36
sebaliknya  project  dengan  negatif  discounted  EVA  akan  merusak  atau mengurangi nilai sebuah perusahaan.
c. EVA and Performance Assessment
Pada  suatu  perusahaan,  pemilik  perusahaan  akan  menunjuk  dan memberi  wewenang  kepada  manajemen  untuk  menjalankan  operasi
perusahaan sehari-hari. Manajemen cenderung mempunyai kontrol penuh atas segala  strategi  atau  tindakan  yang  dilakukan  meskipun  masih  ada  campur
tangan dari pemilik. Pada perusahaan yang besar dimana kepemilikan tersebar ke  banyak  pemegang  saham,  manajemenlah  yang  mengontrol  dan
bertanggung  jawab  penuh  atas  operasional  sehari-hari.  Pemisahan  antara kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict of interest antara
pemilik sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Untuk memperkecil biaya-biaya  yang  timbul  akibat  agency  problem  maka  dibentuklah  suatu
sistem  performance  assessment  yang  memberi  insentif  pada  strategi  atau tindakan  manajemen  yang  menambah  nilai.  Perencanaan  sistem  evaluasi
kinerja  dan  prestasi  yang  benar  sangat  penting  karena  hal  tersebut berhubungan dengan sistem penggajian atau kompensasi. Penentuan kriteria-
kriteria  yang  dipakai  sebagai  pedoman  evaluasi  akan  mempengaruhi  cara kerja  dan  sebagai  motivator  kerja  manajemen.  Sejalan  dengan  adanya
desentralisasi  pada  kontrol  dan  pengambilan  keputusan  dalam  perusahaan, pemilik  memerlukan  suatu  kontrol  dalam  unit-unit  yang  ada  untuk
37
memastikan  tindakan-tindakan  yang  dilakukan  konsisten  dengan  tujuan perusahaan  secara  keseluruhan.  Kontrol  dapat  dicapai  melalui  penetapan
tujuan  dan  evaluasi  kinerja.  Faktor-faktor  dalam  pengukuran  kinerja bergantung  pada  tingkat  desentralisasi  suatu  pengambilan  keputusan  dalam
perusahaan. Faktor kuantitatif umum digunakan untuk pedoman keberhasilan suatu  manajemen,  adapun  faktor  kualitatif  juga  tidak  dapat  dipisahkan.
Penggunaan  anggaran  atau  budget  sebagai  pedoman  ukuran  keberhasilan manajemen  sudah  tidak  relevan  lagi  untuk  tujuan  value  building,  karena  hal
tersebut berfokus pada angka-angka akuntansi. Seperti dikatakan dalam buku The  Quest  for  Value
:  “The  use  of  budgets  for  bonuses  is  a  vestige  of  an archaic  accounting  model  that  emphasizes  earnings  over  cash  flow,  control
over delegation, variances instead of vision, and questions instead of answers .
That  model  must  go .”  Stewart,  1993:  5  Tujuan  perusahaan  untuk
maksimalisasi  nilai  memerlukan  pedoman  atau  alat  ukur  dimana  penciptaan nilai  perusahaanlah  yang  melandasi  kriteria  nantinya.  Jadi  Economic  Value
Added sangat  sesuai  untuk  masuk  dalam  kriteria  pengukuran  keberhasilan
kinerja manajemen.
d. EVA and Incentive Compensation