tekanan darah perlu dilakukan sebelum menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, jantung, ginjal, dan organ lainnya Moser, 1992. Selain menurunkan
tekanan darah, adanya pengendalian terhadap tekanan darah juga perlu dilakukan. Faktor risiko hipertensi dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup
seperti, merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik atau olahraga, dan pola makan. Perubahan pola makan terjadi di masyarakat yaitu senang mengonsumsi garam
berlebih, lemak jenuh, dan penggunaan jelantah Sugiharto, 2007. Menurut Padilla, Wallace, dan Park 2005 penurunan tekanan darah dapat terjadi setelah
melakukan aktivitas fisik. Zhang et al. 2005 menyatakan bahwa kebiasaan merokok adalah faktor risiko hipertensi. Kebiasaan mengkonsumsi minuman
beralkohol juga merupakan faktor risiko hipertensi Stranges et al., 2004. Berdasarkan data hasil penjaringan Pos Yandu lansia Kabupaten Sleman
pada tahun 2011, lansia dengan presentasi tertinggi didapatkan kasus hipertensi sebanyak 39,65, diabetes melitus 5,29, gangguan mental 2,69, anemia
1,98, gagal ginjal 0,14, dan penyakit lain 24,11 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2015 sedangkan pada Desa Wedomartani berdasarkan data
triwulan pertama pada 2008 yang didapatkan dari Puskesmas Pembantu Ngemplak II menunjukkan bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua setelah
penyakit infeksi saluran pernafasan akut Ambardini, 2008.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang di atas, maka
permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Berapa jumlah prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap
hipertensi dan terapi serta proporsi pengendalian tekanan darah yang terjadi? b.
Apakah terdapat perbedaan terhadap faktor gaya hidup sehat seperti tidak merokok, tidak konsumsi alkohol, mengatur pola makan, dan melakukan aktivitas
fisik terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi, serta pengendalian tekanan darah responden?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan, penelitian mengenai prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian darah responden hipertensi di Desa
Wedomartani, Sleman, Yogyakarta berdasarkan kajian faktor gaya hidup sehat belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang
berkaitan dengan prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi yang telah dipublikasi antara lain sebagai berikut:
Tabel I. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian di Desa Wedomartani
Penelitian Hasil
Perbedaan Persamaan
Prevalence, Awareness,
Treatment, and Control of
Hypertension in A Nigerian Population
Ekwunife, Udeogaranya,
Nwatu, 2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 30
dari responden yang diketahui terkena
hipertensi, 21 yang menjalani
terapi, sementara hanya 9 yang
dikontrol. Penelitian dilakukan
di Nsukka, Nigeria Tenggara, yang
melibatkan 756 responden.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui
proporsi hipertensi, melakukan terapi,
dan kontrol.
Prevalence, Awareness,
Treatment, and Control of
Hypertension in China
Wu, Huxley, Li, Anna, Xie, Yao,
et al ., 2008.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi lebih
tinggi di perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan.
Penelitian dilakukan di seluruh 31
provinsi, daerah otonom, dan kota di
bawah pemerintah pusat di seluruh
China dengan 141.892 responden
berusia ≥18 tahun. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui prevalensi
hipertensi.
Lanjutan Tabel I.
Prevalence, Awareness,
Treatment and Control of High
Blood Pressure in A Swiss City General
Population: The CoLaus Study
Danon-Hersch, Marques-Vidal,
Bovet, Chiolero, Paccaud, Pe´coud,
et al ., 2009.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi adalah
36. Penelitian
dilakukan dengan responden
perempuan berusia 35-75 tahun yang
tinggal di Lausanne, Swiss.
Jenis penelitian menggunakan
rancangan cross- sectional
untuk mengetahui
prevalensi hipertensi.
Prevalensi, Kesadaran, dan
Terapi Responden Hipertensi
Berdasarkan Kajian Faktor Risiko
Kesehatan di Padukuhan
Kadirejo II, Purwomartani,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta
Anutopi, 2015 Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan
bermakna antara faktor risiko
kesehatan dengan prevalensi,
kesadaran, dan terapi responden.
Penelitian dilakukan di Padukuhan,
Kadirejo II, Purwomartani,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta dengan
jumlah responden sebanyak 200
orang. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui prevalensi,
kesadaran, dan terapi dan untuk
mengetahui adanya hubungan dengan
faktor risiko kesehatan
merokok, alkohol, pola makan,
aktivitas fisik, BMI, penyakit penyerta.
3. Manfaat Penelitian