Kesiapan Fisik 1 Kondisi Fisik Secara Klinis dan Gangguan Fungsi Tubuh Selama

85 ada. Namun, hal itu tidak bisa dipastikan oleh sebab faktor keluarga dan masyarakat juga perlu ditinjau ketika anak keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

B. Kesiapan Fisik 1 Kondisi Fisik Secara Klinis dan Gangguan Fungsi Tubuh Selama

Menjalani Pembinaan Staf pembinaan mengemukakan bahwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, saat ini Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung sudah menolak terjadinya mutasi dari luar bagi anak didik yang berusia lebih dari 18 tahun karena sudah termasuk ke dalam usia dewasa. Semua anak didik yang berasal dari lembaga pemasyarakatan dewasa di luar daerah Kota Bandung dimutasikan ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung sebagai lembaga pembinaan pusat bagi anak di Jawa Barat dengan usia antara 14-17 tahun. Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa anak didik berada dalam masa periode perkembangan remaja. Berdasarkan hasil pemeriksaan awal pada berita acara pemeriksaan fisik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung, kondisi fisik keseluruhan anak didik, termasuk anak didik residivis,pada saat melakukan pendaftaran awal dinyatakan sehat dan tidak terdapat cacat pada bagian anggota tubuh secara fisik. Pemeriksaan kesehatan bagi anak didik wajib dilakukan pada saat awal registrasi. Berita acara pemeriksaan fisik digunakan untuk kepentingan pelaporan pada pihak kepolisian, Balai Pemasyarakatan, Kementrian Hukum dan HAM, dan dijadikan arsip di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Berita acara pemeriksaan digunakan untuk 86 mengetahui kondisi fisik dan riwayat penyakit dari anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang akan menjalani masa pembinaan, sehingga pelayanan yang diberikan tidak menyalahi aturan kesehatan yang dikenai terhadap anak didik. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa anak didik, baik yang residivis atau tidak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak ada yang berkebutuhan khusus. Bila meninjau kondisi kesehatan anak didik selama menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak, sebagian besar informan anak didik mengemukakan bahwa dirinya tidak pernah mengalami gangguan fungsi tubuh yang mengganggu aktivitas dirinya secara total.Beberapa kali mengalami sakit hanya berupa sakit flu dan demam.Beberapa kali anak didik juga mengemukakan bahwa dirinya mengalami sakit kepala, telinga berdenging, dan berdebar-debar. Penanganan yang dilakukan terhadap anak yang mengalami sakit yaitu dengan dirujuk ke klinik yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung.Klinik tersebut dijaga oleh tenaga medis professional berupa dokter dan apoteker. Pemeriksaan kesehatan bagi anak didik tidak dilakukan secara berkala, namun hanya pada saat awal registrasi sebelum masuk Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandungdengan menggunakan BAP Berita Acara Pemeriksaan.Jenis pemeriksaan kesehatan yang diadakan diantaranya pemeriksaan kesehatan fisik dan rekapitulasi riwayat penyakit. Namun, setiap harinya terdapat pengecekkan kondisi kesehatan anak didik oleh staf pembinaan atau wali pemasyarakat dengan kunjungan ke asrama anak didik. Berdasarkan pedoman pembinaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung 2014, apabila dalam pemeriksaan kesehatan anak ditemukan adanya trauma fisik dan psikis maka petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak dapat menyerahkan kembali anak tersebut kepada pihak penahan 87 untuk dipulihkan. Namun, sampai saat ini belum ada anak didik yang didiagnosa mengalami trauma fisik dan psikis hingga tidak bisa diterima di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung.Pemeriksaan terhadap kondisi trauma fisik dan psikis termasuk ke dalam pemeriksaan awal registasi menggunakan berita acara pemeriksaan oleh tenaga medis. Begitupula dengan kondisi pancaindera anak didik, mayoritas informan anak didik mengemukakan bahwa dirinya tidak mengalami atau memiliki gangguan pancaindera. Semua bagian pancainderanya berfungsi secara normal sehingga dapat digunakan dalam proses pembinaan dengan baik dan tidak memerlukan alat bantu untuk memperbaiki atau menolong fungsi pancaindera. 2 Keterlibatan dan Peran Anak dan Petugas dalam Pembinaan Fisik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kepala Sub Seksi Pembinaan mengemukakan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung berencana untuk mengadakan pengelompokkan pemberian pelayanan pembinaan bila ada anak didik dengan kondisi ABH Anak Berkebutuhan KhususODHA Orang dengan HIVAIDS. Dalam hal ini, anak didik dengan ABHODHA akan diberikan pelayanan khusus untuk setiap program pembinaan yang diberikan, baik diberikan fasilitas khusus tambahan maupun diadakan pendampingan secara khusus. Namun, berdasarkan berita acara pemeriksaan fisik, sampai saat ini belum ada anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung yang dinyatakan ABHODHA. Kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi anak didik tidak dilakukan secara rutin, beberapa kali dilakukan untuk kepentingan tertentu seperti pengisian Kartu Pembinaan oleh Wali Pemasyarakatan, Jurnal atau Database anak didik untuk keperluan pembebasan bersyarat, dan keperluan bidang akademik. Setiap 88 harinya, petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung, baik asisten wali pemasyarakatan maupun staf keamanan dan ketertiban, bertugas untuk menanyakan perihal kesehatan setiap anak didik.Namun, pemeriksaan kesehatan setiap paginya hanya berupa pertanyaan lisan dan tidak dilakukan pengecekan secara langsung. Sehingga, terkadang ada anak didik yang sedang sakit namun enggan untuk berobat dengan tidak mengakui dirinya dalam keadaan tidak sehat kepada petugas.Dalam hal ini, mayoritas anak didik memilih untuk mengobati diri sendiri dibandingkan dengan berbicara kepada pihak petugas oleh karena mengganggap bahwa dirinya sudah dewasa dan tidak boleh bersikap manja. Pengecekkan kesehatan juga dilakukan oleh petugas dengan menanyakan perihal kesehatan semua anak didik kepada pihak ketua RW asrama. Dalam hal ini, keinginan untuk berolahraga sudah ada dari anak didik tanpa ada perintah lagi dari petugas. Kesadaran akan pentingnya berolahraga juga sudah diakui oleh anak didik sebagai hal yang dapat meningkatkan kesehatan dirinya sehari-hari. Bila ada anak didik yang sakit, maka Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung menyediakan klinik dengan Dokter dan Apoteker profesional yang siap menangani masalah kesehatan anak didik setiap harinya.Hal ini menjadi suatu kelebihan tersendiri bagi anak didik karena aksesibilitas terhadap kesehatan yang mudah. Berdasarkan kegiatan observasi yang dilakukan, petugas membawa daftar nama absen setiap harinya untuk mengunjungi asrama dan mengecek kondisi anak didik. Biasanya petugas menanyakan kepada para ketua asrama perihal kondisi kesehatan anak didik anggotanya di masing-masing asrama. Asisten wali pemasyarakatan tidak terlibat langsung dalam pengecekan kesehatan anak didik. Sebagian besar informan mengemukakan bahwa terdapat petugas khusus keperawatan yang secara langsung menangani masalah kesehatan anak didik. Pengawasan kesehatan fisik anak didik setiap harinyadibantu oleh staf keamanan dan 89 ketertiban yang bertugas untuk menjaga blok untuk melihat kondisi fisik anak didik dalam kegiatan pembinan sehari-hari.Beberapa tes kesehatan yang pernah dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung terhadap anak didik diantaranya pemeriksaan kesehatan gigi, pemeriksaan kondisi dan kesehatan fisik secara umum oleh civitas akademika, dan pemeriksaan penyakit HIVAIDS. Namun, staf pembinaan dan asisten wali pemasyarakatan mengemukakan bahwa tes kesehatan yang seharusnya dilakukan namun belum diuji oleh karena keterbatasan sarana prasarana diantaranya adalah pemeriksaan penyakit menular TBC. Pembinaan fisik dilaksanakan dalam bentuk kegiatan harian berupa olahraga setiap pagi selepas upacara apel dan sore hari. Sebagian besar informan mengemukakan bahwa kegiatan olahraga merupakan salah satu kegiatan yang diadakan pada awalnya atas perintah dari petugas, namun selanjutnya kegiatan diinisiasi oleh anak didik sebagai kegiatan rutin yang menjadi kemauan dari diri mereka sendiri. Beberapa kegiatan pembinaan fisik juga ditunjang dengan adanya program yang dilaksanakan atas kerjasama dengan pihak lembaga luar maupun civitas akademika.Seperti halnya beberapa kali mahasiswa datang untuk melaksanakan praktikum perkuliahan sebagai fasilitator dalam pembinaan fisik maupun dalam rangka penelitian kondisi psikologis dan pemeriksaan kesehatan anak didik. Kepala Sub Seksi Pembinaan pun mengemukakan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung sempat bekerjasama dengan Puskesmas setempat dalam rangka penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan bagi anak didik pada tahun 2014, namun saat ini belum diadakan lagi kerjasama dengan institusi kesehatan setempat. Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan fisik, setiap harinya petugas pembinaan dan pengamanan mendampingi anak didik yang melaksanakan 90 olahraga pagi. Olahraga senam diadakan setiap pagi hari, sedangkan sore hari anak didik berolahraga bebas, seperti bermain bola, tenis meja, dan lain sebagainya. Pemeriksaan kesehatan secara klinis bagi anak didik diadakan dengan menggunakan BAP Berita Acara Pemeriksaan yang dijalankan setiap anak didik pertama kali memasuki Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Namun,tidak ada pemeriksaan kesehatan kembali bagi anak didik yang akan keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Kartu Pembinaan dan dokumentasi hasil pemeriksaan kesehatan digunakan sebagai arsip di Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Namun, dalam hal perkembangan fisik anak didik selama menjalani kegiatan pembinaan tidak dicatatkan di Kartu Pembinaan oleh asisten wali pemasyarakatan. Hal ini dikarenakan pemantauan akan kesiapan fisik anak didik hanya didasarkan atas peninjauan pemeriksaan pada Berita Acara Pemeriksaan Kesehatan dan kondisi kesehatan anak didik sehari- hari tanpa ada evaluasi kesiapan fisik terkait dengan kesehatan anak didik selama menjalani masa pembinaan. 3 Tanggapan Masyarakat Akan Kesiapan Fisik Anak Didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mayoritas informan anak didik residivis mengemukakan bahwa selepas keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung, anak didik bersama orangtua memeriksakan kembali kondisi kesehatan anaknya. Pemeriksaan kesehatan ulang ini bertujuan untuk memastikan anaknya kembali ke rumah dalam keadaan sehat. Informan anak didik residivis mengemukakan bahwa kekhawatiran orangtua akan kondisi fisik anaknya selama menjalani masa binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandungdikarenakan tidak bisa memastikan asupan gizi bagi anaknya sudah cukup dan pergaulan antar sesama anak didik membuat ada kekhawatiran 91 tersendiri akan kemungkinan penyakit menular. Berdasarkan pengakuan anak didik, hal ini juga didasarkan atas tidak adanya pemeriksaan ulang kesehatan bagi anak didik yang akan menjalani masa pembebasan.Pemeriksaan kesehatan hanya dilakukan pada tahap awal registrasi anak didik untuk menjalani masa binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Dalam hal ini, mayoritas informan dari anggota masyarakat mengemukakan bahwa kesehatan fisik mantan narapidana anak tidak akan menjadi permasalahan bagi sebagian besar anggota masyarakat karena sifatnya yang tidak tampak. Hanya saja bila kesehatan fisik itu diketahui buruk dan berdampak pada anggota masyarakat sekitar tempat tinggalnya maka akan berpengaruh terhadap keberadaan mantan narapidana anak tersebut dalam masyarakat.Namun, sejauh ini informan belum pernah terkena dampak dari kesehatan fisik mantan narapidana anak yang berada di lingkungan sosial sekitarnya. Sebagian besar informan mengemukakan bahwa hal ini tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap dirinya karena memilki kecenderungan fokus terhadap kehidupan pribadinya atau menganggap keberadaan mantan narapidana anak menjadi fenomena yang biasa terjadi di masyarakat selama hal tersebut tidak mengganggu kehidupan pribadinya. Sebagian besar informan juga mengemukakan bahwa diriya berharap Lembaga Pembinaan Khusus Anak memperhatikan kesehatan dan kondisi fisik anak didik sehingga selepas keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak membawa penyakit yang dapat menular kepada masyarakat. Informan juga mengemukakan alangkah lebih baik bila ada pemeriksaan penyakit menular di antara anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak sehingga dalam pembinaannya dapat ditangani permasalahan kesehatan yang akan merugikan dirinya juga anggota masyarakat selepas keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak. 92

C. Kesiapan Mental