberapa langkah tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Reduksi data Reduksi data merupakan proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul di lapangan. Selama pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat catatan penelitian, ringkasan data, hingga kategorisasi data atau mengelompokan data yang sesuai dengan yang dibutuhkan yang dalam hal ini mengenai kesiapan anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat. 2. Penyajian data, mengorganisasi dan menyusun informasi yang memungkinkan adanya gambaran kesimpulan berbentuk teks naratif. Penyajian-penyajian yang dilakukan meliputi teks naratif yang telah melalui proses pereduksian data, sehingga dapat disajikan data yang komprehensif mengenai kesiapan anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat. 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Proses ini melibatkan peneliti untuk melakukan interpretasi, menggambarkan maksud dari data yang telah ditampilkan. Berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan proses ini diantaranya membandingkan, mencatat dan mengelompokan pola dan tema untuk dilakukan penarikan kesimpulan mengenai kesiapan anak didik 76 Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun alasan peneliti dalam memilih Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung sebagai lokasi penelitian didasari oleh pertimbangan sebagai berikut: 1. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung merupakan salah satu lembaga penanganan bagi anak berhadapan dengan hukum yang beroperasi secara pusat di Jawa Barat setelah sebelumnya memiliki nama sebagai Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Bandung. Berdasarkan data dari jurnal harian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, jumlah anak didik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung menempati posisi ke-2 terbanyak se-Indonesia pada tahun 2015. 2. Jumlah anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung setiap bulannya mengalami peningkatan. Oleh karena itu, perlu dikaji mengenai kesiapan anak didik yang didasarkan pada salah satu indikator keberhasilan pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak adalah berkurangnya jumlah anak didik yang menjalani masa tahanan, terlebih bila ada anak didik residivis. 3. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung merupakan salah satu lembaga pembinaan bagi anak berhadapan dengan hukum yang memiliki pedoman dalam pelaksanaan pembinaan bagi anak dengan fokus kepada pembinaan dan perlindungan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara seimbang sebagaimana yang dikemukakan dalam teori Gultom 2008. 77 4. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung memiliki beberapa kegiatan dalam setiap tahapan program pembinaan. Kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar program pembinaan fisik, mental, dan sosial bagi anak, sehingga dapat dilakukan penelitian mengenai kesiapan fisik, mental, dan sosial bagi anak didik yang telah menjalani masa pembinaan dalam setiap tahapnya menjelang masa pembebasan menuju proses integrasi ke dalam masyarakat.

5. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung memiliki

pengalaman kasus dalam menangani anak didik yang kabur dan kasus residivis. 78 6 PROSES INTEGRASI ANAK DIDIK LPKA KE MASYARAKAT Pada bagian ini, akan menjabarkan hasil penelitian yang telah dihimpun untuk kemudian dianalisis secara deskriptif. Data hasil penelitian akan dijabarkan untuk mengetahui lebih luas akan kesiapan anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakat Studi kasus pada anak didik residivis dengan 13 sisa masa tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung.Data yang telah diperoleh, baik berupa data primer maupun sekunder akan dibahas dan dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan pada akhir penulisan bukuini.Dalam bidang pemasyarakatan, penggunaan istilah untuk menyebutkan narapidana anak biasanya disingkat sebagai andikpas anak didik lembaga pemasyarakatan. Namun, saat ini Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Bandung telah berubah nama menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Dalam bab ini, peneliti menggunakan istilah Anak Didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak untuk menggambarkan subjek dalam bukuini mengenai kesiapan Anak Didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam menghadapi proses integrasi ke dalam masyarakatstudi kasus pada anak didik residivis dengan 13 sisa masa tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. 79

A. Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung

Lembaga Pembinaan Khusus Anak LPKA Kelas II Bandung terletak di Jalan Pacuan Kuda No. 3A RT 04 RW 03, Kel. Sukamiskin, Kec. Arcamanik, Bandung. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung merupakan salah satu lembaga pembinaan bagi anak berhadapan dengan hukum di Jawa Barat yang ditetapkan sebelumnya dengan namaLembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Bandung. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung terletak di antara Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin dan Lembaga Pemasyarakatan Wanita.Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung mulai beroperasi pada tanggal 8 April Tahun 2013. Berdasarkan data dari jurnal harian Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung per Agustus 2015, LPKA Kelas II Bandung menangani 22 jenis kasus kejahatan dengan jumlah anak didik sebanyak 192 anakdengan mayoritas usia anak didik antara 16-18 tahun. Adapun jenis kejahatan yang ditangani di Lembaga Pembinaan Khusus Anak diantaranya kasus kejahatan terhadap ketertiban, pembakaran, pemalsuan suratmaterai, kejahatan susila, perjudian, penghinaan, pembunuhan, penganiayaan, pencurian, perampokan, memerasmengancam, penggelapan, penipuan, merusak barang, penadahan, kecelakaan penyebab kematian, kejahatan narkotika, kejahatan psikotropika, perlindungan anak, senjata tajam, dan lalu lintas. Mayoritas kasus kejahatanyang dilakukan oleh anak didik adalah kasus perlindungan anak, pembunuhan, pencurian, dan narkoba. Dalam pelaksanaan pembinaan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung memberikan pelayanan pembinaan yang sama untuk anak didik dengan semua jenis kasus kejahatan. Dalam menjalankan tugasnya, Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung memiliki pedoman umum yang dibuatkan oleh Kepala 80 LPKA Kelas II Bandung sesuai dengan peraturan perundang-undangan dari Kementrian Hukum dan HAM sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan tugas bagi setiap petugas yang terdapat dalam struktur organisasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung.Adapun struktur organisasi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung terdiri atas: a. Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak b. Urusan Tata Usaha c. Subseksi Admisi dan Orientasi d. Subseksi Pembinaan e. Subseksi Ketertiban Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak mengemukakan bahwa pembinaan yang dijalankan didasarkan atas pengetahuan akan kebutuhan anak untuk belajar, pendidikan, dan bermain secara seimbang sebagai seorang remaja sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, dan sosialnya. Petugas juga diharapkan dapat menghargai dan mendengarkan setiap pendapat dari anak didik, baik yang sedang menjalankan masa pidana maupun ketika dirinya sudah menjalani masa pembebasan. Pembinaan yang dijalankan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung juga dikemukakan bahwa tidak bisa berdiri sendiri, melainkan terdapat tiga hal yang mendukung jalannya pembinaan tersebut yaitu anak didik, petugas, dan masyarakat. Pembinaan dijalankan secara komprehensif dengan dukungan dari unsur-unsur yang terlibat tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan, mayoritas informan petugas mengemukakan bahwa jumlah petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandungtidak memadai dengan tugas yang harus dijalankan sesuai dengan pembinaan yang telah ditetapkan. Hal ini menyebabkan setiap petugas 81 seringkali memiliki rangkap penugasan. Seperti halnya beberapa staf subseksi memiliki tugas sebagai asisten wali pemasyarakatan. Hal ini berdampak terhadap rendahnya kualitas dan kuantitas komunikasi antara anak didik dengan asisten wali pemasyarakatan. Bila meninjau mengenai kondisi anak didik, saat ini anak didik yang berstatus residivis atau penjahat kambuhan yang kembali menjalani masa tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung berjumlah 12 orang. Namun, petugas mengemukakan bahwa jumlah anak didik residivis tersebut adalah anak didik yang mengakui bahwa dirinya residivis, sedangkan anak didik lain yang berasal dari mutasi Lembaga Pemasyarakatan Luar Kota Bandung tidak diketahui secara pasti statusnya residivis atau tidak karena tidak ada catatan khusus yang diberikan kepada Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung dari Lembaga Pemasyarakatan asal mereka. Mayoritas pelaku residivis berada dalam kasus pencurian dan narkoba. Dalam hal ini, pembinaan yang dijalankan bagi anak didik residivis maupun anak didik pada umumnya adalah sama, tidak ada pembinaan khusus yang ditujukan bagi anak didik residivis. Berdasarkan pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, anak didik yang ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak atau saat ini bernama Lembaga Pembinaan Khusus Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal maupun informal sesuai bakat dan kemampuan, serta memperoleh hak lain. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung memiliki beberapa kegiatan dalam program pembinaansesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pembinaan yang dijalankan dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu pembinaan tahap awal 0-13 masa pidana, pembinaan tahap lanjutan 13-12 masa pidana, dan pembinaan tahap akhir 12 masa pidana – bebas.Sebagaimana disebutkan dalam pedoman 82 Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung 2014, anak-anak memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara seimbang.Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Gultom 2008 bahwa pembinaan yang dijalankan di Lembaga Pemasyarakatan bagi remaja bertujuan untuk memberikan kesiapan secara fisik, mental, dan sosial. Berdasarkan pedoman Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung 2014, tugas dan fungsi dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak bukan hanya melakukan perawatan melainkan juga melaksanakan pembinaan terhadap anak didik. Dalam proses perkembangannya, pelaksanaan pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak diantaranya didasarkan atas3 tiga hal, yaitu: 1 Proses pembinaan bagi anak didik harus diatur dan dikelola dengan semangat pengayoman dan pembimbingan, bukan pembalasan dan penjeratan 2 Proses pembinaan bagi anak didik mencakup pembinaan anak didik di dalam dan luar lembaga 3 Proses pembinaan bagi anak didik memerlukan partisipasi terpadu dari semua pihak antara lain para petugas, anak didik itu sendiri, instansi pemerintah, lembaga swasta, lembaga swadaya masyarakat, para akademisi dan masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, pembinaan yang dijalankan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung sudah melibatkan partisipasi aktif dari anak didik untuk setiap kegiatan yang diadakan, baik berupa kegiatan wajib maupun kegiatan pilihan dalam bentuk pelatihan keterampilan. Petugas juga memiliki peran dan fungsi tersendiri dalam setiap proses pembinaan yang dijalankan 83 bagi anak didik. Dalam hal ini, staf pembinaan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan asisten wali pemasyarakatan atau petugas lainnya dalam keterlibatannya untuk setiap program pembinaan yang dijalankan bagi anak didik.Namun, kegiatan pembinaan yang dijalankan masih kurang melibatkan partisipasi penuh dari seluruh petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung.Keterlibatan petugas dalam program pembinaan hanya dijalankan bila ada penugasan yang sesuai dengan perannya.Kegiatan yang melibatkan partisipasi penuh dari anak didik dan seluruh petugas hanya diadakan ketika ada acara perayaan hari besar tertentu saja, seperti Perayaan Hari Raya Umat Islam dan Upacara Bendera untuk memperingati HUT Kemerdekaan Indonesia.Instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,para ulama atau tokoh agama dalam masyarakat lainnya, dan para akademisi berperan dalam membantu jalannya proses pembinaan bagi anak didik, baik sebagai pemateri atau fasilitator maupun kerjasama dalam penyediaan sarana prasarana pelaksanaan kegiatan pembinaan.Namun, pembinaan yang dijalankan bagi anak didik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandungbelum melibatkan peran masyarakat pada umumnya untuk terlibat dalam penentuan atau pelaksanaan program pembinaan bagi anak didik. Mayoritas informan petugas dan anak didik mengemukakan bahwa fasilitas yang terdapat di Lembaga Pembinaan Khusus Anak sudah memadai. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung memiliki gedung kantor utama, kantor administrasi, kantor pengamanan, ruang kunjungan, sekolah, dapur umum, masjid, klinik, asrama anak didik, gazebo, lapangan olahraga, taman, kantin, halaman parkir, gedung aula pertemuan, dan pos pengamanan. Mayoritas anak didik menghabiskan waktu luangnya di asrama, gazebo, lapangan olahraga, dan taman. Sebagian besar keluarga anak didik berkunjung ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak pada Hari Sabtu. Sedangkan, hari 84 biasanya jarang terlihat orangtua yang mengunjungi anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Pembinaan yang tengah dijalankan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung diantaranya terbagi atas beberapa kegiatan, baik dalam bentuk pembinaan fisik, mental, maupun sosial. Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung mengemukakan bahwa dalam bidang spiritual atau mental pembinaan yang dilaksanakan yaitu pesantren, Murobbi yang dilakukan oleh ODS= One Day School dan kerjasama dengan pihak LAHA atau akademisi Lembaga Advokasi Hak Anak untuk pemberian motivasi maupun pelatihan. Pembinaan sosial dilaksanakan dengan penerapan kerjasama dan rasa saling tolong menolong antar anak didik dan menerima kunjungan dari teman sebaya atau asimilasi anak-anak keluar Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Pembinaan yang dijalankan melalui pendidikan ialah pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal yaitu SMP terbuka dan SMK. Sedangkan pendidikan informal ialah PKBM Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dengan paket A untuk anak setingkat sekolah SD dan pelatihan- pelatihan dalam bidang keterampilan. Adapun jadwal kegiatan pembinaan tersebut diantaranya kegiatan keagamaan berupa pengajian dan ceramah rutin dan pramuka dilaksanakan dari hari Senin sampai hari Sabtu.Pelatihan keterampilan berupa pelatihan Bahasa Inggris dan Musik diadakan setiap hari Rabu.Kegiatan pelatihan untuk bertanibecocok tanam dan beternak diadakan setiap hari Kamis. Kegiatan pelatihan menjahit diadakan setiap hari Sabtu.Sedangkan, hari minggu digunakan anak didik untuk beristirahat dan bersih-bersih kamar. Dalam hal ini, Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung mengemukakan bahwa indikator keberhasilan dari pembinaan untuk kesiapan bagi anak didik dapat ditinjau dari jumlah anak didik residivis yang 85 ada. Namun, hal itu tidak bisa dipastikan oleh sebab faktor keluarga dan masyarakat juga perlu ditinjau ketika anak keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

B. Kesiapan Fisik 1 Kondisi Fisik Secara Klinis dan Gangguan Fungsi Tubuh Selama