Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI

KECAMATAN KALASAN, SLEMAN

(KAJIAN FAKTOR USIA DAN TINGKAT PENDIDIKAN) Oleh:

Monika Meitasari Astuti 128114014

INTISARI

Hipertensi merupakan penyebab 7,5 juta kematian di dunia. Seseorang dikategorikan menderita hipertensi bila tekanan darahnya ≥140/90 mmHg. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah serta mengevaluasi perbedaan faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden penelitian sebesar 813 responden pada 6 padukuhan di Kecamatan Kalasan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan dan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi responden yang memiliki tekanan darah ≥140/90mmHg sebesar 43,9%, sadar mengalami hipertensi sebesar 11,2%, yang melakukan terapi secara rutin sebesar 5,5%, dan yang tekanan darahnya terkendali (<140/90mmHg) sebesar 0,5%. Faktor risiko yang mempengaruhi prevalensi tekanan darah ≥140/90mmHg adalah faktor usia OR 2,76 (95% CI:2,01-3,77) dan tingkat pendidikan OR 1,95 (95% CI: 1,45-2,61). Faktor tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran OR 0,52 (95% CI: 0,31-0,86) dan pengendalian tekanan darah dengan p=0,02.

Responden berusia 60-75 memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah ≥140/90mmHg. Responden yang memiliki tingkat pendidikan ≤SMP memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah≥140/90mmHg dan memiliki tingkat kesadaran terhadap penyakit hipertensi yang lebih rendah.

Kata kunci: Hipertensi, Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan.


(2)

ii ABSTRACT

Hypertension is the cause of 7.5 million deaths in the worlds. When blood pressure is ≥140/ 90 mmHg then someone is considered to have hypertension. The purpose of this study was to observe the proportion of prevalence, awareness, therapy, and blood pressure control among respondents which aged 40≤ in

Kecamatan Kalasan, Sleman based on age and education level factors.

The type of this research was observational with cross sectional design. The amount of respondents were 813 in 6 padukuhan. Data analysis was done with normality test of Kolmogorov-smirnov, continued with independent t-test and

Chi-square test. The result of this study showed prevalence of hypertension was 43,9%.

Responden which had self awareness of hypertension was 11.2%, hypertence therapy was done by 5.5% of respondens, and responden which had their blood pressure controled was 0.5%. Risk factors that affect hypertension prevalence was age with OR 2.76 (95% CI:2.01-3.77) and education level OR 1.95 (95% CI: 1.45-2.61). Education level affect the awareness OR 0.52 (95% CI: 0.31-0.86) and blood pressure control (p=0.02).

Respondens which aged 60-75 years old tend to have greater risk of blood pressure ≥140/90mmHg. Responden which had education level ≤JHS tend to have greater risk of blood pressure ≥140/90mmHg and had less awareness of Hypertension.

Keyword: Hypertension, Prevalence, Awareness, Therapy, Control of Blood Pressure, Age, Education level


(3)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI

KECAMATAN KALASAN, SLEMAN

(KAJIAN FAKTOR USIA DAN TINGKAT PENDIDIKAN) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Monika Meitasari Astuti NIM : 128114014

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir - Pengkhotbah 3:11

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk: -Bapak, Ibu, Agung, dan Simbah -Sahabat-sahabatku terkasih -Almamaterku tercinta


(7)

(8)

vi PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan berkat-Nya yang begitu luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah pada Responden Berusia diatas 40 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (Kajian Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan). Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak, Ibu, Adikku, Simbah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan dorongan semangat terutama selama proses studi dan penyusunan skripsi ini

3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian 4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan dorongan, serta saran dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini

5. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, dorongan serta saran demi terselesaikannya skripsi ini

6. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., M.Sc., Apt. dan Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun


(9)

vii

7. Pemerintah Kabupaten Sleman, BAPPEDA, Camat Kecamatan Kalasan, Kepala Desa dan Padukuhan setempat yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini

8. Segenap Masyarakat Padukuhan setempat yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

9. Rekan-rekan 1 payung penelitian: Sina Susanti, Venny Valeria, Nonitha Viana Susilo, Christina Gabriella Rawing, Edward Kurniawan, Komang Ari Pratiwi, Tika Desi Indriyani untuk kebersamaan dan semangatnya selama proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir

10. Sahabat-sahabat terkasih, atas doa, dukungan, dan dorongan semangat yang selalu diberikan kepada penulis

11. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang mendukung jalannya proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Penulis menyadari bahwa pada proses penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, 16 November 2015 Penulis


(10)

(11)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PRAKATA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI... xvi

ABSTRACT... xvii

BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang ... 1

1.Rumusan masalah ... 4

2.Keaslian peneitian... 5

3.Manfaat penelitian ... 8

B. Tujuan Penelitian... 9


(12)

x

2.Tujuan khusus... 9

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A.Hipertensi ... 10

B. The Rule of Halves... 13

C. Faktor Penyebab Hipertensi... 14

D. Pengukuran Tekanan Darah ... 15

E. Landasan Teori ... 16

F. Hipotesis... 17

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

1. Variabel bebas ... 18

2. Variabel tergantung ... 18

3. Variabel pengacau ... 19

C. Definisi Operasional ... 20

D. Subjek Penelitian ... 23

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

F. Ruang Lingkup Penelitian... 25

G. Teknik Pengambilan Sampel... 26

H. Instrumen Penelitian... 27


(13)

xi

1. Penetapan lokasi dan seleksi calon responden ... 28

2. Permohonan ijin penelitian dan pembuatan ethical clearance .... 28

3. Pengukuran validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ... 28

4. Pengukuran tekanan darah... 29

5. Wawancara ... 30

6. Penjelasan hasil pemeriksaan ... 30

7. Pengelompokan data... 30

8. Analisis data penelitian... 31

J. Perumusan Hipotesis ... 33

K. Kesulitan dan kelemahan Penelitian... 34

1. Kesulitan penelitian ... 34

2. Kelemahan penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan ... 40

B. Pengaruh Faktor Usia dan Tingkat pendidikan terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan ... 42

1. Prevalensi ... 42

2. Kesadaran ... 44

3 Terapi... 45


(14)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan... 49

B.Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keaslian Penelitian ... 5

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi menurut guideline ESH dan ESC ... 10

Tabel III. Perbandingan guideline JNC 7 2003 dengan guideline JNC 8 2014, ESH/ESC 2013, UK-NICE 2011, dan ACCF/AHA 2011... 11

Tabel IV. Definisi Operasional Penelitian ... 20

Tabel V. Profil Responden di Kecamatan Kalasan ... 35

Tabel VI. Karakteristik dan Distribusi Data Responden di Kecamatan Kalasan 36 Tabel VII. Perbedaan Faktor Usia terhadap Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI)... 37

Tabel VIII. Perbedaan Faktor Tingkat Pendidikan terhadap Usia, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) ... 38

Tabel IX. Profil tingkat pendidikan responden di Kecamatan Kalasan ... 39

Tabel X. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Tingkat Pendidikan... 39

Tabel XI. Profil Terapi Hipertensi Responden... 41

Tabel XII.Pengaruh Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan terhadap Prevalensi 42 Tabel XIII. Pengaruh Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran 44 Tabel XIV. Pengaruh Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan terhadap Terapi . 45 Tabel XV. Pengaruh Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan terhadap Pengendalian Tekanan Darah... 46


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Perhitungan Besar Sampel penelitian ... 24

Gambar 2. Bagan ruang lingkup penelitian prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi berdasarkan faktor usia dan tingkat pendidikan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 25

Gambar 2. Alur Tata Cara Penelitian ... 27

Gambar 3. Perumusan Hipotesis ... 33


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek dan Informed Consent 49

Lampiran 2. Pedoman Wawancara... 53

Lampiran 3. Leaflet ... 54

Lampiran 4. Case Report Form (CRF) ... 55

Lampiran 5. Ethical Clearance ... 56

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian... 57

Lampiran 7. Validitas dan Reliabilitas Timbangan Berat Badan ... 58


(18)

xvi INTISARI

Hipertensi merupakan penyebab 7,5 juta kematian di dunia. Seseorang dikategorikan menderita hipertensi bila tekanan darahnya≥140/90 mmHg. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah serta mengevaluasi perbedaan faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden penelitian sebesar 813 responden pada 6 padukuhan di Kecamatan Kalasan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan dan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi responden yang memiliki tekanan darah ≥140/90mmHg sebesar 43,9%, sadar mengalami hipertensi sebesar 11,2%, yang melakukan terapi secara rutin sebesar 5,5%, dan yang tekanan darahnya terkendali (<140/90mmHg) sebesar 0,5%. Faktor risiko yang mempengaruhi prevalensi tekanan darah≥140/90mmHg adalah faktor usia OR 2,76 (95% CI:2,01-3,77) dan tingkat pendidikan OR 1,95 (95% CI: 1,45-2,61). Faktor tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran OR 0,52 (95% CI: 0,31-0,86) dan pengendalian tekanan darah dengan p=0,02.

Responden berusia 60-75 memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah ≥140/90mmHg. Responden yang memiliki tingkat pendidikan ≤SMP memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah≥140/90mmHg dan memiliki tingkat kesadaran terhadap penyakit hipertensi yang lebih rendah. Kata kunci: Hipertensi, Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan.


(19)

xvii ABSTRACT

Hypertension is the cause of 7.5 million deaths in the worlds. When blood pressure is≥140/90 mmHg then someone is considered to have hypertension. The purpose of this study was to observe the proportion of prevalence, awareness, therapy, and blood pressure control among respondents which aged 40≤ in

Kecamatan Kalasan, Sleman based on age and education level factors.

The type of this research was observational with cross sectional design. The amount of respondents were 813 in 6 padukuhan. Data analysis was done with normality test of Kolmogorov-smirnov, continued with independent t-test and

Chi-square test. The result of this study showed prevalence of hypertension was

43,9%. Responden which had self awareness of hypertension was 11.2%, hypertence therapy was done by 5.5% of respondens, and responden which had their blood pressure controled was 0.5%. Risk factors that affect hypertension prevalence was age with OR 2.76 (95% CI:2.01-3.77) and education level OR 1.95 (95% CI: 1.45-2.61). Education level affect the awareness OR 0.52 (95% CI: 0.31-0.86) and blood pressure control (p=0.02).

Respondens which aged 60-75 years old tend to have greater risk of blood pressure≥140/90mmHg. Responden which had education level ≤JHStend to have greater risk of blood pressure ≥140/90mmHg and had less awareness of Hypertension.

Keyword: Hypertension, Prevalence, Awareness, Therapy, Control of Blood Pressure, Age, Education level


(20)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab kematian 7,5 juta orang di dunia dan merupakan 12,8% dari total seluruh kematian. Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab penyakit jantung koroner dan stroke. Pada beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskuler meningkat 2 kali lipat setiap kenaikan tekanan darah sebesar 20/10mmHg (WHO, 2015).

Berdasarkan World Health Organization (2013), kebanyakan orang yang memiliki penyakit hipertensi tidak memiliki gejala atau bersifat asimptomatik. Terkadang penyakit hipertensi menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nyeri dada, rasa berdebar-debar, dan perdarahan pada hidung. Gejala-gejala tersebut menjadi sangat berbahaya bila dikesampingkan. Hipertensi merupakan penanda yang cukup serius pada penyakit degeneratif seperti diabetes dan hiperkolesterolemia oleh karena itu setiap orang harus dapat mengontrol tekanan darahnya dengan baik dan melakukan pemeriksaan secara teratur (WHO, 2013).

Menurut Riskesdas tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %, prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalesnsi hipertensi berdasarkan pengukuran pada usia ≥18 tahun di Yogyakarta sebesar 25,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).


(21)

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Riskesdas (2013) menyatakan prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur. Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja. Prevalensi hipertensi tertinggi diduduki oleh kelompok umur di atas 75 tahun sebanyak 63,8% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Prevalensi hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh hasil bahwa pada masyarakat yang tidak bersekolah memiliki prevalensi hipertensi terbesar yakni 42,0%, pada kelompok masyarakat yang tidak lulus sekolah dasar sebesar 34,7%, tamat SD sebesar 29,7%, tamat SMP sebesar 20,6%, tamat SMA sebesar 18,6%, dan tamat D1-D3/Perguruan Tinggi sebesar 22,1 % (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Kesadaran responden hipertensi di Uganda dipengaruhi oleh usia dengan nilai p<0,001. Kesadaran tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan (p=0,14). Meskipun demikian tingkat kesadaran lebih tinggi pada area rural (29,7%) dibandingkan dengan area urban dengan persentase 24,6% (Musinguzi and Nuwaha, 2013).

Terapi hipertensi didefinisikan sebagai usaha penggunaan obat farmakologi maupun non-farmakologi untuk menurunkan tekanan darah. Pada penelitian yang dilakukan di Thai Nguyen, Vietnam hanya 43,2% dari responden yang sadar hipertensi melakukan terapi. Pada kelompok dengan usia ≥60 tahun 42% diantaranya melakukan terapi hipertensi (Ha, Goldberg, Allison, Chu, and Nguyen, 2013).


(22)

Pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi kurang dari 10%. Alasan dari rendahnya pengendalian tekanan darah disebabkan karena sebagian besar responden yang mengalami hipertensi tidak sadar bahwa dirinya mengalami hipertensi. Responden yang sadar menderita hipertensi kurang dari setengahnya melakukan terapi (Musinguzi and Nuwaha, 2013).

Usia dan tingkat pendidikan menjadi faktor yang mempengaruhi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah (Musinguzi and Nuwaha, 2013). Kecamatan Kalasan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman dan terletak di perbatasan sebelah timur Kabupaten Sleman. Jumlah penduduk di Kecamatan Kalasan sebanyak 73.005 jiwa (Pemkab Sleman, 2015).

Kecamatan Kalasan dipilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tielman (2014) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di padukuhan Kadirojo II, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan sebesar 50%, yang sadar menderita hipertensi sebesar 25,5% dan yang melakukan terapi sebesar 17%. Penelitian yang dilakukan oleh Tielman (2014) tidak melakukan kajian pada aspek pengendalian tekanan darah, maka pada penelitian ini peneliti melakukan kajian pada aspek pengendalian tekanan darah dan secara khusus akan membahas pula prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah berdasarkan kajian faktor usia dan tingkat pendidikan.


(23)

1. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian ini:

a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman?

b. Apakah faktor usia dan tingkat pendidikan mempengaruhi prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman?


(24)

2. Keaslian penelitian

Sepanjang penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian yang telah dipublikasikan dan berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

Tabel I. Keaslian Penelitian

No Judul

Penelitian

Metode Hasil Persamaan Perbedaan

1 Prevalence, Awareness, Medication, Control, and Risk Factors Associated with Hypertension in Bai Ethnic Group in Rural China: The Yunnan Minority Eye Study (Zhang, Huang, Yu, Cha, Yuan, Wei et al., 2011). Random cluster sampling pada komunitas Dali, Barat Daya China. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 2133 penduduk dewasa dengan usia ≤50 tahun. Prevalensi hipertensi sebesr 42,1%, responden yang sadar akan hipertensi sebesar 28,4%, 24,6% dari antaranya melaksanakan pengobatan antihipertensi, dan hanya 7,5% diantaranya yang berhasil mengendalikan tekanan darahnya <140/90mmHg. Prevalensi pada responden yang lulus sekolah menengah atas maupun jenjang perguruan tinggi sebesar 32,9% Kedua penelitian ini merupakan penelitian dengan metode cluster random sampling.

Rentang usia responden yang digunakan dalam

penelitian ini berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan responden dengan rentang usia 40-75 tahun.


(25)

No Judul Penelitian

Metode Hasil Persamaan Perbedaan

2 Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension among Saudi Adult Population: a National Survey (Saeed, Al-Hamdan, Bahnassy, Abdalla, Abbas, and Abuzaid, 2011). Metode yang digunakan merupakan metode cross-sectional, sedangkan metode sampling yang digunakan adalah multistage stratisfied sampling. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 4758 penduduk dewasa Hasil dari penelitian ini antara lain prevalensi hipertensi sebesar 25,5%, hanya 44,7% responden hipertensi yang memiliki kesadaran, 71,% diantaranya menerima farmakoterapi, dan hanya 37,0% diantaranya yang memiliki tekanan darah terkendali. Prevalensi pada kelompok responden yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sebesar 38,4%, prevalensi pada kelompok responden dengan rentang usia 55-64 tahun sebesar 57,5%. Metode yang digunakan dalam penelitian sama, yakni cross-sectional Rentang usia responden dan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini berbeda. Peneliti menggunakan jumlah sampel yang kecil, yakni 800 responden


(26)

No Judul Penelitian

Metode Hasil Persamaan Perbedaan

3 4 Hypertension in Northern Angola: prevalence, associated factors, awareness, treatment, and control oleh Joao

(Pires, Sebastiao, Langa, and Nery, 2013). Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Sosio-Ekonomi di padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman Yogyakarta (Tielman, 2014). Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 1649 berdasarkan metode stratified random sampling Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan bentuk farmakoepide miologi dengan pendekatan cross-sectional. Responden yang digunakan berusia≥40 tahun. Sebanyak 200 orang. Usia lanjut, tingkat pendidikan rendah, tingginya BMI dan obesitas abdominal memiliki hubungan dengan hipertensi (p<0,01). Prevalensi hipertensi di lokasi penelitian adalah sebesar 50%, 25,5% diantaranya sadar menderita hipertensi, serta 17% diantaranya melakukan terapi hipertensi. Faktor pendidikan tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap prevalensi Topik penelitian sama, yakni mengkaji faktor-faktor penyebab hipertensi dalam suatu populasi Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional dengan jenis penyakit yang sama Metode sampling subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah cluster random sampling Kajian Faktor yang diteliti oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya memiliki perbedaan. Peneliti dalam penelitian ini hanya akan mengkaji faktor usia dan tingkat pendidikan


(27)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait pengaruh faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat dapat digunakan sebagai acuan oleh Pemerintah Kecamatan Kalasan dan Kabupaten Sleman terkait dengan prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian darah pada responden hipertensi untuk lebih meningkatkan taraf

No Judul

Penelitian

Metode Hasil Persamaan Perbedaan

5 Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Kajian Faktor Sosio-Ekonomi (Sagina, 2014). Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional , dengan bentuk rancangan cross-sectional, metode sampling dilakukan secara purposive sampling. Responden yang digunakan berumur diatas 40 tahun . Responden dengan pendidikan ≤SMP sebesar 83,4%. Tidak ada pengaruh antara pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dengan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi (p>0,05) Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional dengan jenis penyakit yang sama Metode sampling subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah cluster random sampling


(28)

kesehatan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, khususnya hipertensi.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengevaluasi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman.

2. Tujuan khusus

a. Menghitung proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah di Kecamatan Kalasan, Sleman.

b. Mengevaluasi perbedaan faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden di Kecamatan Kalasan, Sleman.


(29)

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90mmHg (Pooler, 2009). Hipertensi selanjutnya dibagi menjadi 2 tahap berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik. European Society of Hypertension (ESH) dan European

Society of Cardiology (ESC) mengklasifikasikan tekanan darah dengan rincian

sebagai berikut:

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi menurut guideline ESH dan ESC 2013 Kategori Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Tekanan darah diastolik (mmHg)

Optimal <120, dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Tinggi, normal 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi tahap I 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi tahap II 160-179 dan/atau 100-109 Hipertensi tahap III ≥180 dan atau ≥110 Hipertensi sistolik

terisolasi

≥140 dan <90

(Mancia, Fagard, Narkiewicz, Redon, Zanchetti, Bohm et al., 2013).

Seventh Report of the Joint National Committee (JNC7) 2003 merekomendasikan bahwa terapi antihipertensi dengan menggunakan diuretik thiazid merupakan pilihan terapi terbaik dalam penanganan kasus hipertensi. Namun pada guideline ESC dan ESH 2013 terdapat perubahan acuan terapi.


(30)

Tabel III. Perbandingan guideline JNC 7 2003 dengan guideline JNC 8 2014, ESH/ESC 2013, UK-NICE 2011, dan ACCF/AHA 2011

Kategori JNC 7 2003 Guideline JNC 8 2014,

ESH/ESC 2013,

UK-NICE 2011, dan

ACCF/AHA 2011 Ambang batas tekanan

darah sebagai permulaan terapi

≥140/90mmHg ≥130/80mmHg pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik

≥150/90mmHg pada pasien geriatri * ≥140/90mmHg pada pasien non-geriatri dan pasien dengan penyakit diabetes atau penyakit ginjal kronik

First-line therapy Diuretik thiazid Terdapat 3 kelas terapi lini pertama: Calcium

Channel Blocker, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors, Angiotensin Receptor Blockers

Thiazide yang paling banyak digunakan

Hidroklorthiazid Klorthalidon Terapi kombinasi Diutamakan pada

hipertensi tahap II ACEI + thiazid

Dapat digunakan pada hipertensi tahap I

ACEI + CCB ≥ACEI + thiazid

*hanya JNC 8 yang mengkategorikan usia ≥60 sebagai geriatri, sedangkan pada

guideline lain mengkategorikan usia≥80tahun sebagai geriatri

(Mann, Zipes, Libby, Bonow, 2014). Mekanisme dari ACE Inhibitor adalah menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang diperantarai oleh Angiotensin Converting Enzym. ACEI efektif pada pasien hipertensi dan pada pasien hipertensi dengan komplikasi penyakit ginjal. ACEI tidak menyebabkan hipokalemia atau menyebabkan peningkatan serum glukosa dan lipid (Golan, Tashijan, and Armstrong, 2012).

Calcium-channel blockers (CCB) merupakan agen antihipertensi yang poten, dan

merupakan terapi esensial pada pasien yang memiliki kenaikan tekanan darah. Kombinasi terapi CCB dengan ACEI meningkatkan profil toleransi CCB secara


(31)

signifikan (Izzo, Sica, and Black, 2008). Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menurunkan tekanan darah pada tingkatan yang sama dengan ACEI, namun tanpa melibatkan efek potensiasi bradikinin (Ram, 2014).

Terapi non-farmakologi hipertensi dapat dilakukan secara bersamaan dengan terapi farmakologi, dan harus dilakukan selama masa terapi untuk meningkatkan efikasi, mengurangi dosis dan jumlah obat yang digunakan, meminimalisir efek samping, dan meningkatkan kesehatan kardiovaskuler. Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Menurunkan berat badan sesuai dengan Ideal Body Weight (IBW): sekitar 60% pasien hipertensi setidaknya memiliki kelebihan berat badan 20% dari IBW. Penurunan berat badan 4-5kg akan menurunkan tekanan darah 7/5mmHg pada pasien obesitas maupun non obesitas.

2. Menghentikan kebiasaan merokok akan menurunkan vasokonstriksi, aktivitas sistem saraf, level norepinefrin, serta risiko koagulasi.

3. Membatasi konsumsi kafein akan menurunkan vasokonstriksi, dan meningkatkan penyesuaian aorta sentral.

4. Membatasi konsumsi alkohol: mengkonsumsi alkohol setiap hari akan meningkatkan tekanan darah, aldosteron, dan kortisol.

5. Olahraga: kombinasi latihan fisik secara teratur dan terarah akan menaikkan massa otot, dan menurunkan tekanan darah.

6. Perubahan perilaku: stress management, relaksasi, yoga, psikoterapi, dan kesehatan spiritual dapat membantu menurunkan tekanan darah.


(32)

7. Menghentikan penggunaan obat yang dapat meningkatkan tekanan darah, seperti obat kontrasepsi oral, NSAIDs, antihistamin/dekongestan, kortikosteroid, dan antidepresan trisiklik.

8. Diet sodium: penurunan konsumsi garam/sodium hingga 2400mg/hari dapat menurunkan tekanan darah 4-6mmHg sistolik dan 2-3mmHg diastolik.

9. Konsumsi bawang putih, rumput laut, likopen (terdapat pada tomat), diuretik alami (contoh: semangka, melon, mentimun), dan seledri dapat pula menurunkan tekanan darah (Houston, 2011).

B. The Rule of Halves

Banyak penelitian berbasis komunitas di seluruh dunia yang mengemukakan bahwa hipertensi sulit untuk dideteksi dan diobati. The Rule of

Halves juga sering mengemukakan hal yang sama, yakni bahwa semua pasien

yang memiliki tekanan darah yang tinggi hanya setengah diantaranya yang terdeteksi, dan dari semua pasien hipertensi yang terdeteksi, hanya setengah bagian saja yang melakukan terapi, serta hanya setengah bagian dari pasien yang diterapi melakukan kontrol terhadap tekanan darahnya. The Rule of Halves mendemonstrasikan bahwa masalah utama kasus hipertensi di Sahara, Afrika memiliki tingkat deteksi yang rendah (Mabey, Gill, Parry, Weber, and Whitty, 2013).

The rule of halves pada hipertensi menyatakan bahwa: setengah dari


(33)

setengah dari penderita hipertensi tidak melakukan terapi (rule 2), dan rule 3 menyatakan bahwa setengah dari penderita hipertensi yang melakukan terapi tekanan darahnya tidak terkontrol (Rao and Daniel, 2014).

C. Faktor Penyebab Hipertensi

Peningkatan risiko hipertensi umumnya bertambah seiring dengan pertambahan usia. Risiko hipertensi meningkat pada kelompok usia diatas 40 tahun, demikian pula kenaikan Body Mass Index juga meningkatkan risiko hipertensi (Khosravi, Mehr, Kelishadi, Shirani, Gharipour, Tavassoli et al.,2010). Jenis kelamin juga mempengaruhi faktor risiko hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan di Monastir, Tunisia (2011) responden wanita memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria. Prevalensi hipertensi pada wanita adalah 55,5% (Hammami, Mehri, Hajem, Kouba, Frih, Kammoun et

al, 2011).

Penelitian yang dilakukan di Angola (2013) menunjukkan bahwa usia, kebiasaan merokok, tingginya BMI, dan rendahnya tingkat pendidikan juga menjadi faktor risiko hipertensi dengan nilai signifikansi p<0,01 ( Pires et al., 2013). Pada riset yang dilakukan di Indonesia prevalensi hipertensi pada masyarakat yang tidak sekolah memiliki prevalensi hipertensi terbesar yakni 42,0%, pada kelompok masyarakat yang tidak lulus sekolah dasar sebesar 34,7%, tamat SD sebesar 29,7%, tamat SMP sebesar 20,6%, tamat SMA sebesar 18,6%, dan tamat D1-D3/Perguruan Tinggi sebesar 22,1 % (Kementerian Kesehatan RI, 2013).


(34)

Tingkat pendidikan mempengaruhi dan memiliki hubungan yang erat dengan prevalensi hipertensi, meskipun demikian hal tersebut juga dipengaruhi oleh perbedaan pola diet dan BMI (Elliot and Black, 2007). Tingkat pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan pengalaman pribadi seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Dengan mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan kelompok lansia mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan risiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskular (Notoatmodjo, 2003).

D. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah umumnya dilakukan dengan

sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah yang akurat sangat penting dalam

penegakan diagnosis hipertensi. Guideline The American Heart Association mengemukakan bahwa pengukuran tekanan darah harus dilakukan dengan prosedur yang benar, meliputi posisi duduk pasien, ukuran cuff atau manset yang sesuai dengan lingkar lengan pasien, dan meminimalisir adanya faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengukuran tekanan darah, seperti merokok, konsumsi alkohol ataupun kafein. Standarisasi prosedur sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang valid (Drawz, Abdalla, and Rahman, 2012).

Sphygmomanometer terdiri atas rubber bag, cuff atau manset yang

dihubungkan dengan bola pemompa, dan manometer yang pembacaannya dalam skala mmHg (Marshall, 2003). Sphygmomanometer digital merupakan


(35)

sphygmomanometer yang secara otomatis menampilkan pengukuran tekanan darah secara digital (Gibson, Shah, and Umberger, 2014).

Sphygmomanometer digital dalam penggunaannya tidak memerlukan

stetoskop untuk mendengarkan Korotkoff sounds. Manset atau cuff yang digunakan dalam sphygmomanometer digital memiliki mikrofon yang dihubungkan dengan mikroprosesor dan mempunyai sensor tekanan otomatis.

Sphygmomanometer digital mengukur tekanan arteri yang kemudian diproses

secara matematik untuk mendapatkan pengukuran sistolik maupun diastolik, yang kemudian ditampilkan pada panel digital (Masterton and Hurley, 2015).

E. Landasan Teori

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥90 mmHg (Mancia, et al., 2013). Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, gaya hidup, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan. Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko untuk penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, stroke, dan penyakit

kardiovaskuler (WHO, 2015).

Kesadaran penderita hipertensi mempengaruhi prevalensi hipertensi dan tingkat keberhasilan pengobatan. Pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi sangatlah penting, pasien harus menjaga pola hidup dan melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin (Musinguzi and Nuwaha, 2013).

Pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan melakukan terapi farmakologi maupun non farmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan menggunakan obat antihipertensi secara teratur,


(36)

(Ram, 2014), sedangkan terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan olahraga teratur, diet terstruktur, konsumsi makanan yang terjaga dan menjaga berat badan (Houston, 2011).

Penelitian ini mengevaluasi faktor usia dan faktor tingkat pendidikan pada responden dengan usia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman. Faktor usia dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah. Peningkatan risiko hipertensi umumnya bertambah seiring dengan pertambahan usia (Khosravi et al.,2010). Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuannya semain tinggi, sehingga semakin sadar terhadap penyakit hipertensi (Ike, Aniebue, and Aniebue, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al., 2013 di China membagi tingkat pendidikan menjadi 2 kategori, yakni ≤SMP dan >SMP, pembagian tersebut apabila diterapkan di Indonesia masih cukup relevan.

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah perbedaan faktor usia dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman.


(37)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional, analitik dengan rancangan cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional merupakan penelitian yang dilakukan melalui pengamatan (observasi) baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa ada perlakuan atau intervensi. Studi analitik cross-sectional merupakan studi yang mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (efek) yang dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan (Oktavia, 2015). Penelitian ini menganalisis prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden dengan kajian faktor usia dan tingkat pendidikan.

Data diperoleh dengan teknik wawancara menggunakan panduan pertanyaan yang tercantum dalam Case Report Form (CRF) serta dilakukan pengukuran tekanan darah, selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan statistika.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

a. Usia

b. Tingkat pendidikan 2. Variabel tergantung


(38)

b. Kesadaran responden terhadap hipertensi c. Terapi hipertensi

d. Pengendalian tekanan darah 3. Variabel pengacau

a. aktivitas fisik selain olah raga dan pekerjaan b. penyakit penyerta


(39)

C. Definisi Operasional

Tabel IV. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Jenis Data Penilaian Usia Responden penelitian

merupakan penduduk yang berusia 40 – 75 tahun.

Kategorikal 1= 40-59 tahun 2= 60-75 tahun Jenis Kelamin Responden penelitian

adalah penduduk laki-laki dan perempuan

Kategorikal 1= Laki-laki 2= Perempuan Body Mass Index

(BMI)

Digolongkan berdasarkan

perbandingan antara berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2).

Rumus:

=[ ( )]

Kategorikal 1=≥23 kg/m2 2= <23 kg/m2

Olahraga Melakukan aktivitas fisik secara rutin apabila melakukan olahraga minimal 1 kali seminggu.

Kategorikal 1 = rutin 2 = tidak rutin

Pola Makan

Responden memperhatikan konsumsi asupan garam, lemak, kecap, saus, gorengan, santan, mie instan , daging berlemak dan jeroan, dan sering mengkonsumsi sayur, buah, serta susu rendah lemak.

Kategorikal 1= tidak diet 2= diet


(40)

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Jenis Data Penilaian Pendidikan Pendidikan formal

terakhir yang telah diselesaikan oleh responden

Kategorikal 1=≤SMP (<SD,

SD, SMP) 2= >SMP (SMA/SMK, Diploma, Sarjana, >sarjana) Pekerjaan Kegiatan utama yang

dilakukan sehari-hari oleh responden yang menghasilkan

pendapatan.

Kategorikal 1 = responden yang lebih banyak bekerja menggunakan pikiran

2 = responden yang lebih banyak bekerja menggunakan fisik Penghasilan Merokok Penghasilan

responden selama bekerja dalam satu bulan.

Responden yang setiap hari merokok, dan dahulu pernah merokok, keluarga dan tempat kerja ada yang merokok.

Kategorikal

Kategorikal

1 =≤UMR

2 = >UMR

1= Merokok 2= Tidak Merokok Prevalensi Persentase responden

dengan tekanan darah

≥140/90mmHg atau

responden yang tekanan darahnya normal, namun melakukan terapi hipertensi. Standar pengukuran tekanan darah pada penelitian ini berdasarkan klasifikasi menurut ESH dan ESC

Kategorikal 1= Hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) 2= Tidak hipertensi (Tekanan darah <140/90 mmHg)


(41)

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Jenis Data Penilaian

Kesadaran Kesadaran

masyarakat akan hipertensi dilihat dari hasil wawancara terstruktur apakah responden pernah melakukan

pengukuran tekanan darah sebelumnya, jika pernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar

terhadap hipertensi.

Kategorikal 1= Sadar hipertensi 2= Tidak sadar hipertensi

Terapi Responden yang

mengalami hipertensi dan sadar menderita hipertensi yang melakukan terapi baik dengan terapi farmakologi maupun non-farmakologi

Kategorikal 1= Terapi (sedang

mengkonsumsi obat atau non obat untuk antihipertensi) secara rutin 2= Tidak rutin terapi (Tidak pernah

mengkonsumsi obat atau non obat

antihipertensi) Pengendalian Tekanan darah yang

dikendalikan

< 140/90 mmHg sesuai target ESC/ ESH.

Kategorikal 1 = Terkendali 2 = Tidak terkendali


(42)

D. Subyek Penelitian

Responden dalam penelitian ini merupakan penduduk berusia 40-75 tahun yang berada di Kecamatan Kalasan pada 6 padukuhan, yakni Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Surokerten, Padukuhan Sambirejo, dan Padukuhan Dhuri. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang berusia 40 - 75 tahun. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia mengisi informed consent dan responden yang tidak dapat diukur tekanan darahnya, dan sedang menderita penyakit tertentu yang tidak memungkinkan untuk diukur tekanan darahnya.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 6 Padukuhan di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta yaitu Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Surokerten, Padukuhan Dhuri, dan Padukuhan Sambirejo. Jumlah target responden dalam penelitian ini adalah 800 responden. Perhitungan besar sampel penelitian menggunakan rumus besar sampel pada populasi yang belum diketahui proporsinya:

n =Zα2x P x Q d2

= 1,962x 0,5 x 0,5 0,102

= 96 (dibulatkan menjadi 100)

Nilai P dalam rumus di atas merupakan prevalensi, Zα dan d merupakan nilai yang ditetapkan oleh peneliti, dimana taraf kepercayaan dalam penelitian ini sebesar 5%, sehingga Zα = 1,96 dengan nilai presisi (d) 10%. Karena proporsi


(43)

belum diketahui, maka nilai PxQ akan maksimal apabila nilai P=50%. P merupakan proporsi yang melakukan terapi, sedangkan Q merupakan proporsi yang tidak melakukan terapi (Dahlan, 2013).

Perhitungan besar sampel didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Tielman (2014), yang meneliti prevalensi, kesadaran, dan terapi pada responden hipertensi, maka jumlah sampel seluruhnya:

Gambar 1. Bagan Perhitungan Besar Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik cross-sectional sehingga tidak menggunakan rentang waktu penelitian. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei-Juni 2015. Jumlah responden yang masuk kedalam kriteria inklusi

Terapi n= 100

Tidak Terapi n= 100

Total: 200

Sadar: n= 200

Tidak Sadar n= 200

Total: 400

Hipertensi: n= 400

Tidak Hipertensi

n= 400


(44)

sebesar 813 responden, sedangkan responden yang masuk kedalam kriteria eksklusi sebesar 3 responden.

Gambar 2. Bagan ruang lingkup penelitian prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi berdasarkan faktor usia dan tingkat pendidikan di Kabupaten

Sleman, Yogyakarta

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan

Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor

Sosio-Demografi)” Penelitian dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota


(45)

yang diteliti seperti umur, BMI, jenis kelamin, diet, olahraga, merokok, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Peneliti dalam penelitian ini hanya akan melakukan kajian faktor usia dan tingkat pendidikan.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Kecamatan Kalasan dipilih sebagai lokasi penelitian, kemudian selanjutnya dilakukan pemilihan desa dan padukuhan. Teknik pengambilan lokasi desa dan padukuhan Penelitian dilakukan secara multistage random sampling.

Multistage random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan

lebih dari 1 kali dalam beberapa tingkatan populasi oleh karena itu teknik ini disebut juga teknik acak bertingkat (Eriyanto, 2007).

Secara administratif Kecamatan Kalasan terdiri atas 4 desa, hasil randomisasi oleh peneliti didapatkan Desa Tirtomartani dan Selomartani sebagai lokasi penelitian. Masing-masing desa yang terpilih selanjutnya diambil 3 padukuhan secara acak. Hasil randomisasi didapatkan Padukuhan Jetis, Pundung, Dhuri, Grumbulgede, Surokerten, dan Sambirejo sebagai lokasi penelitian. Acuan yang digunakan oleh peneliti dalam menentukan lokasi penelitian adalah Daftar Nama Padukuhan se-Kabupaten Sleman berdasarkan Keputusan Bupati Sleman No.35/Kep.KHD/2001 (Pemkab Sleman, 2015).

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara

cluster random sampling, yakni prosedur penarikan sampel probabilitas yang

memilih sub-populasi yang disebut cluster, kemudian setiap elemen di dalam kelompok atau cluster tersebut dipilih sebagai anggota sampel (Hermawan, 2005).


(46)

Pada penelitian ini masing-masing padukuhan disebut sebagai cluster dan pengambilan data dilakukan secara door to door dan beberapa diantaranya dilakukan dalam acara pertemuan warga.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Case Report

Form (CRF), informed consent, dan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan

darah responden berupa sphygmomanometer digital.

I. Tata Cara Penelitian

Gambar 3. Alur Tata Cara Penelitian

Analisis data Pengelompokan data

Penjelasan hasil pemeriksaan kepada responden Wawancara

Pengukuran tekanan darah responden

Pengukuran Validitas dan reliabilitas instrument penelitian Permohonan izin penelitian dan pembuatan Ethical Clearance


(47)

1. Penetapan lokasi dan seleksi calon responden

Penentuan lokasi padukuhan dilakukan dengan menggunakan metode

multistage random sampling, yakni teknik sampling yang dilakukan secara

bertingkat berdasarkan wilayah kerja pemerintahan. Penentuan calon responden selanjutnya dilakukan dengan metode cluster random sampling, yakni teknik pengambilan sampel dalam suatu populasi.

2. Permohonan ijin penelitian dan pembuatan ethical clearance

Permohonan ijin ditujukan kepada kepala dukuh Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, dan Padukuhan Surokerten. Terdapat padukuhan cadangan yakni Padukuhan Dhuri, dan Padukuhan Sambirejo. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance (Lampiran 5).

Permohonan ijin kepada komisi etik dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian ini selanjutnya dapat dipublikasikan. Perlakuan yang dilakukan pada subyek yang menggunakan manusia dan hewan, dampak dan cara mengatasi dampak juga menjadi pertimbangan Komisi Etik, selain itu sebelum penelitian dimulai juga harus mendapatkan persetujuan dari subjek penelitian setelah yang bersangkutan mendapatkan penjelasan dari peneliti (Kementerian Kesehatan RI, 2013).


(48)

3. Pengukuran validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional yang dapat dinyatakan dengan nilai coefficient of variation (CV). Instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dinyatakan dengan nilai CV ≤5% (Kementerian Kesehatan

RI, 2013).

Validasi instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital dan sphygmomanometer raksa. Langkah-langkah yang dilakukan dalam validitas yakni dilakukan pengukuran pada 3 probandus masing-masing dilakukan sebanyak 2-3 kali, dengan jeda 2 menit menggunakan sphygmomanometer digital dan

sphygmomanometer raksa, kemudian dilakukan analisis secara statistik menggunakan uji t berpasangan, instrumen dinyatakan valid apabila p>0,05.

Uji Reliabilitas instrumen dilakukan untuk melihat keandalan instrumen penelitian sebagai alat ukur, jika instrumen tersebut digunakan berulang kali maka memberikan hasil yang relatif sama atau tidak berbeda jauh (Bahri dan Zamzam, 2015). Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan untuk melihat keterulangan data hasil pengukuran tekanan darah, dengan melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 3 kali pada probandus menggunakan sphygmomanometer digital, kemudian masing-masing hasil pengukuran dihitung nilai coefficient of variation. Penaraan timbangan berat badan dilakukan di Balai Metrologi, Yogyakarta.


(49)

4. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed

consent dilakukan pada bagian lengan kiri atas dan diletakkan pada meja dalam

posisi duduk tegak, serta posisi lengan sejajar dengan jantung. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital OMRON® HEM-7203. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali berturut–turut dan masing-masing pengukuran diberikan jeda selama 2 menit, data pengukuran tekanan darah yang digunakan adalah hasil rata-rata pengukuran tekanan darah pertama dan ke-2. Apabila hasil pengukuran pertama dan kedua berbeda >10 mmHg maka dilakukan pengukuran ketiga, kemudian 2 hasil pengukuran yang paling mendekati dihitung rata-ratanya.

5. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada responden. Poin-poin pertanyaan wawancara mengacu pada Case Report Form (Lampiran 4).

6. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.

7. Pengelompokan data

Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yakni menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan


(50)

interpretasi data. Data akan dikumpulkan didalam CRF kemudian diolah dengan komputer. Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan antara lain editing, yakni dengan memerikasa kebenaran dan kelengkapan data. Data yang masuk dalam kriteria inklusi kemudian dilakukan proses entry, yakni memasukkan data yang didapat ke komputer. Proses coding selanjutnya dilakukan dengan mengklasifikasikan data menurut kategori masing-masing, lalu diberikan kode pada data dengan mengubah kata-kata menjadi angka. Proses cleaning selanjutnya dilakukan dengan mengecek data yang sudah dimasukkan untuk memastikan tidak adanya kesalahan pada data yang akan dianalisis dengan menggunakan komputer. 8. Analisis data penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian dikelompokkan dengan menggunakan komputer, kemudian selanjutnya diolah secara statistik. Langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-smirnov. Uji Kolmogorov-smirnov digunakan untuk sampel yang besar, yakni >50 (Oktavia, 2015). Apabila data tidak terdistribusi normal maka berdasarkan teorema limit pusat (Central Limit Theorem) menyatakan apabila suatu populasi yang tidak terdistribusi normal, jika ukuran sampel cukup besar (n>30), distribusi mean sampling akan mendekati suatu distribusi normal (gaussian) apapun bentuk asli dari dari distribusi populasinya (Harinaldi, 2005).

Data yang terdistribusi normal kemudian dilakukan uji t tidak berpasangan. Uji t tidak berpasangan (independent sample t test) merupakan uji statistik yang membandingkan rata-rata dari grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, dengan tujuan apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata


(51)

yang sama ataukah tidak (Santoso, 2010). Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi, dan Body Mass Index (BMI). Analisis Rule of Halves dilakukan dengan melihat nilai frekuensi pada prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah, untuk selanjutnya dibandingkan dengan teori.

Uji Chi-square selanjutnya dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Uji statistik Chi-square merupakan uji statistik yang dilakukan untuk menguji signifikansi hubungan beberapa variabel dengan tingkat kemaknaan 5% (Muninjaya, 2002). Pada uji Chi-quare, H0 ditolak bila p<0,05 yang berarti terdapat pengaruh bermakna antara variabel bebas dan variabel tergantung. H0

diterima apabila p>α (0,05), yang berarti tidak terdapat pengaruh bermakna antara

variabel bebas dan variabel tergantung. Apabila nilai p<0,05, selanjutnya dilanjutkan dengan perhitungan Odds Ratio (OR) untuk memperoleh seberapa besar pengaruh faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi, kesadaran , terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden dengan usia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan. Jenis hipotesis yang digunakan adalah jenis hipotesis

two-tailed. Uji dua-ujung (two-tailed test) adalah uji hipotesis yang mengolah hipotesis nol jika statistik sampel secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai parameter populasi yang diasumsikan (Harinaldi, 2005).


(52)

J. Perumusan Hipotesis

Gambar 4. Perumusan Hipotesis

Ho : P1 = P2

H1,2,3,4 : P1≠P2 ;<0,05

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40-59 tahun atau responden dengan tingkat pendidikan >SMP

P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berumur 60-75 tahun atau responden tingkat pendidikan

≤SMP

Faktor Usia Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2) Terapi (H3) Pengendalian (H4)

Faktor Tingkat Pendidikan

Prevalensi (H1) Kesadaran (H2)

Terapi (H3) Pengendalian (H4)


(53)

K. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan penelitian

a. Kekurangterbukaan responden dalam memberikan informasi

b. Tidak semua responden yang melakukan terapi hipertensi ingat dengan obat yang pernah dikonsumsinya.

2. Kelemahan penelitian

a. Prevalensi hipertensi yang ditunjukkan dengan pengukuran tekanan darah ≥140/90mmHg tidak dilakukan dalam 2 kali kesempatan yang berbeda.

b. Lama terapi hipertensi responden tidak dikaji lebih lanjut sehingga pengkategorian responden yang tekanan darahnya terkendali kurang akurat.


(54)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi di Kecamatan Kalasan. Peneliti juga mengevaluasi tingkat prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi terhadap faktor usia dan tingkat pendidikan. Penelitian ini mengacu pada The Rule of Halves.

Tabel V. Profil Responden di Kecamatan Kalasan

Variabel n responden Presentase (%) p

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 335 478 41,2 58,8 <0,01* Umur (tahun) 40-59 60-75 581 232 71,5 28,5 <0,01* Tingkat pendidikan

≤SMP 506 62,2 <0,01*

>SMP 307 37,8

Body Mass Index

(BMI)

≥23 kg/m2 <23 kg/m2

428 385 52,6 47,4 0,13 Faktor Merokok

Merokok 428 52,6 0,12

Tidak Merokok

Mengatur Pola Makan

Tidak Ya Aktivitas Fisik Tidak Ya Pekerjaan Pikiran Fisik 385 632 181 498 315 279 534 47,4 77,7 22,3 61,3 38,7 34,3 65,7 <0,01* <0,01* <0,01* Penghasilan >UMR ≤UMR 203 610 25 75 <0,01* *berbeda bermakna


(55)

Berdasarkan data pada Tabel V, responden terbanyak berada pada kisaran usia 40-59 tahun, yakni sebanyak 581 orang, p<0,01. Dilihat dari faktor tingkat pendidikan, proporsi terbanyak yakni responden dengan tingkat pendidikan≤SMP sebesar 62,2% , dengan jumlah responden 506 dan p<0,01. Proporsi pada masing-masing variabel yang memiliki perbedaan secara signifikan antara lain faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, diet, aktivitas fisik, pekerjaan, dan penghasilan, ditunjukkan dengan nilai p<0,01. Faktor Body Mass Index (BMI) dan merokok memiliki proporsi yang tidak berbeda secara signifikan dengan nilai p masing-masing 0,13 dan 0,12 .

Tabel VI. Karakteristik dan Distribusi Data Responden di Kecamatan Kalasan

Karakteristik Mean ± SD Median p

Usia (tahun)

Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Denyut Nadi

Body Mass Index (kg/m2)

53,9±10,1 139,8±23,5

81,4±13,2 80,1±12,7 23,6±4,0

52 135

80 79 23,5

<0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 Keterangan:

p>0,05=terdistribusi normal p<0,05=tidak terdistribusi normal

Uji statistik yang digunakan adalah Uji statistik Kolmogorov-smirnov, nilai p pada tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi. Nilai p<0,01 menunjukkan bahwa data responden di Kecamatan Kalasan tidak terdistribusi normal, namun berdasarkan teorema limit pusat (Central Limit Theorem) menyatakan apabila suatu populasi yang tidak terdistribusi normal, jika ukuran sampel cukup besar (n>30), distribusi mean sampling akan mendekati suatu


(56)

distribusi normal (gaussian) apapun bentuk asli dari dari distribusi populasinya (Harinaldi, 2005).

Tabel VII. Perbedaan Faktor Usia terhadap Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI)

Usia

40-59 tahun 60-75 tahun p

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

136,16±21,99 149,08±24,74 <0,01* Tekanan Darah Diastolik

(mmHg)

81,80±12,33 80,27±15,26 0,14

Denyut Nadi 80,44±13,01 79,40±11,80 0,27

Body Mass Index (kg/m2) 24,00±3,90 22,57±4,22 <0,01* *berbeda bermakna

Data pada Tabel VII didapat dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dua kelompok distribusi normal. Hasil analisis didapatkan bahwa tekanan darah diastolik dan denyut nadi p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan antara rerata tekanan darah diastolik dan denyut nadi antara kelompok responden yang berusia 40-59 dan 60-75 tahun.

Pada usia diatas 60 tahun hipertensi sistolik terisolasi lebih banyak terjadi jika dibandingkan dengan hipertensi sistolik-diastolik, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kekakuan dan disfungsi endotelial arteri. Hipertensi Sistolik terisolasi merupakan penyebab 87% hipertensi tidak terkontrol pada populasi di Amerika (Stokes, 2009).

Penelitian pada populasi menunjukkan bahwa rata-rata berat badan dan

Body Mass Index (BMI) meningkat pada usia dewasa dan mencapai puncaknya


(57)

rata-rata berat badan dan BMI cenderung menurun (Villareal, Apovian, Kushner, and Klein, 2005).

Tabel VIII. Perbedaan Faktor Tingkat Pendidikan terhadap Usia, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Denyut Nadi, dan Body Mass Index

(BMI)

Tingkat Pendidikan

≤SMP >SMP p

Usia (tahun) 56,61±10,25 49,36±8,75 0,00*

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

143,16±23,94 134,50±21,84 0,00* Tekanan Darah Diastolik

(mmHg)

81,52±13,62 81,10±12,62 0,66

Denyut Nadi 79,93±13,06 80,49±12,04 0,54

Body Mass Index (kg/m2) 23,34±4,20 24,02±3,75 0,02* *berbeda bermakna

Data pada Tabel VIII didapat dengan menggunakan uji statistik t tidak berpasangan. Nilai p menunjukkan kebermaknaan antara rerata usia, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi, dan Body Mass Index (BMI) dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan ≤SMP dan >SMP. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan antara rerata usia, tekanan darah sistolik, dan BMI dengan tingkat pendidikan responden di Kecamatan Kalasan. Responden yang memiliki tingkat pendidikan ≤SMP berada pada kisaran usia 56,61±10,25 dan responden yang memiliki tingkat pendidikan >SMP berada pada kisaran usia 49,36±8,75. Pembagian tingkat pendidikan pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al., 2013 di China membagi tingkat pendidikan menjadi 2 kategori, yakni ≤SMP dan >SMP, pembagian tersebut apabila diterapkan di Indonesia masih cukup relevan. Berdasarkan


(58)

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 17-21 tentang sistem pendidikan nasional membagi tingkat pendidikan menjadi pendidikan dasar (SD-SMP), dan pendidikan menengah dan tinggi yang terdiri dari SMA-Perguruan Tinggi.

Tabel IX. Profil tingkat pendidikan responden di Kecamatan Kalasan

Tingkat pendidikan n responden Persentase (%)

<SD* SD SMP SMA SMK Diploma S1 S2 S3 172 186 160 220 5 2 52 5 1 21,2 22,9 17,9 27,1 0,6 0,2 6,4 0,6 0,1 <SD: tidak bersekolah atau tidak lulus SD

Tingkat pendidikan responden di Kecamatan Kalasan berdasarkan proporsi terbesar berturut-turut adalah SMA, SD, <SD, SMP, S1, SMK, S2, S3.

Tabel X. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan

≤SMP >SMP p OR

(95% CI)

n % n %

Usia 60-75 tahun 40-59 tahun 200 306 86,2 52,7 32 275 13,8 47,3 <0,01* 0,18 (0,12-0,27) *berbeda bermakna

Tabel X. menunjukkan adanya perbedaan faktor usia berpengaruh terhadap tingkat pendidikan responden di Kecamatan Kalasan. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square Nilai signifikansi ditunjukkan dengan p<0,05.Hasil


(59)

penelitian yang dilakukan oleh Charles, Reynolds, dan Gatz (2001) menunjukkan bahwa status kesehatan dan tingkat pendidikan dipengaruhi oleh usia. Semakin tua usia seseorang maka cenderung memiliki status kesehatan yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah.

Tingkat pendidikan berhubungan dengan Body Mass Index (BMI). Hasil penelitian oleh Maddah, Eshraghian, Djazayery, dan Mirdamadi (2003) menyatakan bahwa perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki BMI yang lebih rendah, sedangkan laki-laki yang berpendidikan tinggi memiliki rerata BMI yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang berpendidikan rendah. Orang dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki gaya hidup yang sehat. Orang yang berpendidikan lebih memperhatikan obesitas dan memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap risiko obesitas (Tilaki and Heidari, 2009).

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan

Gambar 5. Bagan Profil Responden berdasarkan Rule of Halves

Sampel populasi : 813

(100%)

Tidak Hipertensi 456 (56,1%)

Hipertensi 357 (43,9%)

Tidak Sadar Hipertensi 266 (32,7%)

Sadar Hipertensi 91 (11,2%)

Tidak terapi 46 (5,7%)

Terapi 45 (5,5%)

Tidak Terkendali

41 (5%)

41

Terkendali 4 (0,5%)


(60)

Jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria inklusi adalah 813 responden, 43,9% dari jumlah responden mengalami hipertensi, 11,2 % (91 responden) diantaranya sadar bahwa dirinya mengalami hipertensi, 5,5% dari responden yang sadar menderita hipertensi melakukan terapi, dan hanya 4% responden yang tekanan darahnya terkendali. Prevalensi hipertensi responden di Kecamatan Kalasan sebesar 43,9%. Presentase tersebut menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan kurang dari setengah populasi sampel, yang berarti relatif kurang sesuai dengan The Rule of Halves.

Kesadaran responden pada penelitian ini adalah responden yang sadar dirinya menderita hipertensi. Gambar 5 menunjukkan bahwa responden yang tidak sadar menderita hipertensi sebesar 32,7%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa lebih dari setengah populasi responden yang tekanan darahnya ≥140/90mmHg tidak sadar bahwa dirinya mengalami hipertensi. Hasil tersebut apabila dikaitkan dengan The Rule of Halves relatif kurang sesuai.

Tabel XI. Profil Terapi Hipertensi Responden

Nama Obat Jumlah

Amlodipin Kaptopril Lisinopril Valsartan

Non Farmakologi

Tidak tahu/lupa nama obat

10 24 1 1 1 8

Terapi merupakan usaha yang dilakukan pasien hipertensi untuk menjaga tekanan darahnya <140mmHg, baik secara farmakologi maupun non-farmakologi. 91 responden yang sadar mengalami hipertensi, 46 responden diantaranya tidak


(61)

melakukan terapi (5,7%), sedangkan 45 responden melakukan terapi (5,5%). Tabel XI menunjukkan profil terapi hipertensi responden di Kecamatan Kalasan. Apabila dikaitkan dengan The Rule of Halves pada aspek terapi menunjukkan adanya kesesuaian.

Pengendalian hipertensi adalah terkendalinya tekanan darah (<140/90mmHg) pada responden hipertensi yang melakukan terapi secara rutin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 responden di Kecamatan Kalasan yang rutin melakukan terapi hipertensi, 41 responden tekanan darahnya tidak terkendali dan 4 responden tekanan darahnya terkendali, dengan persentase 5% dan 0,5%. Hasil penelitian jika ditinjau dari aspek pengendalian tekanan darah relatif kurang sesuai dengan The Rule of Halves.

B. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan berdasarkan Kajian Faktor Usia

dan Tingkat Pendidikan

1. Prevalensi

Tabel XII. Pengaruh faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi Prevalensi

≥140/90mmHg <140/90mmHg p OR

n % N % (95% CI)

Usia 60-75 tahun 40-59 tahun Pendidikan ≤SMP >SMP 143 214 253 104 40,1 59,9 70,9 29,1 89 367 253 203 19,5 80,5 55,5 44,5 <0,01* <0,01* 2,76 (2,01-3,77) 1,95 (1,45-2,61) *terdapat pengaruh


(62)

Uji statistik Chi-square menggunakan nilai signifikansi p<0,05 dengan taraf kepercayaan 95% dilakukan untuk melihat pengaruh antara faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi. Tabel XII menunjukkan pengaruh faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap prevalensi. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa usia mempengaruhi prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan (p<0,01). Nilai Odds Ratio (OR) 2,76 dengan Confidence Interval 95%, sehingga dapat diartikan responden dengan rentang usia 60-75 tahun 2,76 kali memiliki kemungkinan memiliki tekanan darah ≥140mmHg jika dibandingkan dengan responden dengan rentang usia 40-59 tahun.

Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian Musinguzi dan Nuwaha (2013) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Uganda meningkat pada kisaran usia di atas 65 tahun. Tingginya tekanan darah seseorang sejalan dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, akibatnya tekanan darah sistolik meningkat (Kaplan, 2002).

Hasil analisis antara faktor pendidikan terhadap prevalensi menunjukkan p<0,05, hal ini berarti tingkat pendidikan mempengaruhi prevalensi hipertensi. Nilai Odds Ratio (OR) yang didapatkan adalah sebesar 1,95 dengan Confidence

Interval (CI) 95%, sehingga dapat diartikan bahwa responden dengan tingkat

pendidikan ≤SMP memiliki kemungkinan 1,95 kali untuk mengalami tekanan darah ≥140/90mmHg dibandingkan dengan responden dengan tingkat pendidikan >SMP. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullahi dan Amzat (2011) di Nigeria


(63)

mendukung hasil penelitian ini. Penelitian oleh Abdullahi dan Amzat menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan mempengaruhi faktor risiko seseorang mengalami hipertensi, dan dinyatakan bahwa pendidikan memegang peran yang signifikan terhadap kualitas kesehatan seseorang.

2. Kesadaran

Tabel XIII. Pengaruh faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap kesadaran

Kesadaran

Ya Tidak p OR

n % N % (95% CI)

Usia 60-75 tahun 40-59 tahun Pendidikan ≤SMP >SMP 33 58 55 36 63,7 36,3 60,4 39,6 110 156 198 68 58,6 41,4 74,4 25,6 0,46 0,01* 0,81 (0,49-1,32) 0,52 (0,31-0,86) *terdapat pengaruh

Hasil analisis usia dengan kesadaran hipertensi diperoleh bahwa p<0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh bermakna antara faktor usia dengan kesadaran responden. Tingkat kesadaran seseorang terhadap hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor. Semakin tua usia seseorang, maka akan semakin meningkat tingkat kesadarannya. Tingginya tingkat kesadaran pada populasi usia lanjut didasarkan pada perhatian mereka terhadap kesehatan dan fungsi organ yang semakin menurun, selain itu populasi tersebut memiliki intensitas pertemuan dengan tenaga kesehatan yang lebih tinggi. Semakin sering seseorang menemui tenaga kesehatan, maka akan semakin sadar dengan kondisi tubuhnya (Malekzadeh, Etemadi, Kamangar, Khademi, Golozar, Islami et al., 2013).


(64)

Analisis tingkat pendidikan terhadap kesadaran responden diperoleh nilai p sebesar 0,01 , sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran responden hipertensi. Nilai Odds Ratio (OR) yang didapatkan adalah sebesar 0,52 dengan Confidence Interval (CI) 95%, sehingga dapat diartikan bahwa responden dengan tingkat pendidikan ≤SMP memiliki kesadaran terhadap penyakit hipertensi sebesar 0,52 kali lebih kecil dibandingkan dengan responden dengan tingkat pendidikan >SMP. Penelitian oleh Ike, Aniebue, dan Aniebue (2010) di Nigeria menyatakan bahwa terdapat persepsi yang salah tentang hipertensi dan rendahnya kesadaran responden terhadap gaya hidup yang memicu terjadinya kenaikan tekanan darah. Rendahnya persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hipertensi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuannya semain tinggi, maka akan semakin sadar terhadap hipertensi.

3. Terapi

Tabel XIV. Pengaruh faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap terapi

Terapi

Ya Tidak P OR

n % N % (95% CI)

Usia 60-75 tahun 40-59 tahun Pendidikan ≤SMP >SMP 12 33 24 21 73,3 26,7 53,3 46,7 21 25 31 15 54,3 45,7 67,4 32,6 0,08 0,17 0,43 (0,18-1,04) 0,55 (0,23-1,29) *terdapat pengaruh

Hasil analisis faktor usia terhadap aspek terapi menunjukkan bahwa p>0,05 maka disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor usia dengan


(65)

terapi hipertensi di Kecamatan Kalasan. Terapi hipertensi paling banyak dilakukan oleh orang dengan usia lanjut. Orang dengan usia lanjut biasanya memiliki komplikasi penyakit, hipertensi merupakan salah satu diantaranya (Saeed, Al-Hamdan, Bahnassy, Abdalla, Abbas, and Abuzaid, 2011).

Hasil analisis tingkat pendidikan terhadap aspek terapi menunjukkan bahwa nilai p yang didapat sebesar 0,17 , maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi terapi hipertensi responden Kecamatan Kalasan. Rendahnya jumlah responden yang mengenyam bangku pendidikan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Hasil penelitian juga dapat dipengaruhi oleh informasi publik yang rendah terkait hipertensi dan ketidak adanya sistem asuransi kesehatan yang dapat menjamin keberhasilan terapi (Hammami, Mehri, Hajem, Koubaa, Frih, Kammoun et al., 2011).

4. Pengendalian tekanan darah

Tabel XV. Pengaruh faktor usia dan tingkat pendidikan terhadap pengendalian tekanan darah

Terkendali

Ya Tidak p OR

n % n % (95% CI)

Usia 60-75 tahun 40-59 tahun Pendidikan ≤SMP >SMP 0 4 0 4 0 100 0 100 12 29 24 17 70,7 29,3 58,8 41,5 0,56 0,02* Tidak dapat dihitung Tidak dapat dihitung *terdapat pengaruh

Analisis pengendalian tekanan darah pada responden dengan faktor usia didapatkan nilai p>0,05, dengan demikian tidak ada pengaruh antara faktor usia dengan pengendalian tekanan darah responden hipertensi. Apabila dibandingkan


(66)

dengan hasil penelitian oleh Ha et al. (2013) menunjukkan adanya ketidaksesuaian. Hasil penelitian oleh Ha et al (2013) menyatakan bahwa pada responden yang mengalami hipertensi pada rentang usia 40-59 setelah melakukan terapi selama 2 minggu, tekanan darahnya terkendali.

Analisis pengendalian tekanan darah responden berdasarkan faktor tingkat pendidikan diperoleh nilai p=0,02 , maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh antara faktor tingkat pendidikan dengan pengendalian tekanan darah responden. Nilai Odds Ratio (OR) pada aspek pengendalian darah tidak dapat dihitung karena pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan≤SMP terdapat nilai 0 (nol). Penelitian yang dilakukan oleh Li, Meng, Sun, Salter, Briggs, dan Hiller (2010) menyatakan bahwa di China, penduduk yang tinggal di area pedesaan memiliki tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan kesehatan yang rendah, oleh karena itu tingkat pengetahuan warga yang rendah terhadap penyakit hipertensi menyebabkan rendahnya tingkat pengendalian tekanan darah.

Kelemahan dari penelitian ini adalah peneliti tidak mengkaji secara mendalam terkait dengan seberapa lama pasien melakukan terapi, sehingga tidak dapat diperoleh data pengendalian tekanan darah yang lebih akurat. Setelah melakukan terapi dengan menggunakan obat anti hipertensi, seseorang dikategorikan tekanan darahnya terkendali apabila tekanan darahnya sesuai dengan target dalam kurun waktu 2-4 minggu (Mancia et al., 2013).

Hasil penelitian prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden dengan usia diatas 40 tahun ini dapat dijadikan evaluasi


(67)

bagi pemerintah setempat untuk lebih meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan kesadaran masyarakat terhadap suatu penyakit, utamanya hipertensi.


(68)

49 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman berdasarkan kajian faktor usia dan tingkat pendidikan diperoleh hasil proporsi prevalensi responden (n=813) yang memiliki tekanan darah

≥140/90mmHg sebesar 43,9%, sadar mengalami hipertensi 11,2%, yang

melakukan terapi secara rutin 5,5%, dan yang tekanan darahnya terkendali (<140/90mmHg) 0,5%.

2. Responden kelompok usia 60-75 memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami tekanan darah ≥140/90mmHg dengan nilai p<0,05 OR 2,76

(95% CI: 2,01-3,77). Responden yang memiliki tingkat pendidikan ≤SMP memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami tekanan darah darah ≥140/90mmHg dengan nilai p<0,01 OR 1,95 (95% CI: 1,45-2,61), dan memiliki tingkat kesadaran terhadap penyakit hipertensi yang lebih rendah dengan p=0,01 OR 0,52 (95% CI: 0,31-0,86).

B. Saran

1. Disarankan kepada pemerintah daerah setempat, terutama pemerintah Kecamatan Kalasan untuk meningkatkan pemberian informasi dan edukasi terhadap masyarakat tentang penyakit hipertensi, sehingga tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit hipertensi semakin meningkat.


(69)

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengukuran tekanan darah dalam 2 kesempatan yang berbeda, sehingga data prevalensi lebih akurat, serta peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji secara lebih mendalam pada aspek terapi, yakni dengan melihat seberapa lama pasien melakukan terapi, sehingga diperoleh data pengendalian tekanan darah yang lebih akurat.


(1)

(2)

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Pengukur Tekanan Darah Uji Validitas dan Reliabilitias Alat Pengukur Tekanan Darah yang

digunakan dalam Penelitian

1. Uji Validitas Sygmomanometer Digital dan Raksa

Uji Validitas Spygmomanometer Digital 1 dan Raksa pada Probandus

Spygmomanometer 1 Probandus Mean SD CV (%)

1 2 3

Digital Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg) 106 60 102 53 104 55 104 56 2 3,61 1,92 6,44

Raksa Sistolik (mmHg)

Distolik (mmHg) 115 60 106 58 107 55 109,33 57,67 4,93 2,52 4,51 4,36 - Nilai p sistolik : 0,103

- Nilai p diastolik : 0,423

Uji Validitas Spygmomanometer Digital 2 dan Raksa pada Probandus

Spygmomanometer 2 Probandus Mean SD CV (%)

1 2 3

Digital Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg) 116 77 131 67 115 71 120,67 71,67 8,96 5,03 7,43 7,02

Raksa Sistolik (mmHg)

Distolik (mmHg) 120 80 130 70 120 80 123,33 76,67 5,78 5,78 4,68 7,53 - Nilai p sistolik : 0,287

- Nilai p diastolik : 0,130

Uji Validitas Spygmomanometer Digital 3 dan Raksa pada Probandus

Spygmomanometer 3 Probandus Mean SD CV (%)

1 2 3

Digital Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg) 98 58 91 53 105 65 98 58,67 7 6,03 7,14 10,28

Raksa Sistolik (mmHg)

Distolik (mmHg) 100 60 90 60 110 70 100 63,33 10 5,78 10 9,12 - Nilai p sistolik : 0,368

- Nilai p diastolik : 0,085

Uji Validitas Spygmomanometer Digital 4 dan Raksa pada Probandus

Spygmomanometer Probandus Mean SD CV (%)

1 2 3

Digital Sistolik (mmHg)Diastolik (mmHg) 11373 11780 11167 113,6773,33 3,066,51 2,698,87

Raksa Sistolik (mmHg)

Distolik (mmHg) 110 70 110 80 110 70 110 73,33 0 5,77 0 7,87 - Nilai p sistolik : 0,173 - Nilai p diastolik: 1,000


(3)

2. Uji Reliabilitas Spygmomanometer Digital

Uji Reliabilitas Spygmomanometer Digital 1 pada Probandus

Probandus Spygmomanometer Digital 1

Hasil

Pengukuran Mean SD CV (%)

1 2 3

1 2 3 Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) 113 69 101 62 101 75 115 77 103 71 99 72 115 72 111 67 104 79 114,33 72,66 105 66,67 101,33 75,33 1,15 4,04 5,29 4,50 2,51 3,51 0,94 3,29 4,32 3,68 2,05 2,86

Uji Reliabilitas Spygmomanometer Digital 2 pada Probandus

Probandus Spygmomanometer Digital 2

Hasil

Pengukuran Mean SD CV (%)

1 2 3

1 2 3 Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) 101 59 103 57 97 60 100 56 97 56 94 63 98 66 102 58 95 65 99,62 60,33 97 57 95,33 62,66 1,53 5,13 4,36 1 1,52 2,51 1,25 4,19 3,56 0,81 1,24 2,05

Uji Reliabilitas Spygmomanometer Digital 3 pada Probandus

Probandus Spygmomanometer Digital 3

Hasil

Pengukuran Mean SD CV (%) 1 2 3

1 2 3 Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) 104 56 94 54 102 59 97 53 95 52 95 55 107 57 99 59 104 65 102,67 55,33 96 55 100,33 59,66 5,13 2,08 2,56 3,60 4,73 5,03 4,19 1,70 2,16 2,94 3,86 4,10

Uji Reliabilitas Spygmomanometer Digital 4 pada Probandus Probandus

Spygmomanometer Digital 3

Hasil

Pengukuran Mean SD CV (%)

1 2 3

1 Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) 102 55 99 61 102 65 101 60,33 1,73 5,03 1,41 4,11


(4)

2

3

Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg) Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg)

97 55 107

60

103 61 100

59

95 63 102

62

98,33 59,67 103 60,33

4,16 4,16 3,60 1,52

3,40 3,40 2,94 1,24


(5)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Monika Meitasari Astuti, lahir di Kulonprogo pada tanggal 28 Mei 1994. Putri pertama dari 2 bersaudara pasangan Yohanes Sriyana dan Christiana Rubilah. Penulis menempuh pendidikan di TK Kartini Tamanrejo (1998-2000), SDN 1 Tamanrejo (2000-2006), SMPN 1 Boja (2006-2009), SMAN 1 Boja (2009-2012) dan pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis aktif dalam organisasi dan kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai sie publikasi, dekorasi, dan dokumentasi pada Pelepasan Wisuda Oktober 2012, sie Hubungan Masyarakat MAKRAB JMKI 2013, sie Konsumsi Pharmacope 2013, Reporter Majalah Pharmaholic periode 2013/2014, sie publikasi, dekorasi, dan dokumentasi Pharmacy Performance and Road to School 2014, peserta Latihan Kepemimpinan Managerial Mahasiswa II Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi se-Joglosepur 2014, sie publikasi, dekorasi, dan dokumentasi Latihan Kepemimpinan Mahasiswa tingkat I Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma 2014, Wakil Ketua Redaksi Majalah Pharmaholic periode 2014/2015, dan sebagai anggota divisi Media Farmasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma periode 2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan dengan Judul “Crayon Cantik Berbahan Alam, Non-toksik, dan


(6)

Ramah Lingkungan “CRAYONALA” dan didanai oleh KEMENRISTEK DIKTI tahun 2015.


Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

0 1 113

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

0 1 98

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

5 38 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101