Merajut Gagasan Ompu i. Dalam bab ini saya akan melihat munculnya
                                                                                Ompu i |33
kesatuan  kolektif  sering  disebut  sebagai  saompu  satu  ompu.
2
Misalnya  Ompu Sohuturon  yang  berarti  sapaan  dari  keturunan  Sohuturon  dalam  galur  keturunan
Rajagukguk. Jikalau contoh tersebut diterapkan ke dalam pengertian yang diberikan oleh  J.  Warneck  maka  Ompu  Sohuturon  adalah  pemilik  keturunan  Sohuturon.
Demikian juga di marga-marga lainnya yang sering juga di dapati gelar ompu dalam penyebutannya.
Kedua, selain  menunjuk  kepada  leluhur  dengan  galur  keturunan,  maka
gelar ini juga digunakan kepada sesuatu yang dihormati yang bukan hanya dalam bentuk manusia, yaitu kepada dewatuhan dan hewan tertentu. Untuk sapaan kepada
dewatuhan  maka  masyarakat  Batak  sering  menyebutnya  sebagai  Ompu  Debata Mula Jadi Na Bolon. Penyebutan ini termasuk sebagai bentuk penghargaan yang
paling  tinggi  atas  segalanya.  Selain  kepada  dewatuhan,  maka  istilah  ompu  juga dikenakan  kepada  hewan.  Dalam  tradisi  lisan  nenek  moyang  masyarakat  Batak
sapaan  ini  dikenakan  kepada  harimau  babiat.  Seperti  yang  dikisahkan  ketika masyarakat  melihat  jejak  harimau  maka  jejak  tersebut  sering  dikatakan  sebagai
bogas  ni  ompu  i  jejak  ompu  i.
3
Masyarakat  Batak  meyakini  harimau  sebagai binatang ditakuti yang memiliki roh keberanian dan penguasa, sehingga masyarakat
Batak  sangat  menyegani  hewan  ini  dan  menyebutnya  dengan  sangat  hormat. Namun  mengingat  binatang  ini  sudah  sangat  langka  ditambah  masuknya  agama
semit maka lambat laun pemanggilan ini semakin berkurang.
2
J.C. Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba Yogyakarta: LKIS, 1986, hl. 23.
3
Berdasarkan kisah Pdt Lewis Sitompul dalam laman Facebooknya.
Ompu i |34
Ketiga, gelar ompu i digunakan kepada raja, baik dari tingkat huta hingga
bius. Misalnya Ompu Hatobung yang merupakan raja dari Bius Pansurnapitu, dsb. Bagi masyarakat Batak, raja mendapatkan tempat kehormatan, sehingga setiap yang
dilakukan raja selalu diikuti oleh masyarakatnya, dikarenakan raja sebagai sumber atau pelaksana adat dan budaya yang harus diikuti oleh pengikutnya. Hal ini terlihat
dari umpasa pantun yang menerangkan posisi penting raja yang harus dijunjung tinggi dan diikuti.
Ompu raja di Jolo, Martungkot Sialagundi Pinungka ni ompunta parjolo, Siihuthonon ni na di pudi
Terjemahannya
Ompu raja di depan, Bertongkatkan Pohon Sialagundi Dibuka pertama oleh Ompu kita, akan diikuti dibelakang
Namun dari raja-raja bius yang menggunakan gelar ompu i, maka raja yang paling  terkenal  yang  mendapat  gelar  tersebut  adalah  Singamangaraja.
4
Hal  ini terlihat dari lagu “Tampollong Ma Disi” Ansideng Ansinonding yang dinyanyikan
masyarakat  sekitar  pemukiman  Singamangaraja  di  Bangkara  pasca  terbunuhnya Raja  Singamangaraja  XII
5
,  dan  juga  masih  banyak  lagi  bukti-bukti  lainnya  yang menyebut Singamangaraja dengan sebutan Ompu i.
Gelar  Ompu  i  yang  digunakan  oleh  Singamangaraja  sangatlah  berbeda dengan  raja  pada  umumnya  atau  seperti  yang  dikatakan  Sidjabat  dengan
4
Raja  Singamangaraja  adalah  raja  yang  wilayah  kekuasaannya  tidak  hanya  di  wilayah Toba,  melainkan  hingga  Sumatera  Utara.  Hal  ini  terlihat  dari  jejak-jejak  yang  ditinggalkannya.
Semasa hidupnya, ia aktif melawan permerintahan kolonial Belanda, sehingga atas jasanya tersebut, ia  diangkat  menjadi  Pahlawan  Kemerdekaan  Nasional  Indonesia  melalui  Surat  Keputusan
Pemerintah Republik Indonesia No. 590 tertanggal 19 Nopember 1961.
5
Prof. Dr. W. Bonar Sidjabat, Ahu Si Singamangaraja Jakarta: Sinar Harapan, 1982, hl. 16.
                                            
                