1. Angiotensin-converting enzyme inhibitor
ACEI seperti Captopril dan Angiotensin Receptor Blocker
ARB seperti Valsartan. Terapi antihipertensi dengan ACEI dan ARB adalah yang paling banyak digunakan ESCESH, 2013.
2. Diuretik, seperti chlorthalidone. Penelitian meta analysis menyatakan
bahwa hydrochlorothiazide memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam mengurangi tekanan darah dan penyakit dibandingkan chlorthalidone ESCESH,
2013. 3.
Antagonis kalsium,
seperti dihidropiridin.
Antagonis kalsium
menunjukkan efektivitas yang lebih besar daripada beta-blocker dalam memperlambat perkembangan aterosklerosis karotid dan mengurangi hipertrofi
ventrikel kiri pada beberapa studi ESCESH, 2013.
E. Pengendalian Tekanan Darah
Hipertensi sangat perlu diturunkan dan dikontrol untuk mencegah terjadinya penyakit stroke atau penyakit kardiovaskular lainnya seperti serangan
jantung. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah sebagai berikut.
1. Menjaga berat badan agar tetap seimbang
Jika berat badan berlebih, dapat diturunkan secara perlahan dengan menggunakan rencana makan yang sehat dan melakukan aktivitas fisik.
2. Aktif secara fisik
Individu yang menderita hipertensi dapat melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dalam beberapa hari dalam seminggu.
3. Mengatur pola makan
Mengatur pola makan yang sehat dilakukan dengan mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh, lemak total, dan kolesterol serta banyak
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. 4.
Melakukan Dietary Approaches to Stop Hypertension DASH Penderita hipertensi dapat melakukan DASH dengan cara memilih
makanan dan minuman yang rendah kalori. 5.
Mengurangi konsumsi natrium Penderita hipertensi harus mengonsumsi makanan yang rendah garam
dan saat makan tidak dianjurkan menambahkan natrium dalam bentuk lain seperti kecap.
6. Tidak mengkonsumsi alkohol
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah karena dapat menambah kalori yang tidak dibutuhkan pada diet penderita hipertensi.
7. Mengonsumsi obat antihipertensi yang diresepkan dokter
Saat mengonsumsi obat antihpertensi yang diresepkan, penderita hipertensi harus mengikuti perubahan gaya hidup seperti yang dituliskan diatas.
Penderita hipertensi juga ada baiknya mengggunakan catatan atau pengingat lainnya agar rutin dan tepat waktu mengonsumsi obat. Jika perlu dapat meminta
bantuan dari keluarga untuk mengingatkan mengonsumsi obat National Intitutes of Health
, 2003. F.
Faktor Risiko Hipertensi
Faktor-faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua yaitu, faktor risiko tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, dan keturunan. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan
konsumsi garam berlebihan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. 1.
Usia Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya usia,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40, dengan kematian sekitar di
atas 65 tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi
lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006. 2.
Jenis kelamin Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Laki-laki lebih
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik namun setelah memasuki
menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006.
3. Keturunan
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi faktor keturunan juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer esensial.
Faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006. 4. Merokok
Bahan kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Proses ini akan menurunkan suplai oksigen
dalam darah dan menghambat aliran darah sehingga tekanan darah meningkat Prasetyaningrum, 2014. Perokok aktif maupun perokok pasif memiliki risiko
yang sama untuk mengalami kerusakan sel darah atau pembuluh darah dan akhirnya menimbulkan hipertensi oleh karena itu menghindari kawasan merokok
atau teman perokok harus dilakukan Prasetyaningrum, 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic menunjukkan tekanan darah
sistolik normal meningkat 21 mmHg setelah mengisap 2 batang rokok Caldwell, 2009. Termasuk dalam kriteria perokok adalah mereka yang digolongkan
perokok pasif yaitu mengisap asap rokok tidak langsung dari batang rokok melainkan dari kepulan asap sekitarnya, misalnya anak, istri atau orang yang
sehari-hari berada dekat fisik dengan perokok Tapan, 2005. Meninggalkan rokok adalah sebuah keputusan yang sangat bijaksana
untuk mengatasi hipertensi. Berhenti merokok dapat menurunkan hipertensi, terutama untuk mencegah faktor risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
Perusahaan farmasi Glaxo Wellcom di Inggris menyampaikan bahwa perokok
yang berhenti merokok akan mengalami perbaikan imunitas tubuh melalui tahapan berikut ini :
Tabel III. Tahap perubahan setelah berhenti merokok Lingga, 2012
Pasca merokok Perubahan yang terjadi
1 tahun Risiko penyakit jantung tinggal separuh dari perokok.
10 tahun Risiko penyakit jantung dan kanker sama dengan bukan
perokok 15 tahun
Seluruh sistem tubuh kembali normal, risiko jantung dan stroke sama dengan bukan perokok.
5. Konsumsi alkohol
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol memang terbilang jarang terjadi di Indonesia, meskipun demikian perlu diketahui banyak mengkonsumsi alkohol
dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa contoh minuman beralkohol adalah anggur, bir, atau beberapa minuman keras lainnya Prasetyaningrum, 2014.
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam meningkatkan tekanan darah Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006.
Prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas yang minum alkohol berdasarkan Riskesdas 2007 adalah 4,9 pada laki-laki dan 0,3 pada
perempuan. Penelitian di semua provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa laki- laki lebih dominan daripada perempuan saat mengkonsumsi alkohol Suhardi,
2012. Papadodima, Sotiropoulus, Xipnitos, Kollias, Spiliopoulou 2012 perempuan yang mengkonsumsi alkohol lebih sadar akan hipertensi dibandingkan
laki-laki yang mengkonsumsi alkohol.
6. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2006. Peningkatan porsi aktivitas fisik rata-rata 30-45 menit sehari pada hampir setiap hari dalam seminggu akan lebih menurunkan
tekanan darah Kowalski, 2007. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga setidaknya dilakukan 3 kali dalam seminggu Palmer and Williams, 2007.
American College of Sport Medicine ACSM pada tahun 2004
menyatakan hubungan antara olahraga dengan hipertensi, sebagai berikut. 1
Individu yang kurang aktif mempunyai risiko menderita hipertensi 30-50 lebih besar daripada individu yang aktif bergerak.
2 Sesi olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg.
3 Pengaruh olahraga jangka panjang 4-6 bulan menurunkan tekanan darah
7,45,8 mmHg tanpa obat hipertensi. 4
Penurunan tekanan darah sebanyak 2 mmHg, baik sistolik maupun diastolik, mengurangi risiko terhadap stroke sampai 14-17 dan risiko terhadap penyakit
kardiovaskuler sampai 9. 5
Pada individu dengan kelebihan berat badan sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan olahraga dan diet rendah kalori. Penurunan berat
badan 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, Darmawan, 2008.
7. Pola makan
Penurunan tekanan darah bagi penderita hipertensi akan lebih cepat bila diimbangi dengan pengaturan pola makanan yang baik dan seimbang. Pengaturan
pola makan yang baik dan seimbang dengan cara menghindari konsumi lemak hewan, goreng-gorengan, atau makanan yang digoreng dengan minyak,
membatasi konsumsi daging, hati, dan jeroan serta lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan seperti jambu, semangka, pepaya, pisang, wortel, bayam,
dan sawi Dalimarta, Purnama, Sutarina, Mahendra, Darmawan, 2008. Pola makan masyarakat kini telah berubah menjadi lebih menyukai
makanan dengan garam berlebih. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pada masyarakat dengan konsumsi garam antara 5-15 gram
sehari, memiliki prevalensi hipertensi antara 15-20. Pada masyarakat yang mengonsumsi garam dibawah 3 gram sehari, memiliki prevalensi hipertensi kecil
Soenardi dan Soetardjo, 2005. Penyebab hipertensi yang berhubungan dengan pola makan selain asupan
natrium berlebih adalah konsumsi makanan mengandung lemak jenuh, dan kurangnya konsumsi buah serta sayur-sayuran. Mengurangi asupan natrium dapat
mengurangi tekanan darah sistolik 2-8 mmHg. Konsumsi buah, sayur, dan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dapat mengurangi
tekanan darah sistolik 8-14 mmHg Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII
, 2003.
Pola makan yang sehat dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi dan dapat juga menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi. Untuk rencana makan
secara keseluruhan, DASH dapat digunakan. DASH merupakan singkatan dari Dietary Approaches to Stop Hypertension
. Pola makan DASH adalah biji-bijian, unggas, ikan, kacang-kacangan, konsumsi daging merah, manisan, minuman
bergula yang rendah lemak, makanan dan minuman tinggi kalium, kalsium, dan magnesium, serta protein dan serat. Makanan rendah garam dan natrium juga
dapat mengurangi tekanan darah. Pola makan DASH memiliki porsi lebih pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Pola makan DASH disusun berdasarkan
energi yang dibutuhkan per hari yaitu 2000 kalorihari United States Department of Health and Human Services, 2003.
Tabel IV. Pola Makan DASH berdasarkan 2000 kalorihari United States Department of Health and Human Services, 2003
Kelompok Makanan Penyajian Harian
Takaran Penyajian Produk biji-bijian
7-8 1 potong roti
1 gelas sereal siap saji ½ gelas nasi, pasta, atau sereal
Sayur-sayuran 4-5
1 gelas daun sayur mentah ½ gelas sayur masak
6 ons jus sayur
Buah-buahan 4-5
1 buah matang ¼ gelas buah kering
½ gelas, buah segar, beku, atau kalengan
6 ons jus buah
Makanan berbahan susu yang rendah lemak atau
bebas lemak 2-3
8 ons susu 1 gelas yogurt
1 ½ ons keju
Daging tanpa lemak, daging unggas, dan ikan
2 atau 2 3 ons daging tanpa lemak yang
sudah dimasak 3 ons Daging unggas tanpa kulit
3 ons ikan
Kacang-kacangan, kacang kering
4-5minggu 13 gelas atau 1 ½ ons kacang
½ gelas kacang kering yang sudah dimasak
Lanjutan Tabel IV. Lemak dan minyak
2-3 1 sendok teh margarin
1 sendok teh mayonaise rendah lemak
2 sendok makan light salad dressing
1 sendok makan minyak sayur
Manisan 5 kaliminggu
1 sendok makan gula 1 sendok makan jeli atau selai
½ ons jelly beans 8 ons limonade sari jeruk
sitrum
G. Hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta