Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Isyarat Tangan
Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu
budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda
namun maksudnya sama. 2.
Postur Tubuh Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang
mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen.
Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William Sheldon misalnya menunjukan hubungan antara bentuk tubuh dan
tempramen. Tubuh yang tegap sering dikaitkan dengan kepercayaan diri atau antusiasme.
2.1.12 Kartun dan Karikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun strip, kartun gags kartun kata, kartun komik dan kartun animasi adalah bagian
dari apa yang dinamakan kartun. Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, tekhnik melukis, psikologis, cara melobi, referensi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik
yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum Sobur, 2006 : 140.
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan
atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena
penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik Sobur, 2006 : 40.
Sedangkan kartun sendiri merupakan suatu keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, tekhnik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih isu yang tepat. Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh,
suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu bisa mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang
secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum Sobur, 2003 : 140.
Kartun mempunyai keunggulan sekaligus kelemahan. Ia dapat ditangkap pikiran orang, tetapi tidak mampu menjelaskan persoalan secara lengkap dan
tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun dapat diterima oleh semua kalangan mulai dari rakyat yang buta huruf sampai intelektual yang sarat dengan
cara pandang kritis. Menurut ketua PAKARTI Persatuan Kartunis Indonesia
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pramono, kartun yang baik antara lain memiliki misi pendidikan, yaitu meningkatkan kemampuan berpikir dan pernungan bagi penikmatnya, meskipun
mediumnya berupa humor. Oleh karena itu kartun yang berhasil tentu saja terbit dari ide yang cerdas dan dapat dinikmati secara cerdas pula Bintoro dalam
Marliani, 2004 : 45.
2.1.13 Karikatur dalam Media Massa