Makna Wayang Landasan Teori

2.1.7 Makna Wayang

Wayang kulit dan golek tidak termasuk wayang orang mengandung dua pengertian. Pertama, sebagai benda seni kriya spatial art; kedua, sebagai seni pertunjukan performance art. Secara harfiah wayang berarti “bayangan”, sedangkan pertunjukan wayang berarti pertunjukan “bayang-bayang”. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pertunjukan wayang kulit purwa tradisional pakeliran merupakan pertunjukan bayang-bayang shadow puppet. Pengertian bayangan berlaku pula pada pertunjukan wayang golek purwa yang berwujud tiga dimensi. Meskipun wujudnya ditonton langsung bukan bayangannya, tetapi makna dramatik lakon dapat dipahami melalui daya imajinasi bayangan. Dengan demikian, pengertian bayang-bayang atau bayangan bukan hanya mengacu pada kenyataan bahwa dalam sistem pakeliran yang ditonton bayangannya, melainkan lebih ditekankan pada makna dramatik lakon pewayangan yang masih memerlukan bayangan penonton. Nilai-nilai intrinsik yang terkandung di balik wayang sebagai benda seni kriya dapat diapresiasi melalui nilai-nilai ekstrinsik, yakni karakter, ukiran, warna, dan busana merupakan symbol estetic yang constant berdasarkan pakemnya. Sedangkan nilai-nilai subtansi yang terkandung dalam penuturan, khususnya pesan-pesan etis, estetis, filosofis, dan logis yang ditawarkan, dapat diapresiasi melalui makna denotatif dan atau konotatif di balik kalimat lisani yang diungkapkan dalang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Wayang adalah budaya luhur yang berungsi menyampaikan pendidikan, agama, filsafat, etika dan sebagai tontonan. Wayang merupakan pencerminan nilai dan tujuan kehidupan, moralitas harapan dan cita-cita kehidupan. Adanya beberapa jenis wayang disebabkan oleh aspek geografis, sosiologis, budaya, pengaruh tuntutan dalam pertunjukan dan selera. Perkembangan budaya wayang tiap daerah memungkinkan terjadinya perbedaan. Diantara seperangkat boneka wayang, gunungan wayang adalah figur yang memiliki peran sangat dominan. Ukuran gunungan wayang dibuat disesuaikan dengan jenis boneka wayang, gunungan wayang kulit ukurannya lebih besar dari gunungan wayang golek. Disamping itu elemen-elemen gunungan juga tidak semua sama. Adanya persamaan makna simbolis gunungan wayang pada filosofi masyarakat Jawa dan Sunda dikarenakan mempunyai sumber yang sama yaitu perkembangan sejarah wayang dan pengaruh budaya. Dan beberapa perbedaan pada elemen-elemen gunungan, namun makna filosofisnya mengarah suatu kesamaan. Persamaan makna gunungan tersebut adalah pandangan hidup untuk mencapai kesempurnaan. Soekarno : 1. Gunungan wayang memiliki arti bahwa tokoh wayang berada dalam suatu wilayah atau kelompok yang sama.

2.1.8 Makna Busana Jas Jas adalah baju resmi potongan Eropa berlengan panjang, berkancing

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011).

2 9 82

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012).

0 2 92

PEMAKNAAN COVER PADA MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

1 3 74

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 ).

0 1 95

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 )

0 0 16

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

0 2 23

PEMAKNAAN COVER PADA MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011)

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR “AHMADIYAH TANPA NEGARA” pada Cover Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “AHMADIYAH TANPA NEGARA” pada Cover Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011)

0 0 19