ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN KONSEP ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. INDOSAT Tbk SEBELUM DAN SESUDAH MERGER.
USULAN PENELITIAN Diajukan kepada fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh :
MOH. FATHUL AZIS 0412010392 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
KONSEP ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. INDOSAT Tbk SEBELUM DAN SESUDAH MERGER
Yang diajukan
MOH. FATHUL AZIS 0412010392 / FE / EM
telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
DR.H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM Tanggal : ………
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS NIP. 030 191 295
(3)
SEBELUM DAN SESUDAH MERGER
Yang diajukan
MOH. FATHUL AZIS 0412010392 / FE / EM
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
DR.H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM Tanggal : ………
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS NIP. 030 191 295
(4)
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Analisis Economic Value Added untuk mengukur Kinerja Keuangan PT. INDOSAT Tbk Sebelum Dan Sesudah Merger” guna memenuhi salah satu persayaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta saran – saran dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof.Dr.Ir.Teguh Sudarto,MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR.H.Dhani Ichsanuddin Nur,SE,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing serta banyak memberikan bantuan, petunjuk, serta arahan dalam penyusunan skripsi.
3. Bapak Drs.Ec.Gendut Sukarno,MS selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(5)
5. Seluruh Dosen dan Staff Dosen yang memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran’ Jawa Timur.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan dan doanya selama penulis menempuh kuliah sampai dengan menyelesaikan skripsi.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penyajian skripi ini karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi almamater tercinta.
Surabaya, Januari 2010
Penulis
(6)
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori... 10
2.2.1. Laporan Keuangan ... 10
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 10
2.2.1.2. Pengguna laporan Keuangan... 11
2.2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan... 13
2.2.2. Merger ... 14
2.2.2.1. Pengertian Merger... 14
2.2.2.2. Kelebihan dan Kelemahan Merger... 15
2.2.2.3. Motif Merger... 16
2.2.2.4. Bentuk – Bentuk Merger... 19
2.2.2.5. Cara pelaksanaan Merger... 20
2.2.3. Kinerja Keuangan Perusahaan... 21
(7)
2.2.4.3. Kelemahan Economic Value Added... 27
2.2.4.4. Manfaat dan Kelebihan Economic Value Added... 28
2.2.4.5. Tehnik Perhitungan Economic Value Added... 28
2.2.4.6. Komponen Biaya Modal ... 29
2.2.4.7. Peran Economic Value Added... 33
2.3. Kerangka Konseptual ... 39
2.4. Hipotesis... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
3.1.1. Tehnik Pengukuran Variabel... 41
3.1.1.1. Net Operating After Taxes (NOPAT) ... 41
3.1.1.2. Biaya Modal (Cost of Capital)... 41
3.1.1.3. Economic Value Added (EVA) ... 43
3.2. Tehnik Penentuan Sampel... 43
3.2.1. Populasi ... 43
3.2.2. Sampel... 43
3.3. Tehnik Pengumpulan Data ... 44
3.4. Tehnik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 45
3.4.1. Tehnik Analisis ... 45
3.4.2. Uji Hipotesis ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 49
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 49
4.1.1. Gambaran Singkat Bursa Efek Indonesia ... 49
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 52
(8)
4.1.6. PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo)... 60
4.1.7. PT. Indosat Multi Media Mobile (IM3) ... 63
4.1.8. PT Bimagraha Telekomindo (Bimagraha) ... 64
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64
4.2.1. Analisis perhitungan EVA sebelum dan sesudah Merger... 64
4.3. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis ... 74
4.3.1. Analisis Regresi ... 74
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 75
4.3.3. Uji Normalitas... 75
4.3.4. Uji Autokorelasi ... 76
4.3.5. Uji Outlier ... 78
4.3.6. Pengujian Hipotesis... 79
4.4. Pembahasan... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 84
5.1. Kesimpulan ... 84
5.2. Saran... 84 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(9)
1.2. Laba bersih sesudah merger ... 4
1.3. Hasil Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT.INDOSAT Tbk, Sebelum dan Sesudah Merger ... 6
4.1. Hasil Perhitungan Biaya Modal Hutang PT.INDOSAT Tbk, Sebelum dan Sesudah Merger... 65
4.2. Hasil Perhitungan Biaya Modal Saham PT.INDOSAT Tbk, Sebelum dan Sesudah Merger... 68
4.3. Hasil Perhitungan Struktur Modal PT.INDOSAT Tbk, Sebelum dan Sesudah Merger... 69
4.4. Hasil Perhitungan Biaya modal tertimbang PT.INDOSAT Tbk, Sebelum dan Sesudah Merger ... 71
4.5. Hasil Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT.INDOSAT Tbk, Sebelum dan Sesudah Merger ... 73
4.6. Hasil Analisis Regresi ... 74
4.7. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov... 76
4.8. Hasil Uji Durbin Watson... 78
4.9. Hasil Uji Outlier... 78
(10)
2.2. Konsep Analisis Kinerja Keuangan ... 23 4.1. Struktur Organisasi BEI ... 55 4.2. Kurva Gejala Autokorelasi... 77
(11)
viii Oleh :
MOH. FATHUL AZIS 0412010392 / FE / EM
Di Indonesia, industri telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan kelancaran ekonomi. Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan kebutuhan utama dalam dunia bisnis. Perkembangan dunia usaha membawa perubahan pasar yang semakin meningkatkan persaingan. Keadaan ini memaksa perusahaan untuk terus memperkuat posisinya dipasar global, salah satunya dengan melakukan merger, seperti yang dilakukan oleh PT. INDOSAT Tbk dengan PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), PT. Indosat Multimedia Mobile (IM3), dan PT. Bimagraha Telekomindo pada tahun 2003. Salah satu tujuan merger adalah untuk menghasilkan sinergi. Untuk mengetahui manfaat merger dapat melihat perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudahnya, salah satunya dengan analisis EVA (Economic Value Added). Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan PT. INDOSAT Tbk sebelum dan sesudah merger dengan menggunakan konsep EVA (Economic Value Added).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk Laporan Keuangan. Untuk mengetahui perbedaan EVA Sebelum dan sesudah melakukan merger digunakan Uji analisis regresi dengan variabel dummy sedangkan Hipotesis di uji dengan uji t-student.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan untuk nilai EVA pada periode sebelum dan sesudah melakukan merger. Atau dengan lain kata kinerja keuangan PT.Indosat Tbk sesudah merger ternyata kurang baik dibandingkan dengan sebelum merger, ini bisa dilihat dari nilai EVA sesudah merger yang negatif. Maka dapat dikatakan merger yang dilakukan PT. INDOSAT Tbk tidak mampu mendatangkan sinergi.
(12)
1 0.000 1.000 1.376 1.963 3.078 6.314 12.71 31.82 63.66 318.31 636.62
2 0.000 0.816 1.061 1.386 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 22.327 31.599
3 0.000 0.765 0.978 1.250 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 10.215 12.924
4 0.000 0.741 0.941 1.190 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 7.173 8.610
5 0.000 0.727 0.920 1.156 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 5.893 6.869
6 0.000 0.718 0.906 1.134 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 5.208 5.959
7 0.000 0.711 0.896 1.119 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 4.785 5.408
8 0.000 0.706 0.889 1.108 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 4.501 5.041
9 0.000 0.703 0.883 1.100 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 4.297 4.781
10 0.000 0.700 0.879 1.093 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 4.144 4.587
11 0.000 0.697 0.876 1.088 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 4.025 4.437
12 0.000 0.695 0.873 1.083 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 3.930 4.318
13 0.000 0.694 0.870 1.079 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 3.852 4.221
14 0.000 0.692 0.868 1.076 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 3.787 4.140
15 0.000 0.691 0.866 1.074 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 3.733 4.073
16 0.000 0.690 0.865 1.071 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 3.686 4.015
17 0.000 0.689 0.863 1.069 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 3.646 3.965
18 0.000 0.688 0.862 1.067 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 3.610 3.922
19 0.000 0.688 0.861 1.066 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 3.579 3.883
20 0.000 0.687 0.860 1.064 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 3.552 3.850
21 0.000 0.686 0.859 1.063 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 3.527 3.819
22 0.000 0.686 0.858 1.061 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 3.505 3.792
23 0.000 0.685 0.858 1.060 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 3.485 3.768
24 0.000 0.685 0.857 1.059 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 3.467 3.745
25 0.000 0.684 0.856 1.058 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 3.450 3.725
26 0.000 0.684 0.856 1.058 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 3.435 3.707
27 0.000 0.684 0.855 1.057 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 3.421 3.690
28 0.000 0.683 0.855 1.056 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 3.408 3.674
29 0.000 0.683 0.854 1.055 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 3.396 3.659
30 0.000 0.683 0.854 1.055 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 3.385 3.646
40 0.000 0.681 0.851 1.050 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 3.307 3.551
60 0.000 0.679 0.848 1.045 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 3.232 3.460
80 0.000 0.678 0.846 1.043 1.292 1.664 1.990 2.374 2.639 3.195 3.416
100 0.000 0.677 0.845 1.042 1.290 1.660 1.984 2.364 2.626 3.174 3.390
1000 0.000 0.675 0.842 1.037 1.282 1.646 1.962 2.330 2.581 3.098 3.300
z 0.000 0.674 0.842 1.036 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576 3.090 3.291
0% 50% 60% 70% 80% 90% 95% 98% 99% 99.8% 99.9%
Confidence Level
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri telekomunikasi adalah jenis industri yang berperan besar dalam segala aspek terutama dunia bisnis. Di Indonesia, industri telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan kelancaran ekonomi. Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan kebutuhan utama dalam dunia bisnis. Jarak membuat kita tidak bisa bertatap muka serta didukung dengan letak Indonesia yang terdiri banyak pulau, sehingga membutuhkan sarana yang dapat menghubungkan tanpa harus bertatap muka secara langsung. Indonesia memiliki banyak sekali perusahaan telekomunikasi, mereka barsaing untuk tetap menjadi yang terbaik dan diminati oleh masyarakat. Persaingan antar dunia usaha semakin ketat dan menipisnya batas antar negara membawa pengaruh yang besar terhadap perusahaan dalam suatu negara untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan baik yang ada di dalam negeri sendiri maupun yang ada di luar negeri.
Persaingan antar perusahaan maupun antar negara tersebut berlangsung secara bebas dan ketat karena banyak bermunculan perusahaan-perusahaan asing di dalam negeri yang disebabkan oleh semakin tipisnya
(14)
batas antar negara tadi. Persaingan yang ada tersebut dapat diatasi salah satunya dengan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dimata para publik pada umumnya dan investor pada khususnya.
Analisa kinerja perusahaan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan yang berguna untuk kepentingan para pemegang saham maupun bagi manajemen perusahaan. Dengan mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan-keputusan strategis perusahaan sehingga dapat sukses dalam persaingan di dalam maupun diluar negeri. Di samping itu, perkembangan dunia usaha juga membawa perubahan pasar yang semakin meningkatkan persaingan. Keadaan ini memaksa perusahaan untuk terus memperkuat posisinya dipasar global, salah satunya dengan melakukan merger. Merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Penggabungan dua perusahaan atau lebih oleh perusahaan (merger) dimaksudkan untuk lebih mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan yang melebur dalam hal pendanaan (modal) agar dalam persaingan usaha dapat lebih kompetitif yang tentunya dengan tujuan utama adalah menguasai pasar atau memimpin pasar. Seperti halnya yang terjadi pada PT. INDOSAT Tbk. yang menyetujui penggabungan tiga anak usahanya, yakni PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), PT. Indosat Multimedia
(15)
Mobile (IM3), dan PT. Bimagraha Telekomindo ke dalam perusahaan induk (PT. INDOSAT Tbk). Dengan merger yang dilakukan, PT. INDOSAT Tbk. mengharapkan dapat memperoleh manfaat serta keuntungan dalam upaya melakukan perluasan dan pengembangan usaha. Salah satu motif merger PT. INDOSAT Tbk. adalah untuk menghasilkan synergy atau nilai tambah. Yang dimaksud dengan motif disini adalah alasan yang melatarbelakangi mengapa PT. INDOSAT Tbk. melakukan merger.
Dari laporan keuangan PT. INDOSAT Tbk. ternyata dapat diketahui bahwa jumlah laba bersih sebelum merger yaitu mulai tahun 2000 laba bersih PT.INDOSAT. Tbk sebesar 1,64 triliun menurun menjadi Rp. 1,45 triliun pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 mengalami penurunan menjadi menjadi Rp. 336,2 milyar.
Sedangkan sesudah merger yaitu tahun 2004 sebesar Rp. 1,63 triliun yang kemudian menurun menjadi Rp. 1,62 triliun pada tahun 2005. Begitu pula pada tahun 2006 turun menjadi Rp. 1,41 triliun.
Sumber : Laporan keuangan PT.Indosat Tbk Tabel 1.1
Laba bersih sebelum merger Sebelum Merger
Tahun Laba Bersih (Juta) Pertumbuhan / Growth ( %)
2000 1.642.125 2,97 %
2001 1.452.795 -11,53 %
(16)
Divisi keuangan suatu perusahaan dituntut untuk mengambil peran yang lebih besar dalam melakukan analisis keuangan perusahaan sehingga keputusan rasional dapat diambil dengan tepat. Dalam hal pengambilan keputusan-keputusan manajerial dibidang keuangan tersebut, perusahaan perlu menetapkan tujuan yang ingin dicapai terlebih dahulu. Perusahaan dihadapkan pada dua pilihan yaitu : 1).memaksimumkan laba (dilihat dari sisi akuntansi). 2).Dan memaksimumkamkan harga saham dibursa dan meningkatkan nilai perusahaan dimasyarakat (dilihat dari sisi manajemen). (Mulia, 2002 : 129) Tujuan suatu perusahaan idealnya untuk memaksimumkan laba dan meminimumkan resiko secara simultan. Tujuan normatif manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan atau kemakmuran para pemegang saham (yang diukur berdasarkan harga sahamnya). Tujuan normatif tidak lain adalah tujuan yang seharusnya dicapai oleh manajemen keuangan. Dalam hal perusahaan tersebut tidak mengeluarkan saham yang diperjual belikan dipasar modal, maka tujuan normatif manajemen keuangan tetap
Tabel 1.2
Laba bersih sesudah merger Sesudah Merger
Tahun Laba Bersih (Juta) Pertumbuhan / Growth ( %)
2004 1.633.208 4,03 %
2005 1.623.481 -0,60 %
2006 1.410.093 -13,14 %
(17)
memaksimumkan nilai perusahaan, hanya saja kita artikan nilai perusahaan ini sebagai nilai yang terealisir apabila perusahaan akan dijual. Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi penilaian atas perusahaan tersebut; yaitu bagaimana keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang dan bagaiman resiko perusahaan tersebut..
Banyak alternatif penggunaan alat pengukuran kinerja perusahan yang ada pada saat ini. Selama ini yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan adalah analisa rasio keuangan. Beberapa tahun terakhir ini telah berkembang suatu pendekatan baru dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Pendekatan ini dikenal dengan Economic Value Added (EVA).
Economic Value Added merupakan indikator atau pengukuran tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi, EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik perusahaan, ini sejalan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan (Utama, 1997 : 10). Adanya Economic Value Added (EVA) menjadi relevan untuk menganalisis kinerja yang berdasarkan nilai (value) karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Adapun hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) sebelum dan sesudah merger PT.INDOSAT Tbk. dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
(18)
Sumber : Lampiran 1 Tabel 1.3
Hasil Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT.INDOSAT Tbk, Sebelum dan Sesudah Merger
TAHUN EVA ( Rp )
2000 9.506.863.047.813
2001 2.260.808.456.172
2002 201.047.009.336
2003
2004 (10.575.644.287.359)
2005 (1.130.183.504.210)
2006 (13.922.676.306.415)
Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan hanya akan memberi imbalan (reward) aktivitas yang menambah nilai dan membuang aktivitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil judul “Analisis Economic Value Added untuk mengukur Kinerja Keuangan PT. INDOSAT Tbk Sebelum dan Sesudah Merger”.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah melakukan merger dengan menggunakan konsep
(19)
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah merger dengan menggunakan konsep EVA (Economic Value Added).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi manajer perusahaan, informasi ini berguna untuk tambahan informasi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan dalam menciptakan nilai bagi perusahaan dengan
memperhatikan biaya modal agar dapat memenuhi harapan krditur dan pemegang saham.
2. Bagi investor atau calon investor, informasi ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan melalui pendekatan EVA sehingga dapat memberikan masukan kapan mereka akan melakukan pembelian atau menjual saham mereka.
3. Bagi akademis dan praktisi manajemen keuangan, informasi ini berguna untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Economic Value Added
serta memberi masukan dalam melakukan penelitian – penelitian selanjutnya.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Economic Value Added yang pernah dilakukan oleh
pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh:
a. Nurul Isnani dan Sri Irawati (Pengaruh Merger terhadap Kinerja keuangan : Analisis Economic Value Added).
1). Permasalahan : Untuk Mengetahui bagaimana mengaplikasikan
konsep EVA dalam mengukur dan membandingkan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger.
2). Hasil Analisis : Dari analisis yang dilakukan ternyata hasil
perhitungan rata – rata EVA sebelum merger negatif atau sebesar -6.308.416.128 rupiah pada tahun 1987, dan pada tahun 1988 sebesar -20.861.352.224 rupiah. Sedangkan Setelah merger nilai EVA pada tahun 1990 negatif atau sebesar -195.216.88.643 rupiah sedangkan pada tahun 1991 negatif atau sebesar - 275.521.023.715 rupiah.
3). Kesimpulan : Nilai EVA PT. Lippobank pada tahun – tahun
pengamatan ternyata secara keseluruhan negatif, baik sebelum atau setelah merger disebabkan NOPAT (laba bersih operasi sesudah
(21)
pajak) tidak cukup untuk menutupi tingginya COC (Cost Of Capital) atau biaya modal, hal ini yang menyebabkan EVA negatif atau < 0 (kurang dari nol).
b. Teodora Winda Mulia (Penerapan Konsep EVA sebagai Added Approach dari Analisis Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja PT. Gudang Garam di Kediri)
1). Permasalahan : Cara penerapan konsep EVA sebagai Added
Approach dari Traditional Approach yang sudah ada yaitu rasio keuangan untuk mengukur kinerja (prestasi) perusahaan.
2). Hasil Analisis : Dari analisis yang dilakukan ternyata hasil
perhitungan EVA pada tahun 1997 sebesar 915.556.269.187 rupiah dan EVA pada tahun 1998 sebesar 756.130.558.620 rupiah, hal ini menunjukkan telah terjadi penambahan nilai. Sedangkan EVA pada tahun 1999 sebesar -540.094.337.978 rupiah karena EVA negatif maka tidak terjadi pertambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan.
3). Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan EVA dapat diketahui
bahwa tahun 1997 dan 1998 terjadi penambahan nilai ekonomis ke dalam PT. Gudang Garam karena EVA yang dihasilkan > 0 (lebih dari nol) atau positif. Sedangkan pada tahun 1999 tidak terjadi penambahan nilai ke dalam perusahaan karena EVA yang dihasilkan
(22)
of Capital) yang harus dibayar sedangkan NOPAT (laba bersih operasi sesudah pajak) tidak mampu menutupi.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Laporan Keuangan
2.2.1.1Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Sawir (2005 : 2) laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Dasar laporan keuangan adalah neraca, laporan laba-rugi dan laporan perubahan posisi keuangan (laporan sumber dan penggunaan dana) yang saling berhubungan. Menurut Harahap (2002 : 2) laporan keuangan terdiri dari :
a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu.
b. Perhitungan Laba – Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba /
rugi perusahaan pada suatuperiode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya – biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.
c. Laporan dan sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan
(23)
d. Laporan Arus Kas. Laporan ini merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok – kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pembiayaan.
2.2.1.2Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2002 : 7 – 9), pengguna laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Manajemen Perusahaan, bagi manajemen perusahaan laporan keuangan
dimaksudkan untuk :
1). alat untuk pertanggung jawaban pengelolaan kepada pemilik.
2). mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi,
bagian, atau segmen.
3). mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi,
bagian, atau segmen.
4). untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya
diambil kebijakan baru.
b. Investor, bagi investor laporan keuangan dimaksudkan untuk :
1). menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang.
2). menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya.
3). sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang.
4). sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi
(24)
c. Kreditur atau Banker, bagi kreditur, banker, atau supplier laporan keuangan dimaksudkan untuk :
1). menilai kualitas jaminan kredit / investasi untuk menopang kredit yang
akan diberikan.
2). melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh
dari perusahaan atau menilai Rate of Rerturn perusahaan.
3). menilai kemampuan Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas perusahaan
sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit.
4). menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang
sudah disepakati.
d. Pemerintah dan Regulator, bagi pemerintah dan regulator laporan
keuangan dimaksudkan untuk :
1). menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar.
2). sebagai dasar dalam penetapan – penetapan kebijaksanaan baru.
3). menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan.
4). bagi lembaga pemerintahan lainnya bisa menjadi bahan penyusunan
data statistic.
e. Analis, Akademis, Pusat Data Bisnis. Para analis, akademis, dan juga
lembaga – lembaga pengumpul data bisnis seperti PDBI, Moody’s, Brunstreet, Standart Poor, Pertofindo, laporan keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi primer yang akan diolah sehingga
(25)
menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisa, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi.
2.2.1.3Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan Laporan Keuangan Menurut Berstein (1983) dalam Harahap
(2002 : 19) adalah sebagai berikut : a. Screening
Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. b. Understanding.
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. c. Forecasting
Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
d. Diagnosis
Analisa dimaksudakan untuk melihat kemungkinan adanya masalah – masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain dalam perusahaan.
e. Evaluation
Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
(26)
2.2.2 Merger
2.2.2.1Pengertian Merger
Merger berasal dari kata “mergere” (Latin) yang artinya (a) bergabung
bersama, menyatu, berkombinasi. (b) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu.
Moin (2002 : 5) mengartikan merger sebagai pengabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006 : 395) perluasan usaha dapat
dilakukan dengan menggabungkan dengan usaha yang telah ada (Merger dan
Consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi) contohnya : PT.Mayora Indah (industri makanan dan minuman) mengakuisisi 96% saham PT.Torabika Eka semesta sebanyak 25,5 juta lembar saham senilai sekitar Rp. 62.5 Miliar. Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan pengabungan dua perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan consolidation menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan nama-nama dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.
(27)
2.2.2.2Kelebihan dan Kelemahan Merger
Moin (2002 : 13 – 14) menjelaskan mengenai alasan mengapa perusahaan melakukan merger adalah terdapat “Manfaat Lebih” yang diperoleh darinya, secara spesifik kelebihan dan kelemahan merger antara lain:
a. Kelebihan dan manfaat merger antara lain:
1. mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah
jelas.
2. memperoleh kemudahan dana / pembiayaan karena kreditor labih
percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3. memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4. mendapatkan pelanggan yang telah mapan tnapa harus merintis dari
awal.
5. memperoleh system operasional dan administratif yang mapan.
b. Disamping memperoleh manfaat atau kelebihan, merger juga memiliki
kelemahan antara lain :
1. proses integrasi yang tidak mudah.
2. kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3. biaya konsultan yang mahal.
4. meningkatnya kompleksitas birokrasi.
(28)
2.2.2.3Motif Merger
Yang dimaksud dengan motif disini adalah alasan yang melatar belakangi mengapa sebuah perusahaan melakukan merger. Biasanya
peruashaan memiliki beragam motif (Multiple Motives) bukan sekedar satu
motif (Single Motives) misalnya perusahaan ingin memperluas pangsa pasar
sekaligus ingin mencapai efisiensi biaya produksi. Secara garis besar motif merger menurut Moin (2003 : 48 – 62):
a. Motif Ekonomi
Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
b. Motif Strategis
Motif strategis diarahkan untuk mencapai posisi startegis perusahaan agar
memberikan kompetitif dalam industri. Misalnya perusahaan
menginginkan sebagai pemimpin pasar, perusahaan dapat melakukan merger dengan perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama sehingga pangsa pasar yang dimiliki semakin besar.
c. Motif Politis
Motif politis ini diambil untuk kepentingan masyarakat umum atau ekonomi secara makro. Contoh : alasan pemerintah untuk memerger bank-bank yang berada dibawah Badan Penyehatan Perbank-bankan Nasional (BPPN)
(29)
adalah untuk menghindari likuidasi dan merupakan langkah politis untuk menyelematkan perbankan nasional.
d. Motif Sinergi
Sinergi berasal dari kata Synergos (latin) yang artinya bekerjasama. Secara
sederhana sinergi ditunjukkan dengan sebuah fenomena 2+2 = 5. Dari angka ini kita bisa melihat sebuah manfaat ekstra ketika elemen-elemen, unit-unit dan sumber daya kedua perusahaan bergabung. Dalam konteks merger sinergi diartikan sebagai hasil ekstra yang diperoleh jika dua atau lebih perusahaan melakukan kombinasi bisnis. Bentuk –bentuk sinergi adalah :
1). Sinergi Operasi (Operating Sinergy), terjadi ketika perusahaan hasil
kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya, efisiensi biaya dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya – sumberdaya perusahaan. Sinergi operasi dapat dibedakan dalam :
a). Economic of Scale atau skala ekonomis, menunjukkan suatu keadaan dimana perusahaan mampu mencapai biaya rata – rata perunit yang semakin rendah seiring dengan semakin besarnya jumlah output yang diproduksi. Misal rasionalisasi produksi, penggunaan sistem distribusi tunggal, atau pengadaan input secara bersama.
b). Economic of Scope, diperoleh melalui merger ketika perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal sau input sumberdaya
(30)
untuk menhasilkan beberapa output / produk atau jasa. Misalnya pemanfaatan teknologi informasi dalam bisnis perbankan seperti
fasilitas Automatic Teller Machine (ATM) dan Internet Banking.
2).Sinergi Finansial (Financial Sinergy), dihasilkan ketika perusahaan hasil
merger memiliki struktur modal yang kuat da mampu mengakses sumber – sumber dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.
3).Sinergi Manajerial (Managerial Sinergy), dihasilkan ketika terjadi
transfer kapabilitas manajerial dan skill perusahaan yang satu ke
perusahaan lain. Transfer kapabilitas terutama terjadi ketika sebuah perusahaan memiliki kinerja manajerial yang lebih baik merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus.
4).Sinergi Teknologi (Technology Sinergy), bisa dicapai dengan
memadukan keunggulan tehnik sehingga saling memetik manfaat. Misalnya departemen riset dan pengembangan, departemen desain dan
Enginering, proses manufacturing dan teknologi informasi.
5).Sinergi Pemasaran, perusahaan yang melakukan merger akan
memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya pemasaran produk, bertmbahnya lini produk yang dipasarkan dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.
(31)
e. Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktifitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Contoh : PT. Astra mendirikan jasa pembiayaan yaitu FIF Finance untuk mendukung penjualan produk astra secara kredit dan mendirikan Astra CMG yang bergerak dalam bidang asuransi.
f. Motif Non-Ekonomi
Adakalanya merger dilakukan bukan didasarkan pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi didasarkan pada pertimbangan – pertimbangan lain seperti prestasi dan ambisi. Motif non-ekonomi ini berasal dari
kepentingan personal (Personal Interest Motive) baik dari manajemen
perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.
2.2.2.4Bentuk – Bentuk Merger
Menurut Tunggal dalam Isnani (2001 : 200) dilihat dari jenis perusahaan yang melakukan merger, merger dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
a. Horizontal merger
Horizontal merger adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang memiliki bisnis yang sama (merger yang terjadi antar kompetitor). Misalnya, Bank merger dengan Bank.
(32)
Vertikal merger adalah merger yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang sejenis akan tetapi berbeda (berurutan tingkatany). Atau bisa juga diartikan kombinasi suatu perusahaan dengan retailer maupun suppliernya.
c. Conglomerate merger
Conglomerate merger adalah merger yang dilakukan oleh-perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai hubungan baik secara horizontal maupun vertikal.
2.2.2.5Cara Pelaksanaan Merger
Menurut Atmaja (2003: 437) dilihat dari proses melakukan merger, merger dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Friendly Merger
Friendly Merger yaitu merger yang disetujui oleh kedua manajer perusahaan. Terjadi bila manajemen perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam merger memiliki keinginan untuk melakukannya. Merger dapat terjadi melalui dua cara yaitu : a. Suatu perusahaan menawarkan kepada perusahaan lain untuk membeli perusahaan mereka. b. Suatu perusahaan berminat mengakuisisi perusahan lain.
b. Hostile Merger
Hostile Merger Yaitu merger yang tidak memerlukan persetujuan manajer yang bersangkutan. Manajemen perusahaan yang akan di merger menolak
(33)
rencana merger. Alasan penolakan adalah : a. Harga penawaran terlalu rendah. b. Manajemen tidak ingin kehilangan pekerjaannya. c.Memang tidak ingin menjual perusahaan tersebut.
2.2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan
Setiap organisasi (perusahaan) akan selalu dihadapkan pada permasalahan menyangkut kinerja. Kinerja sangat penting artinya bagi setiap organisasi sehingga hampir semua organisasi menggunakan kinerja untuk mengukur kemampuan, keberhasilan serta kegagalan mereka didalam mengelola sumber dayanya serta pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, perusahaan dalam menentukan alternatif kebijakan perlu mengumpulkan data yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Salah satu data yang dapat membantu memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan alternatif tindakan perusahaan adalah data kinerja perusahaan.
Sugiyarso & Winarni (2005 : 111) mengartikan kinerja sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Kinerja dapat juga diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
(34)
Kinerja keuangan perusahaan didapat atau diketahui dengan menganalisa laporan keuangan, dimana laporan keuangan perusahaan dicatat dari aktivitas-aktivitas keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, dengan diketahuinya kondisi keuangan perusahaan. Keputusan yang rasional dapat dibuat dengan bantuan alat-alat analisis tertentu. Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan baik oleh pihak eksternal perusahaan seperti kreditor, para investor, maupun pihak internal perusahaan sendiri.
Analisis kinerja keuangan perusahaan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui prestasi dan kinerja keuangan perusahaan yang berguna untuk kepentingan para pemegang saham maupun bagi manajemen perusahaan. Dengan mengetahui prestasi dan kinerja keuangan perusahaan diharapkan
Aktivitas – aktivitas Perusahaan
Laporan Keuangan Perusahaan
Kinerja Keuangan Gambar 2.1
Gambaran umum analisis kinerja keuangan
(35)
dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan-keputusan yang strategis sehingga dapat sukses dalam persaingann didalam maupun diluar negeri.
Melalui analisis kinerja keuangan perusahaan diharapkan dapat diketahui kekuatan dan kelemahaan perusahaan dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Menurut Lesmana & Surjanto (2003 : 11), Analisis Kinerja Keuangan yang dilakukan pada dasarnya dapat digambarkan dibawah ini :
Sesuai dengan Gambar 2.2 Analisis Kinerja Keuangan yang dilakukan pada dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja dimasa lalu,
EVALUASI
PREDIKSI
VALUASI
Prospek masa depan
Kinerja masa lalu
Nilai saat ini Gambar 2.2
Konsep Analisis Kinerja Keuangan
(36)
dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi–potensi kinerja yang akan berlanjut. Dan berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja dimasa-masa yang lalu, dapat dilakukan prediksi terhadap kinerja perusahaan dimasa mendatang, sehingga valuasi untuk nilai perusahaan dapat dilakukan untuk melakukan berbagai keputusan – keputusan investasi (termasuk kredit) yang dilakukan pada saat ini.
2.2.4 Konsep Economic Value Added 2.2.4.1Pengertian Economic Value Added
Perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian pesat dan tuntutan pasar ekonomi dunia mendorong para ahli untuk menemukan dan mengembangkan alat ukur lain yang lebih akurat dalam mengukur kinerja perusahaan. Hal ini tak luput juga didorong oleh desakan para invevstor dan
penyedia dana agar mempunyai acuan yang lebih dapat
dipertanggungjawabkan keakuratannya dalam mengalokasikan dananya.
Konsep Economic Value Added pertama kali diperkenalkan oleh George Bennet Stewart III, salah seorang managing partner dari Stern, Stewart & CO, dalam bukunya “The Quert for Value” pada tahun 1980. Konsep EVA tersebut merupakan variasi dari konsep “penghasilan sisa” atau
(37)
“residual income” yang telah diperkenalkan pertama kali oleh Alferd Marshall pada abad 19 (Endri, 2005 : 132).
Sartono dan Setiawan (1999 : 124) menyebutkan EVA adalah suatu pengukuran dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor yang
berhubungan dengan penciptaan nilai (value). Sedangkan menurut Isnani
dan Iswati (2001 : 202), EVA atau NITAMI (nilai tambah ekonomis) adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan. EVA yang menunjukkan nilai positif artinya perusahaan tersebut menciptakan kekayaan (modal), hal sebalikya bila menunjukkan nilai negatif.
Menurut Sidharta Utama (1997 : 10) EVA merupakan indikator atau pengukuran tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi, EVA yang
positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value)
bagi pemilik perusahaan, ini sejalan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Mulia (2002 : 134) EVA diformulasikan sebagai berikut :
EVA = Net Operating After Tax – Cost of Capital... [2.1]
NOPAT = EAT + Interest Expense – Tax Saved
Keterangan :
EVA = Economic Value Added
Net Operating After Taxes = Laba Bersih Operasi Sesudah Pajak
(38)
EAT = Earning After Tax Interest Expense = Beban Bunga
Tax Saved = Beban Pajak
Dimana :
- EVA yang positif (EVA > 0), menandakan tingkat pengembalian
yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau dengan kata lain telah terjadi tambahan nilai ekonomis kedalam perusahaan tersebut. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil
menciptakan nilai (Create Value) bagi penyandang dana.
- EVA yang negatif (EVA < 0) menandakan bahwa perusahaan tidak
bisa menciptakan nilai bagi penyandang dana, karena tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang diharapkan oleh penyandang dana.
- EVA = 0 , artinya bahwa secara ekonomis perusahaan “impas”
karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada para penyandang dana baik kepada kreditur maupun kepada pemegang saham.
2.2.4.2Cara Meningkatkan Economic Value Added
Dalam konsep EVA, untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham, perusahaan harus menghasilkan keuntungan yang melebihi biaya modal di
(39)
segala unit bisnisnya. Menurut Mulia (2002 : 135) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) strategi :
a. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan
dimana hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.
b. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi, dalam
hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.
c. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang
tidak menjajikan, ini berarti menarik modal dari aktivitas yang
menghasilkan return yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak
menjanjikan hasil.
2.2.4.3 Kelemahan Economic Value Added
Menurut Mirza (1997 : 14) dalam Mulia (2002 : 134) kelemahan EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan adalah :
a. EVA hanya mengukur hasil akhir, sementara aktivitas penentu seperti
loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan.
b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan; untuk menjual atau membeli saham tertentu.
c. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan
(40)
2.2.4.4Manfaat dan kelebihan Economic Value Added
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari Economic Value Added menurut Utama (1997 : 12) adalah :
a. Dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan para pemegang saham.
b. Dengan EVA para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya
pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.
c. EVA menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan
struktul modal.
2.2.4.5Tehnik Perhitungan Economic Value Added
Tahapan dalam menghitung EVA menurut Widiyanto (1993 : 52) adalah sebagai berikut :
a. Menghitung / menaksir ongkos modal hutang. (Cost Of Debt)
b. Menaksir ongkos modal saham. (Cost Of Equity)
c. Menghitung struktur permodalan (berdasarkan neraca).
d. Menghitung ongkos modal tertimbang (Weight Average Cost Capital).
(41)
2.2.4.6Komponen Biaya Modal
Konsep EVA merupakan suatu konsep baru yang berangkat dari
konsep lama yaitu biaya modal (cost of capital). Konsep ini merupakan suatu
konsep yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana untuk pembelian barang dan modal kerja. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis biaya modal yang mempengaruhi perhitungan EVA :
a. Menghitung biaya modal hutang (cost of debt)
Menurut sugiyarso & winarni (2005 : 89-90) Biaya modal hutang
adalah tingkat keuntungan yang diminta (required rate of return = Kd )
oleh investor. Untuk menghitung besarnya biaya modal hutang ini dapat digunakan rumus sbb:
kt = kd (1 – T) ... [2.4] Keterangan :
kt = Biaya modal hutang
kd = Biaya hutang
T = Tingkat pajak
b. Mengitung biaya modal saham (cost of equity)
Menurut Mulia (2002 : 136-138) Biaya modal saham/ekuitas dihitung
dengan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model CAPM
(42)
yang representatif ditinjau dari keakuratannya. Dalam pendekatan CAPM, tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor sama dengan tingkat bebas resiko ditambah dengan premi resiko. Premi resiko yang dimaksudkan disini adalah premi resiko pasar, yaitu pengembalian pasar dikurangi dengan tingkat bebas resiko, yang ditetapkan perusahaan. Secara singkat dapat dihitung dengan menggunakan rumus sbb:
Ke = Rf + (Rm -R f ) βi ... [2.5]
Keterangan :
1. Rf adalah tingkat suku bunga investasi bebas resiko / Risk Free Rate
yang diperoleh dari tingkat suku bunga pada bank-bank pemerintah, umumnya menggunakan Suku Bunga Deposito, karena menabung deposito pada bank pemerintah bisa dikatakan bebas resiko.
2. Beta (β) adalah faktor resiko yang berlaku spesifik untuk perusahaan tersebut. Beta dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut :
β = n∑xy - ∑x∑y ... [2.7]
n ∑x2 – (∑x)2
Keterangan :
(43)
x = Tingkat keuntungan portofolio pasar atau return pasar (Rm)
y = Tingkat keuntungan suatu saham atau return individual (Ri)
3. Rm adalah tingkat keuntungan portofolio atau return pasar
diperoleh dari besarnya keuntungan seluruh saham yang beredar
dibursa efek. Perhitungan Return pasar (Rm) didasarkan atas Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal, dan perhitungan
return pasar ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rm = IHSG t – IHSG t – 1 ... [2.6]
IHSG t – 1
Keterangan :
Rm = Tingkat pengembalian pasar bulan ke t
IHSG t = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke t IHSG t-1 = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke t-1
Tingkat keuntungan suatu saham atau return individual
(Ri) dihitung berdasarkan data perkembangan harga saham
individual dan jumlah deviden yang dibagikan. Return individual dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Ri = P it – P it-1 + D it
... [2.8]
P it – 1
(44)
Ri = Tingkat keuntungan suatu saham
P it = Harga saham pada akhir periode
P it – 1 = Harga saham pada awal periode
D it =Deviden yang diterima
c. Menghitung Struktur Modal
Sturktur permodalan dari neraca diperoleh melalui pembagian rata-rata baik modal hutang maupun modal saham (modal sendiri) dengan total jumlah modal. Menurut Widayanto (1993 : 53) Struktur Modal dihitung sebagai berikut :
Jumlah Modal = Hutang Jangka Panjang + Modal Sendiri [2.9]
Komposisi Hutang = Hutang Jangka Panjang ... [2.10]
Jumlah Modal
Komposisi Modal Sendiri = ( 1 – Komposisi Hutang ) ... [2.11]
d. Menghitung WACC (Weight Average Cost of Capital)
Pemahaman konsep WACC sangatlah penting dalam penerapan konsep EVA, karena EVA merupakan konsep adil yang mempertimbangkan harapan dan kepentingan investor yang dinyatakan dengan ongkos modal tertimbang / biaya modal rata-rata tertimbang struktur modal yang ada. Menurut Widayanto (1994 : 31) rumus dari WACC / Ongkos Modal Tertimbang adalah:
(45)
WACC = KE (E / V ) + KD (D / V) ... [2.12]
Dimana :
WACC : Ongkos modal rata – rata tertimbang
KE : Ongkos Modal Saham
E : Ekuiti
V : Jumlah modal yaitu modal saham & modal hutang
D : Hutang (Debt)
KD : Ongkos Modal Hutang
2.2.4.7Peran Economic Value Added
Konsep Economic Value Added tidak hanya digunakan dalam
penilaian suatu investasi saja. Bagaimana konsep EVA ini dapat banyak
berperan adalah dalam hal goal setting, capital budgeting, performance
assessment, dan incentive compensation akan dibahas berikut.ini :
a. EVA and Goal Setting
Pada masa persaingan ketat di pasar global sekarang, tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba menjadi sulit untuk diwujudkan. Sebaliknya tujuan sebuah perusahaan sudah seharusnya adalah untuk
meningkatkan Economic Value Addednya, karena EVA merupakan
(46)
sebuah perusahaan dan kinerja manajemen. Dengan mengkomunikasikan secara awal bahwa tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai, bukan laba, para manajer menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan
mengejar laba besar. Pada saat melakukan langkah awal dalam Value Added
Assessment Process manajemen menentukan visi dan tujuan perusahaan. Langkah ini juga merupakan komunikasi awal kepada seluruh jajaran manajemen bahwa penciptaan nilai lebih penting daripada pemerolehan laba besar, sehingga dapat disatukan upaya untuk mendorong proses-proses yang menambah nilai dan mengurangi proses-proses yang tidak menambah nilai dalam suatu organisasi. Penetapan tujuan dan visi awal yang tepat menjadi pedoman arah bagi aktivitas atau strategi manajemen. Fokus sebuah perusahaan atau organisasi untuk memperoleh laba sebesarbesarnya hanyalah
tujuan jangka pendek saja, tetapi tujuan maksimalisasi economic value added
adalah untuk jangka panjang. Supaya manajemen tidak terjebak dalam myopic
behavior, penentuan tujuan maksimalisasi nilai hendaknya diterapkan dalam perusahaan.
b. EVA and Capital Budgeting
Di dalam hal capital budgeting perusahaan umumnya menggunakan
pedoman perhitungan Net Present Value (NPV) untuk menerima atau
menolak suatu project atau peluang baru. Pedoman ini dinilai sangat efektif
(47)
dari jumlah nilai sekarang arus kas yang ditimbulkan akibat pelaksanaan
project baru. Digunakannya nilai sekarang atau present value karena adanya
prinsip keuangan time value of money (satu dollar sekarang lebih berharga
daripada satu dollar besok). Faktor diskonto arus kas dalam perhitungan NPV
menggunakan biaya modal tertimbang rata-rata (weighted average cost of
capital), sama dengan perhitungan Economic Value Added sebelumnya.
Berdasarkan analisa NPV, sebuah perusahaan akan menerima project dengan
NPV positif dan menolak project dengan NPV negatif. Project dengan net
present value positif berarti nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan
project tersebut lebih besar daripada nilai investasi awalnya, demikian
sebaliknya untuk project dengan NPV negatif. Perusahaan dapat memperoleh
keuntungan atau menambah nilai dengan adanya investasi di project-project
yang meghasilkan positif NPV. Konsep Economic Value Added (EVA) dalam
hal investasi mempunyai prinsip sama dengan konsep Net Present Value
(NPV). Net Present Value juga dapat diperoleh dari jumlah nilai sekarang dari
EVA yang dihasilkan oleh setiap project, dimana biaya modal baru yang
digunakan untuk membiayai sebuah project dikurangkan dari perhitungan
awal EVA. Sehingga pedoman EVA untuk capital budgeting adalah
menerima project atau peluang investasi yang menghasilkan positif
discounted EVA dan menolak project yang menghasilkan negative discounted EVA. Project dengan positif discounted EVA akan menambah nilai, demikian
(48)
sebaliknya project dengan negatif discounted EVA akan merusak atau mengurangi nilai sebuah perusahaan.
c. EVA and Performance Assessment
Pada suatu perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk dan memberi wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari. Manajemen cenderung mempunyai kontrol penuh atas segala strategi atau tindakan yang dilakukan meskipun masih ada campur tangan dari pemilik. Pada perusahaan yang besar dimana kepemilikan tersebar ke banyak pemegang saham, manajemenlah yang mengontrol dan bertanggung jawab penuh atas operasional sehari-hari. Pemisahan antara
kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict ofinterest antara
pemilik sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Untuk memperkecil
biaya-biaya yang timbul akibat agency problem maka dibentuklah suatu
sistem performance assessment yang memberi insentif pada strategi atau
tindakan manajemen yang menambah nilai. Perencanaan sistem evaluasi kinerja dan prestasi yang benar sangat penting karena hal tersebut berhubungan dengan sistem penggajian atau kompensasi. Penentuan kriteria-kriteria yang dipakai sebagai pedoman evaluasi akan mempengaruhi cara kerja dan sebagai motivator kerja manajemen. Sejalan dengan adanya desentralisasi pada kontrol dan pengambilan keputusan dalam perusahaan, pemilik memerlukan suatu kontrol dalam unit-unit yang ada untuk
(49)
memastikan tindakan-tindakan yang dilakukan konsisten dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Kontrol dapat dicapai melalui penetapan tujuan dan evaluasi kinerja. Faktor-faktor dalam pengukuran kinerja bergantung pada tingkat desentralisasi suatu pengambilan keputusan dalam perusahaan. Faktor kuantitatif umum digunakan untuk pedoman keberhasilan suatu manajemen, adapun faktor kualitatif juga tidak dapat dipisahkan.
Penggunaan anggaran atau budget sebagai pedoman ukuran keberhasilan
manajemen sudah tidak relevan lagi untuk tujuan value building, karena hal
tersebut berfokus pada angka-angka akuntansi. Seperti dikatakan dalam buku
The Quest for Value: “The use of budgets for bonuses is a vestige of an archaic accounting model that emphasizes earnings over cash flow, control
over delegation, variances instead of vision, and questions instead of answers.
That model must go.” (Stewart, 1993: 5) Tujuan perusahaan untuk
maksimalisasi nilai memerlukan pedoman atau alat ukur dimana penciptaan
nilai perusahaanlah yang melandasi kriteria nantinya. Jadi Economic Value
Added sangat sesuai untuk masuk dalam kriteria pengukuran keberhasilan kinerja manajemen.
d. EVA and Incentive Compensation
Kontrak penggajian, terutama insentif dan bonus, memberikan arah dan motivasi yang penting bagi para eksekutif manajemen. Pada perusahaan besar yang kepemilikannya tersebar ke banyak pemegang saham dan tujuan
(50)
perusahaan adalah value building, sistem pemberian insentif atau penggajian seharusnya ditujukan untuk mendorong aktivitas yang menambah nilai perusahaan. Supaya strategi yang diambil manajemen sejalan dengan tujuan
value building, sistem pemberian insentif atau penggajian berpedoman pada prinsip bahwa insentif atau bonus diberikan pada individu yang strategi atau tindakannya menambah nilai perusahaan. Untuk mendorong manajemen bertindak berdasarkan kepentingan perusahaan, pemilik dapat mengenalkan sebuah sistem insentif yang memberi kesempatan manajemen menikmati sebagian dari kenaikan nilai perusahaan. Sistem kompensasi berpedoman pengukuran akuntansi mempunyai kelemahan karena adanya hubungan yang semu antara laba buku dan kehidupan ekonomis suatu perusahaan. Manajemen akan mengambil tindakan atau strategi yang meningkatkan laba, dan tentu akan meningkatkan gaji mereka, tetapi menurunkan nilai keseluruhan suatu perusahaan. Penggunaan suatu metode dalam penilaian
persediaan, penyusutan, penilaian investasi dan lainnya untuk
mempermainkan jumlah laba yang diperoleh sangatlah tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Selain itu sistem kompensasi yang berpedoman pada maksimalisasi laba dipengaruhi oleh keputusan yang bersifat jangka pendek sehingga tidak selalu efektif untuk memotivasi manajemen jangka panjang.
(51)
2.3 Kerangka Konseptual
• EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu
investasi. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil
menciptakan nilai (Create Value) bagi pemilik perusahaan. Ini sejalan
dengan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. (Siddharta Utama : 1997)
• Secara sederhana apabila EVA > 0 maka telah terjadi proses nilai
tambah dalam perusahaan, sementara EVA = 0 menunjukkan posisi impas perusahaan. sebaliknya kondisi EVA < 0 menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena laba yang tersedia tidak memenuhi harapan para penyandang dana (Gatot Widayanto : 1993)
Penerapan EVA sebagai dasar analisis kinerja keuangan PT. Indosat Tbk sebelum dan sesudah merger
Analisis Ecocnomic Value Added (EVA)
Uji statistik menggunakan regresi linier dengan variabel dummy dan uji hipotesis menggunakan uji t
Ada perbedaan nilai EVA pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger
(Signifikan)
Tidak ada perbedaan nilai EVA pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger
(Tidak Signifikan) Laporan keuangan
PT. Indosat Tbk. Sesudah Merger Laporan keuangan
PT. Indosat Tbk. Sebelum Merger
(52)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan landasan teori maka hipotesis dari penelitian ini adalah diduga terdapat perbedaan Kinerja Keuangan pada PT. INDOSAT Tbk sebelum dan sesudah merger berdasarkan konsep Economic Value Added (EVA).
(53)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang penelitian ini, penting sekali untuk menetapkan definisi operasional dan pengukuran kinerja variabelnya. Hal ini untuk menunjang validitas dan reabilitas penelitian yang akan dilakukan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel EVA sebelum dan sesudah merger sebagai variabel dependennnya (Yi) sedangkan variabel dummy sebagai variabel independennya (Di).
3.1.1 Tehnik Pengukuran Variabel 3.1.1.1Net Operating After Taxes (NOPAT)
NOPAT adalah Laba Bersih Operasi Sesudah Pajak. Yang dimaksud dengan laba bersih sesudah pajak dalam penelitian ini yaitu laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu periode produksi dikurangi dengan semua komponen biaya operasi dan beban pajak. Ukuran yang dipakai adalah rupiah (Rp).
3.1.1.2Biaya Modal (Cost of Capital)
Biaya Modal atau Ongkos Modal (Cost Of capital) merupakan tingkat
(54)
penyedia modal (Van Horne & Wachowicz, 2007 : 123). Komponen dari Biaya Modal adalah :
a. Menghitung Biaya Modal Hutang (Cost Of Debt)
Biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat penggunaan sumber dana hutang. Ukuran yang digunakan adalah prosentase (%).
b. Menghitung Biaya Modal Saham
Biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat penggunaan sumber dana modal saham. Ukuran yang digunakan adalah prosentase (%).
c. Menghitung Struktur Modal
Rasio perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal saham terhadap jumlah modal. Ukuran yang digunakan adalah prosentase (%).
d. Menghitung Biaya Modal Rata – rata Tertimbang (Weight Average Cost
Of Capital = WACC)
Biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat penggunaan berbagai sumber dana. Ukuran yang digunakan adalah prosentase (%).
(55)
3.1.1.3Economic Value Added (EVA)
Setelah semua variabel diketahui, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisa EVA yang rumusnya adalah sebagai berikut:
EVA = Net Operating After Tax – Cost of Capital... [3.13]
Keterangan :
EVA = Economic Value Added
Net Operating After Taxes = Laba Bersih Operasi Sesudah Pajak
Cost of Capital = Biaya Modal
Laba bersih operasi sesudah pajak dapat diketahui dari laporan
keuangan tahunan dan biaya modal merupakan hasil perhitungan dari langkah-langkah sebelumnya. Satuan pengukurannya adalah rupiah (Rp).
3.2Tehnik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi Penelitian ini adalah laporan keuangan PT. INDOSAT Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dimana laporan keuangan yang dimaksudkan meliputi neraca laporan laba rugi dan arus kas serta laporan yang lain.
3.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. INDOSAT Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam hal ini sampel
(56)
menggunakan data time series (data menurut urutan waktu) yang terdiri dari tiga tahun sebelum merger (Tahun 2000, 2001 dan 2002) dan tiga tahun sesudah merger (Tahun 2004, 2005, dan 2006).
3.3Tehnik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk Laporan Keuangan. Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (1999 : 147), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder berasal dari laporan tahunan keuangan perusahaan dari Bursa Efek Indonesia.
b. Sumber Data
Sumber data berasal dari data keuangan (neraca dan laporan rugi laba perusahaan yang bersangkutan) ditambah dengan data-data pendukung non keuangan lainnya.
c. Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, selain juga berasal dari literatur-literatur pendukung berupa
(57)
buku-buku teks, majalah ilmiah dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
3.4Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Tehnik Analisis
Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa
Economic Value Added (EVA) dalam mengukur kinerja keuangan PT. INDOSAT Tbk sebelum dan sesudah merger. Setelah data yang diperoleh dari
Bursa Efek Indonesia terkumpul. kemudian dianalisis dengan Economic Value
Added (EVA). Setelah diketahui nilai EVA-nya maka dapat dilakukan uji analisis berupa uji statistik regresi dengan variabel dummy. Alasan penggunaan alat uji ini adalah untuk menunjukkan perbedaan dua konsep yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu analisis kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger. Model persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Yi = b
0+ b
1D
i+ e
i... [3.15]
Dimana :
Y
i = Nilai EVA sebelum dan sesudah mergerb
0 = Konstanta / Intersepb
1 = Koefisien regresi variabel dummye
i = Kesalahan Baku(58)
D
i = 1 , Jika perusahaan sesudah mergerD
i = 0, Jika perusahaan sebelum mergerVariabel diatas merupakan variabel dummy dengan dua kategori, yaitu kategori sesudah merger dan kategori sebelum merger. Variabel dummy untuk kategori sesudah merger diberi nilai 1 karena didasarkan bahwa perusahaan sesudah merger kondisinya lebih baik dibandingkan sebelum merger sebab pihak manajemen tentunya telah mempersiapkan perencanaan-perencanaan jangka panjang lebih baik setelah adanya merger tersebut dan variabel dummy untuk kategori sebelum merger diberi nilai 0 karena dianggap sebagai rate dasar atau kategori pembanding, sehingga semua perbandingan kategori lainnya dilakukan terhadap kategori tersebut.
3.4.2 Uji Hipotesis
Untuk Pengujian Hipotesis digunakan uji t-student dengan menggunakan prosedur sebagai betikut :
a. Menggunakan Hipotesis yang akan diuji
H 0 : β 1 = 0 (tidak terdapat perbedaan nilai EVA PT. Indosat Tbk. sebelum dan sesudah merger)
H a : β 1 ≠ 0 (terdapat perbedaan nilai EVA PT. Indosat Tbk. sebelum dan sesudah merger)
(59)
b. Menentukan tingkat signifikansi (
α
) = 0,10 dengan derajat kebebasan (df ) = n – kDimana : n = jumlah pengamatan
k = Jumlah Variabel
c. Menghitung
t
hitungUntuk menghitung t hitung dapat menggunakan rumus :
t
hitung=b
1 ... [3.16]Se ( b1 )
Dimana :
b
1 = Koefisien regresiSe ( b1 ) = Kesalahan standart koefisien regresi
d. Menentukan nilai
t
tabelt
tabel= (
α
/ 2; n – k )
... [3.17]Keterangan :
α
=
Tingkat Signifikansin = jumlah pengamatan
k = Jumlah Variabel
e. Menentukan daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t-student dua
(60)
Daerah Penolakan Daerah Penolakan
H 0 H 0
Daerah Penerimaan H 0
-t tab t tab
H 0 diterima apabila -t tabel
≤
t
hitung≤
t
tab(61)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Singkat Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
(62)
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
a) 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
b) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
c) 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama
dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
d) Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e) 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II
f) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat
Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
g) 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif.
h) 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar
(63)
Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
j) 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k) 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l) 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
m) 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n) Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o) 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
(64)
p) 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q) 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r) 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
s) 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t) 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u) 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
v) 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Visi Bursa Efek Indonesia Menjadi Bursa yang Kompetitif dengan Kredibilitas Tingkat Dunia . Sedangkan Misi Bursa Efek Indonesia yaitu :
1) Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing.
(65)
2) Sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
3) Organisasi yang independen dengan fokus pada unsur bisnis,
transformasi struktural maupun kultural menuju tren global.
4) Lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas yang
tinggi sebagai center of competence & center of excellence di Pasar Modal.
5) Meningkatkan kualitas produk dan layanan jasa terbaik melalui
pemberdayaan sumber daya manusia
4.1.3 Sasaran Bursa Efek Indonesia
Sasaran Bursa Efek Indonesia yaitu :
1) Likuiditas, meningkatkan Likuiditas dengan cara:
a. Mengelola pertumbuhan kinerja BEI secara berkelanjutan.
b. Meningkatkan basis investor.
c. Mendorong perusahaan-perusahaan untuk mencatatkan
sahamnya di BEI.
d. Menyediakan produk dan infrastruktur bursa yang terkini.
2) Integritas Pasar, meningkatkan integritas pasar dengan cara:
a. Meningkatkan pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik.
b. Mendorong peningkatan ketaatan terhadap peraturan.
(66)
d. Meningkatkan pelaksanaan penegakan peraturan.
3) Keterpaduan, merupakan Kunci Keberhasilan Pasar Modal yang
efisien dan liquid. Bursa Efek Indonesia (BEI) menawarkan manfaat dari keterpaduan tersebut, antara lain pencatatan Efek di satu Bursa, pembiayaan melalui penerbitan saham maupun obligasi, produk investasi yang beragam serta pelayanan di bawah satu atap. Semua itu hanyalah sebagian dari keunggulan BEI. Masih banyak keunggulan lainnya seperti informasi pasar yang terlayani lebih baik, pengawasan pasar yang lebih terkendali dan tata kelola Bursa yang lebih kokoh. Selamat datang di Bursa Efek Indonesia, salah satu Bursa berkinerja terbaik di dunia dewasa ini.
4.1.4 Struktur Organisasi
Gambar 4.1.
(67)
55 DIREKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DIREKTORAT TEKNOLOGI INFORMASI DIVISI OPERASI TEKNOLOGI INFORMASI DIVISI PENGEMBANGAN SOLUSI BISNIS TI CHIEF ECONOMIST
SENTRA INFORMASI & EDUKASI
DIREKTUR UTAMA DEWAN KOMISARIS
SEKRETARIS PERUSAHAAN DIREKTUR ADMINISTRASI DIREKTUR PERDAGANGAN SAHAM & PENELITIAN PENGEMBANGAN USAHA DIREKTORAT PERDAGANGAN SAHAM DIREKTORAT PENELITIAN & PENGEMBANGAN USAHA DIREKTORAT ADMINISTRASI DIVISI PERDAGANGAN SAHAM
DIVISI RISET & PENGEMBANGAN PRODUK DIVISI KEUANGAN DIVISI PERDAGANGAN INFORMASI PASAR DIVISI PEMASARAN DIVISI UMUM DIVISI SDM DIREKTUR PERDAGANGAN FIXED
INCOME & DERIVATIF DAN KEANGGOTAAN DIREKTORAT KEANGGOTAAN & PARTISIPAN DIVISI KEANGGOTAAN DIVISI PARTISIPAN DIREKTORAT PERDAGANGAN FIXED INCOME & DERIVATIF DIVISI PERDAGANGAN FIXED INCOME DIVISI PERDAGANGAN DERIVATIF DIVISI PELAPORAN FIXED INCOME DIREKTORAT PENCATATAN DIVISI PENCATATAN SEKTOR RIIL DIVISI PENCATATAN SEKTOR JASA DIVISI PENCATATAN SURAT UTANG DIREKTUR PENGAWASAN DIREKTUR PENCATATAN DIREKTORAT PENGAWASAN DIVISI PENGAWASAN TRANSAKSI DIVISI HUKUM SATUAN PEMERIKSA ANGGOTA BURSA DAN PARTISIPAN
(68)
4.1.5 Gambaran PT. INDOSAT Tbk
PT Indosat Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1 Tahun 1967 berdasarkan akta notaris Mohamad Said Tadjoedin, S.H. No. 55 tanggal 10 November 1967 di Negara Republik Indonesia. Akta pendirian ini diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 26 tanggal 29 Maret 1968, Tambahan No. 24. Pada tahun 1980, Perusahaan dijual oleh American Cable and Radio Corporation, anak perusahaan dari International Telephone & Telegraph, kepada Pemerintah Republik Indonesia dan menjadi Badan Usaha Milik Negara (Persero). Pada tanggal 7 Februari 2003, Perusahaan memperoleh persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Surat No. 14/V/PMA/2003 atas perubahan status dari Badan Usaha Milik Negara (Persero) menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing. Selanjutnya, pada tanggal 21 Maret 2003, Perusahaan memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas perubahan Anggaran Dasar yang berkaitan dengan perubahan status hukum tersebut. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir diaktakan dengan akta notaris Sutjipto, S.H., No. 109 tanggal 14 Juli 2008 dengan tujuan memenuhi persyaratan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
untuk memperkuat tata kelola perusahaan (“good corporate governance”)
(1)
83
dari perhitungan persamaan regresi yaitu sebesar
b1
= – 1E+013 (-10 triliun). Berdasarkan hasil perhitungan EVA yang diperoleh negatif ( EVA < 0 ). Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak bisa menciptakan nilai bagi penyandang dana.(2)
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan dari PT INDOSAT Tbk jika diukur menggunakan alat analisis Economic Value Added (EVA) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan untuk nilai EVA pada periode sebelum dan sesudah melakukan merger. Hal itu ditunjukkan bahwa sebelum merger nilai eva positif (EVA > 0) yang berarti telah terjadi proses nilai tambah dalam PT INDOSAT Tbk dan sesudah merger nilai eva negatif (EVA < 0) yang berarti tidak terjadi proses nilai tambah dalam PT INDOSAT Tbk. Maka dapat dikatakan merger yang dilakukan PT. INDOSAT Tbk tidak mampu mendatangkan sinergi.
5.2 Saran
Sejalan dengan kesimpulan tersebut diatas yang berhubungan dengan hasil pembahasan, dikemukan saran sebagai berikut :
a. Sebaiknya pihak manajemen perusahaan memperbaiki cara pengelolaan modalnya yang nantinya diharapkan akan menghasilkan nilai eva yang positif karena EVA mampu mempertimbangkan harapan dan kepentingan para penyedia dana dan serta pihak lain yang terkait dalam perusahaan sehingga dapat memenuhi harapan dengan maksimal.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan dari PT INDOSAT Tbk jika diukur menggunakan alat analisis Economic Value Added (EVA) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan untuk nilai EVA pada periode sebelum dan sesudah melakukan merger. Hal itu ditunjukkan bahwa sebelum merger nilai eva positif (EVA > 0) yang berarti telah terjadi proses nilai tambah dalam PT INDOSAT Tbk dan sesudah merger nilai eva negatif (EVA < 0) yang berarti tidak terjadi proses nilai tambah dalam PT INDOSAT Tbk. Maka dapat dikatakan merger yang dilakukan PT. INDOSAT Tbk tidak mampu mendatangkan sinergi.
5.2Saran
Sejalan dengan kesimpulan tersebut diatas yang berhubungan dengan hasil pembahasan, dikemukan saran sebagai berikut :
a. Sebaiknya pihak manajemen perusahaan memperbaiki cara pengelolaan
modalnya yang nantinya diharapkan akan menghasilkan nilai eva yang positif karena EVA mampu mempertimbangkan harapan dan kepentingan para penyedia dana dan serta pihak lain yang terkait dalam perusahaan sehingga dapat memenuhi harapan dengan maksimal.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks:
Atmaja, Lukas Setia, Drs, M.Sc. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. ANDI. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar. Ekonometrka Dasar. 1988. Erlangga. Jakarta
Harahap, Sofyan Syafri, Ms., Ac. 2002. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Cetakan Ketiga. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Husnan, Suad dan enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
Lesmana, Rico dan Rudy Surjanto. 2003. Financial Performance Analyzing – Pedoman Menilai Kinerja Keuangan untuk Perusahaan Tbk., Yayasan, BUMN, BUMD dan Organisasi Lainnya. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Martono, dan D.Agus Harjito. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat EKONISIA. Yogyakarta.
Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi & Divestasi. Edisi kedua EKONISIA. Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Cetakan Ke-3, Agustus. Salemba Empat. Jakarta.
Nachrowi, Nachrowi Djalal. dan Hardius Usman. 2005. Penggnaan tehnik Ekonometri – Pendekatan Popular dan Praktis Dilengkapi dengan Analisis dan Pengolaan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS. Edisi Revisi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiyarso, G dan Winarni. 2005. Manajemen Keuangan (Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, Serta Pengukuran Kinerja Perusahaan). Media Pressindo. Yogyakarta.
(5)
Suharyadi & Purwanto S.K. 2004. STATISTIKA : Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Buku 2. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Van Horne, James C, & Jhon M. Wachowicz, JR. 2007. Fundamentals of Financial Management - Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 12. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.
Widjaja, Gunawan. 2002, Merger dalam perspektif monopoli. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Koran, Majalah dan Jurnal :
Anonim, 2003. “RUPSLB Indosat Setujui Merger Satelindo dan IM3”. Korantempoonline. 30 Agustus 2007
Endri. 2005. Analisis Pengaruh Economic Value Added terhadap Market Value Added Perusahaan yang Sahamnya tergolong Blue Chips di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 7, No. 2 , Desember, hal 131 – 141.
Isnani, Nurul dan Sri Iswati. 2001. Pengaruh Merger terhadap Kinerja Keuangan : Analisis Economic Value Added (EVA). Majalah Ekonomi. Tahun XI. No.3 Desember, hal 198 – 211.
Mulia, Teodora Winda. 2002. Penerapan Konsep EVA sebagai Added Approach dari Analisis Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja PT. Gudang Garam di Kediri. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi, Vol. 2 No.2 Agustus, hal 129 – 149.
Sartono Agus, R & Kusdhianto Setiawan. 1999. Adakah Pengaruh “EVA” terhadap Nilai Perusahaan dan Kemakmuran Pemegang Saham pada Perusahaan Publik ?. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 14 No. 4, hal 124 – 136.
Utama, Chynthia A. 2002. Tiga Bentuk “Masalah Keagenan (Agency Problem)” Dan Alternatif Pemecahannya. Bagian I dari 2 Tulisan. Usahawan Indonesia. No.12 Tahun XXXI Desember, hal 14 – 20.
Utama, Chynthia A. 2003. Tiga Bentuk “Masalah Keagenan (Agency Problem)” Dan Alternatif Pemecahannya. Bagian II dari 2 Tulisan. Usahawan Indonesia. No.01 Tahun XXXII Januari, hal 18 – 30.
Utama, Sidharta. 1997. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaan Nilai Perusahaan. Usahawan No.04 Tahun XXVI April, hal 10 – 13.
(6)
Utomo, Lisa Linawati. 1999. Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 1 No.1, Mei : 28 - 42
Widayanto,Gatot. 1993. EVA /NITAMI : Suatu terobosan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan. Usahawan Indonesia. No.12 Tahun XXII Desember, hal 50 – 54.
Widayanto,Gatot. 1994. NITAMI DAN PENENTUAN BONUS KARYAWAN. Usahawan Indonesia. No.5 Tahun XXIII Mei, hal 30 – 33.