20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional bentuk survei farmakoepidemiologi dengan rancangan secara cross-sectional potong lintang.
Farmakoepidemiologi adalah studi tentang penggunaan obat dan efeknya pada sejumlah besar manusia Brian, Kimmel, Hennessy, 2011. Penelitian dengan
rancangan cross-sectional adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor risiko dan timbulnya penyakit sebagai
akibat pajanan tersebut. Penelitian cross-sectional dapat dilakukan di rumah sakit atau di lapangan Budiarto, 2003. Cross-sectional dapat digunakan untuk
mengetahui prevalensi penyakit tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat dan dengan demikian dapat digunakan untuk menyusun perencanaan
pelayanan kesehatan Budiarto dan Anggraeni, 2002. Evaluasi yang dilakukan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden
hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan kajian faktor gaya hidup sehat.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor gaya hidup sehat meliputi tidak merokok, tidak konsumsi alkohol, pola makan, dan aktivitas fisik.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi.
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali : usia, jenis kelamin, BMI, risiko
kardiovaskular, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. b.
Variabel pengacau tak terkendali : 1
Aktivitas yang dilakukan responden selain olahraga atau senam. 2
Terapi yang sedang dijalani responden selain terapi antihipertensi.
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah penduduk dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun di
Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian.
2. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada arteri apapun, biasanya
pada arteri brakhialis. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan duduk dengan posisi lengan diatur sedemikian rupa sehingga arteri brakialis setinggi jantung.
Pengukuran tekanan darah responden dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer
digital. 3.
Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekanan darah menurut ESCESH 2013, yaitu tekanan darah120-129 mmHg tekanan sistolik
dan 80-84 mmHg tekanan diastolik dinyatakan sebagai tekanan darah normal dan tekanan darah
≥140 mmHg tekanan sistolik dan ≥90 mmHg tekanan diastolik dinyatakan sebagai hipertensi.
Tabel V. Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional
Skala pengukuran
Penilaian pengukuran Responden
hipertensi Responden
yang memiliki
tekanan darah
≥140 mmHg dan atau
≥90 mmHg ESHESC
2013. Peneliti mengetahui
responden memiliki hipertensi
melalui pengukuran tekanan
darah dan
wawancara. Jika
responden memiliki tekanan
darah normal
tetapi melakukan
terapi antihipertensi,
responden tetap
dinyatakan hipertensi
tetapi memiliki
tekanan darah
yang terkendali.
Nominal 1= Hipertensi
2= tidak hipertensi
Sadar hipertensi Responden
yang mengetahui dirinya
memiliki tekanan
darah tinggi. Nominal
1= tidak sadar hipertensi
2= sadar hipertensi
Terapi hipertensi Terapi
yang diberikan
tenaga kesehatan
kepada responden
untuk menurunkan
tekanan darah Nominal
1= tidak terapi antihipertensi
2= melakukan terapi antihipertensi
Pengendalian tekanan darah
responden Responden
yang memiliki
tekanan darah
≤140 mmHg dan atau
≤90 mmHg setelah
mengonsumsi terapi antihipertensi
Nominal 1= tekanan darah
tidak terkendali 2= tekanan darah
terkendali
Lanjutan Tabel V .
Usia Responden
penelitian berusia
≥40 tahun di Dukuh Malang Rejo dan
Sanggrahan. Nominal
1. ≥60 tahun 2. 60 tahun
Merokok responden perokok
aktif atau
pasif. Responden perokok
aktif adalah
responden yang
merokok 2 batang atau lebih perhari.
Perokok pasif
adalah responden
yang berada atau tinggal
bersama perokok aktif.
Nominal 1= merokok
2= tidak merokok
Aktivitas fisik responden
yang melakukan aktivitas
fisik atau olahraga selama 30-45 menit,
minimal
3 kali
dalam seminggu.
Bisa terjadi
penyesuaian pada
aktivitas fisik jika responden berusia ≥
70. Nominal
1= tidak rutin melakukan aktivitas
fisik 2= rutin melakukan
aktivitas fisik
Pola makan responden
yang setiap
harinya mengatur konsumsi
garam saat
memasak sehingga tidak terlalu asin,
jarang mengonsumsi
jeroan, mie instan, gorengan,
kecap, dan
sering mengonsumsi buah
dan sayur setiap harinya.
Nominal 1= tidak mengatur
pola makan 2= mengatur pola
makan Penilaian pengaturan
pola makan lihat tabel VI.
Lanjutan Tabel V. Alkohol
responden yang
setiap harinya rutin mengkonsumsi
alkohol dan
berlebihan Nominal
1= konsumsi alkohol 2= tidak konsumsi
alkohol
Tabel VI. Penilaian Pengaturan Pola Makan
Pertanyaan favorable
unfavorable a. saat memasak atau makan suka
yang asin garam berlebih favorable = tidak suka asin
unfavorable = suka asin b.saat makan suka menambahkan
saoskecap favorable = tidak suka
unfavorable = suka c. memperhatikan asupan sayur
favorable = memperhatikan unfavorable =tidak
memperhatikan a d. memperhatikan asupan buah
favorable = memperhatikan unfavorable = tidak
memperhatikan e.suka
gorengan menggoreng
sendiri atau beli diluar, jika suka : favorable= goreng sendiri
unfavorable= beli favorable = jika tidak suka
f.saat makan daging, lebih suka daging jeroan :
favorable= daging unfavorable= jeroan
g.minyak goreng yang digunakan, 1 kali pakai lebih dari 1 kali
pemakaian favorable= 1 kali pakai
unfavorable = lebih dari 1 kali
Jika poin favorable = ≤3 berarti tidak mengatur pola makan
Jika poin favorable = 3 berarti mengatur pola makan
D. Responden Penelitian