Faktor risiko Dermatitis Atopik
2. Cara persalinan Bayi yang lahir melalui seksio sesaria, tidak akan mengalami kontak
dengan vagina dan perineum ibunya dimana pada persalinan per vagina, kedua daerah tersebut merupakan sumber utama bakteri-bakteri yang kemudian masuk
dan membentuk koloni di dalam saluran pencernaan bayi. Hasil serangkaian penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang masuk dan membentuk koloni di
dalam saluran pencernaan bayi dapat berupa bakteri komensal, bakteri oportunis bakteri yang dalam jumlah cukup tidak berbahaya namun jika jumlahnya
meningkat akan menimbulkan penyakit, dan bakteri patogen. Bakteri komensal seperti Lactobacilli dan Bifidobacterium berperan penting stimulasi daya tahan
tubuh, membantu pematangan imunitas, serta melindungi tubuh dari infeksi. Sedangkan keberadaan bakteri patogen seperti Staphylaococcus merupakan
mekanisme yang dibutuhkan bayi untuk mengenali “serangan” dan menstimulasi kekebalan tubuh agar bisa memberi respons yang tepat Morelli, 2008. Pada bayi
yang dilahirkan secara seksio cesaria mengalami pajanan antigen mikroba yang kurang dibandingkan bayi yang lahir per vaginam sehingga respon imun Th1
tidak dapat menyeimbangkan kecendrungan produksi Th2 pada neonatus. Jika hal ini terus berlangsung maka akan menyebabkan penyakit alergi Gondokaryono,
2009. 3. Laktasi
Bayi yang mendapat ASI mempunyai perbedaan dengan yang tidak mendapatkan ASI terhadap kejadian dermatitis atopik. Makin panjang waktu
mendapat ASI makin kecil kemungkinan untuk mendapat dermatitis atopik
Soebaryo, 2004. Hal tersebut perlu dicermati karena dalam ASI terdapat bakteri komensal yang berfungsi untuk menstimulasi daya tahan tubuh, membantu
pematangan imunitas, serta melindungi tubuh dari infeksi. Lactobacillus dan beberapa tipe Bifidobacterium adalah contoh bakteri komensal yang ditemukan
pada ASI Lara, 2007. Sebuah penelitian menyimpulkan adanya perbedaan pada jumlah bakteri
probiotik jenis Bifidobacteria antara bayi yang diberi ASI dan bayi yang diberi susu formula. Pada bayi yang diberi ASI, jumlah Bifidobacteria mendominasi
hingga 70 dari total mikroflora saluran cerna saat bayi berusia 20 hari, sementara bayi yang diberi asupan susu formula hanya punya porsi Bifidobacteria
sebanyak 30. Jadi, saluran cerna bayi yang diberi ASI akan di dominasi oleh bakteri komensal Harmsen dkk., 2000. Peningkatan jumlah Bifodobacteria pada
kelompok ASI eksklusif disebabkan karena adanya faktor pertumbuhan khusus untuk Bifodobacteria bifidogenic growth factor di dalam ASI. ASI mengandung
kappa casein yang terglikosilasi dalam jumlah besar di dalam protein ASI. Proses proteolisis dari komponen terminal C dari kappa casein merepresentasikan sebuah
faktor pertumbuhan yang spesifik untuk Bifodobacteria. Senyawa bifidogenik lainnya yang juga ditemukan di dalam ASI adalah mono oligosakarida, fruktosa
dan karbohidrat lainnya disamping laktosa. Namun, faktor pertumbuhan yang lebih spesifik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan Bifidobacteria pada usus
bayi yang diberi ASI adalah kadar protein dan fosfor yang rendah serta konsentrasi laktosa yang tinggi dalam ASI. Faktor-faktor ini bertanggungjawab
terhadap penurunan kapasitas buffer ASI ini sehingga mampu meningkatkan
pertumbuhan Bifidobacteria, yang nantinya, dapat menjaga keasaman relatif dari lumen usus dengan produksi asam asetat dan asam laktat Arimbawa dkk., 2007.
Sebagian peneliti lain masih berpendapat bahwa keberadaan bakteri di dalam ASI merupakan kontaminasi dari lingkungan sekitar saat ASI berpindah
dari tubuh ibu ke tubuh bayi. Terakhir, sebuah penelitian menyimpulkan adanya bakteri alami pada ASI yang berpindah dari usus ibu ke payudara. Proses
translokasi bakteri dari saluran cerna ke kelenjar limpa atau ke payudara itu merupakan proses fisiologis unik yang terjadi pada akhir kehamilan dan saat
menyusui Perez dkk., 2007. 4. Pengenalan makanan padat terlalu dini
Pengenalan makanan padat yang terlalu dini sebelum 4 bulan, akan meningkatkan kejadian dermatitis atopik sebesar 1,6 kali. Sensitisasi umumnya
terjadi terhadap alergen makanan, terutama susu sapi, telur, kacang-kacangan dan gandum Ferguson, 1990; Soebaryo, 2004.
5. Jumlah anggota keluarga Kejadian dermatitis atopik berbanding terbalik dengan banyaknya jumlah
anggota keluarga. Hal tersebut juga dapat diterangkan dengan teori higiene yaitu terjadinya infeksi pada anggota muda keluarga yang ditularkan oleh anggota
kelurga yang lebih tua Soerbaryo, 2004. 6. Sosioekonomi
Pada status sosial yang tinggi akan didapatkan prevalensi dermatitis atopik yang lebih tinggi dibandingkan dengan status sosial yang lebih rendah. Hal
tersebut dapat diterangkan semakin tinggi status sosialnya, pajanan terhadap
antigen mikroba akan berkurang sehingga stimulasi sistem imun juga akan berkurang Flohr, 2005; Gondokaryono, 2009.
7. Polusi lingkungan Pada daerah industri dengan peningkatan polusi udara, pemakaian
pemanas ruangan sehingga terjadi peningkatan suhu dan penurunan kelembaban udara, asap rokok, penggunaan pendingin ruangan yang berpengaruh pula pada
kelembaban, penggunaan sampo dan sabun yang berlebihan dan deterjen yang tidak dibilas dengan sempurna Soebaryo, 2004.