Komplikasi Pengobatan Dermatitis Atopik

2.1.10 Pengobatan

Dermatitis atopik umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sebagian penderita mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia. Langkah yang penting adalah menjalin hubungan baik dengan orang tua penderita, menjelaskan mengenai penyakit tersebut secara rinci, termasuk perjalanan penyakit, dampak psikologis, prognosis, dan prinsip penatalaksanaan Santosa, 2010. 2.1.10.1 Penatalaksanaan umum Berbagai faktor dapat menjadi pencetus dermatitis atopik dan tidak sama untuk setiap individu, karena itu perlu diidentifikasi dan dieliminasi berbagai faktor tersebut, antara lain Moreno, 2000: 1. Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan deterjen, alkohol, astringen, pemutih, dan lain-lain. 2. Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi. 3. Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat. 4. Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan dermatitis atopik. 5. Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDRagen infeksi, seperti menghindari penggunaan kapukkarpetmainan berbulu. 6. Menghindarkan stres emosi. 7. Mengobati rasa gatal. 2.1.10.2 Pengobatan 2.1.10.2.1 Pengobatan topikal 2.1.10.2.1.1 Hidrasi kulit Hidrasi adalah terapi dermatitis atopik yang esensial. Dasar hidrasi yang adekuat adalah peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi selama 15-20 menit 2 kali sehari tidak menggunakan air panas, sabun dengan moisturizers dan tidak menambahkan minyak karena mempengaruhi penetrasi air serta menerapkan sawar hidrofobik untuk mencegah evaporasi. Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit menjadi lebih baik dan penderita tidak menggaruk dan lebih inpermeabel terhadap mikroorganismebahan iritan. Berbagai jenis pelembab dapat dipakai antara lain krim hidrofilik urea 10, pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5. Pemakaian pelembab beberapa kali sehari, setelah mandi Sugito, 2004; Santosa 2010; Leung 2011. 2.1.10.2.1.2 Kortikosteroid topikal Kortikosteroid topikal mempunyai efek anti inflamasi, antipruritus, dan efek vasokonstriktor. Yang perlu diperhatikan pada penggunaan kortikosteroid topikal adalah: segera setelah mandi dan diikuti berselimut untuk meningkatkan penetrasi; tidak lebih dari 2 kali sehari. Walaupun steroid topikal sering diberi pada pengobatan dermatitis atopik, tetapi harus berhati-hati karena efek sampingnya yang cukup banyak. Kortikosteroid potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol, kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu bila perlu dihentikan dan terapi difokuskan pada hidrasi Moreno, 2000; Sugito 2004; Leung, 2011. 2.1.10.2.1.3 Imunomodulator topikal Imunomodulator topikal yang dipakai dalam pengobatan dermatitis atopik adalah takrolimus dan pimekrolimus. Takrolimus bekerja sebagai penghambat calcineurin, sediaan dalam bentuk salep 0,03 untuk anak usia 2 –15 tahun dan dewasa 0,03 dan 0,1. Pada pengobatan jangka panjang tidak ditemukan efek samping kecuali rasa terbakar setempat Moreno, 2000; Sugito, 2004. Pimekrolimus merupakan senyawa askomisin yaitu suatu imunomodulator golongan makrolaktam. Kerjanya sangat mirip siklosporin dan takrolimus. Sediaan yang dipakai adalah konsentrasi 1, aman pada anak dan dapat dipakai pada kulit sensitif 2 kali sehari Sugito, 2004. 2.1.10.2.1.4 Preparat ter Mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit. Sediaan dalam bentuk salep hidrofilik misalnya mengandung liquor carbonat detergent 5-10 atau crude coaltar 1-5 Leung, 2011. 2.1.10.2.1.5 Antihistamin Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada dermatitis atopik karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5 dalam jangka pendek 1 minggu dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif Sugito, 2004; Leung, 2011. 2.1.10.2.2 Pengobatan sistemik 2.1.10.2.2.1 Kortikosteroid Hanya dipakai untuk mengendalikan dermatitis atopik eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen. Penggunaan kortikosteroid oral sangat terbatas, hanya pada kasus sangat berat dan diberikan dalam waktu singkat, misalnya prednison 0,5-1,0 mgkgBBhari dalam waktu 4 hari Moreno, 2000; Leung, 2011. 2.1.10.2.2.2 Antihistamin Pemberian antihistamin untuk mengurangi rasa gatal. Dalam memilih anti histamin harus diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-penyakit sistemik, aktifitas penderita dll. Antihistamin yang mempunyai efek sedatif sebaiknya tidak diberikan pada penderita dengan aktifitas di siang hari seperti supir . Pada kasus sulit dapat diberi doxepin hidroklorid 10-75 mgoral dan diberikan 2 kali sehari yang mempunyai efek anti depresan dan blokade reseptor histamin H1 dan H2 Baratawidjaja, 2006; Leung 2011. 2.1.10.2.2.3 Antibiotika Antibiotik sistemik dapat dipertimbangkan untuk mengatasi dermatitis atopik yang luas dengan infeksi sekunder. Antibiotik yang dianjurkan adalah eritromisin, sefalosporin, kloksasilin, dan terkadang ampisilin Infeksi di curigai bila ada krusta yang luas, folikulits, pioderma dan furunkulosis. Staphylococcus aureus yang resisten penisilin merupakan penyebab tersering dari flare akut. Bila diduga ada resistensi penisilin, dicloxacillin atau sefalexin dapat digunakan sebagai terapi oral lini pertama. Bila alergi penisilin, eritromisin adalah terapi pilihan utama, dengan perhatian pada pasien asma karena bersama eritromisin, teofilin akan menurunkan metabolismenya. Pilihan lain bila eritomisin resisten adalah klindamisin. Dari hasil pembiakan dan uji kepekaan terhadap Staphylococcus aureus 60 resisten terhadap penisilin, 20 terhadap eritromisin, 14 terhadap tetrasiklin, dan tidak ada yang resisten terhadap sefalosporin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 kali 400 mg selama 10 hari atau 4 kali 200 mg untuk 10 hari Baratawidjaja, 2006; Sugito, 2009 . 2.1.10.2.2.4 Interferon Interferon bekerja menekan respons Ig E dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel Th1. Pengobatan IFN- rekombinan menghasilkan perbaikan klinis karena dapat menurunkan jumlah eosinofil total dalam sirkulasi Moreno 2000; Leung 2011. 2.1.10.2.2.5 Siklosporin Adalah suatu imunosupresif kuat terutama bekerja pada sel T akan terikat dengan calcineurin menjadi suatu kompleks yang akan menghambat calcineurin sehingga transkripsi sitokin ditekan. Dosis 5 mgkg BBoral, diberi dalam waktu singkat, bila obat dihentikan umumnya penyakit kambuh kembali. Efek sampingnya adalah peningkatan kreatinin dalam serum dan bisa terjadi penurunan fungsi ginjal dan hipertensi Sugito, 2009; Leung, 2011. 2.1.10.2.2.6 Terapi sinar phototherapy Dipakai untuk dermatitis atopik yang berat. Terapi menggunakan ultra violet atau kombinasi ultra violet A dan ultra violet B. Terpai kombinasi lebih baik daripada ultra violet B saja. Ultra violet A bekerja pada sel langerhans dan eosinofil sedangkan ultra violet B mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi sel langerhans dan mengubah produksi sitokin keratinosit Sugito, 2009; Leung, 2011. 2.1.10.2.2.7 Probiotik Pemberian probiotik Lactobacillus rhamnosus GG perinatal akan menurunkan risiko dermatitis atopik pada anak di usia 2 tahun pertama. Hasil pengobatan ini bisa dilihat dari uji tusuk kulit dan kadar IgE dalam darah Leung, 2011. 2.1.10.2.2.8 Chinese herbal medications Chinese herbal medications mengurangi penyakit dan pruritus secara signifikan tetapi hanya bersifat temporer Moreno, 2000; Leung, 2011.

2.1.11 Prognosis

Prognosis dermatitis atopik sangat sulit diramalkan karena adanya peran multifaktorial. Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik, adalah : 1. Dermatitis atopik yang luas pada anak. 2. Menderita rinitis alergika dan asma bronkiale. 3. Riwayat dermatitis atopik pada orang tua atau saudaranya. 4. Awitan onset dermatitis atopik pada usia muda. 5. Anak tunggal. 6. Kadar Ig E serum sangat tinggi. Diperkirakan 30-35 penderita dermatitis atopik infantil akan berkembang menjadi asma bronkiale atau hay fever. Penderita dermatitis atopik mempunyai risiko tinggi untuk mendapat dermatitis kontak iritan akibat kerja di tangan Moreno, 2000; Leung, 2011. 2.2 Probiotik 2.2.1 Definisi probiotik Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup atau bakteri campuran yang memilki efek menguntungkan pada saluran cerna dan saluran napas host melalui kemampuannya memperbaiki keseimbangan mikroflora usus. Lebih dari itu, peneliti lain mendefinisikan probiotik lebih luas lagi, yaitu bahwa probiotik adalah mikroorganisme yang bekerja mempertahankan kesehatan host Subijanto dkk., 2005. Bakteri dalam usus manusia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bakteri yang berguna useful dan dan kelompok bakteri yang berbahaya harmful. Tidak semua mikroorganisme dapat menjadi probiotik. Kriteria yang perlu dipenuhi agar dapat disebut probiotik adalah sebagai berikut Subijanto dkk., 2005; Arimbawa, 2007 : 1. Resisten terhadap asam dan empedu 2. Dapat berikatan dan bermultiplikasi di saluran cerna dan saluran urogenital 3. Dapat tetap aktif bermetabolisme sewaktu mencapai saluran cerna 4. Dapat membunuh bakteri patogen