Penelitian Randomized Controlled Trial RCT dari Kalliomaki dkk. 2001 yang dilakukan pada ibu hamil dengan riwayat atopi yang positif dengan
menggunakan Lactobacillus GG untuk pencegahan primer dermatitis atopik pada bayi risiko tinggi dan didapatkan perbedaan yang bermakna kejadian dermatitis
atopik pada anak yang diberikan probiotik dan plasebo setelah diikuti selama 2 tahun dengan risiko relatif RR 0,51 dengan P = 0,008. Selain itu, penelitian RCT
dari Kim dkk. 2009 yang memberikan probiotik campuran Lactobacillus dan Bifidobacterium pada pre dan post natal, didapatkan perbedaan yang bermakna
insiden kumulatif dermatitis atopik pada anak yang diberikan probiotik 36,4 dengan plasebo 62,9 pada 1 tahun kehidupan pertama dengan P = 0,029.
Studi lain, pemberian suplementasi dengan Lactobacillus GG pada 4-6 minggu sebelum melahirkan sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan
dilaporkan tidak menurunkan insiden dermatitis atopik sampai dengan 2 tahun kehidupan pertama Kopp, 2008. Mereka bertentangan dengan penelitian yang
lainnya. Temuan ini mengisyaratkan bahwa studi lanjut diperlukan untuk menilai apakah pemberian suplementasi dengan bakteri probiotik pada usia dini dapat
mencegah kejadian dermatitis atopik pada bayi.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemberian susu dengan probiotik dibandingkan dengan susu tanpa probiotik pada ibu hamil dapat menurunkan kejadian dermatitis atopik pada bayi
yang memiliki riwayat atopi keluarga yang dievaluasi 3 bulan post natal?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui efek pemberian susu dengan probiotik dibandingkan dengan susu tanpa probiotik pada ibu hamil terhadap kejadian dermatitis atopik
pada bayi dengan riwayat atopi keluarga yang dievaluasi selama 3 bulan post natal.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui nilai efek pemberian probiotik pada ibu hamil terhadap
kejadian dermatitis atopik pada bayi dengan riwayat atopi keluarga yang dievaluasi selama 3 bulan post natal.
2. Mengetahui waktu munculnya dermatitis atopik pada bayi dengan
riwayat atopi keluarga pada ibu mendapatkan susu probiotik dan pada ibu yang mendapatkan susu tanpa probiotik.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Manfaat akademik : Sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan baru bagi sejawat
dokter spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis dokter anak, dokter umum dan bidan dalam upaya pencegahan penyakit dermatitis atopik
pada bayi. Selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis :
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efekktifitas pemberian probiotik pada ibu hamil terhadap kejadian dermatitis atopik pada bayi
dengan riwayat atopi keluarga yang dievaluasi selama 3 bulan post natal sehiingga bisa dilakukan upaya pencegahan kejadian dermatitis
atopik lebih awal.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Atopik
2.1.1 Definisi dermatitis atopik
Dermatitis atopik merupakan suatu peradangan kulit kronis, berulang, disertai rasa gatal yang umumnya sering terjadi selama bayi dan anak-anak
Leung, 2011. Nama lain untuk dermatitis atopik adalah eksema atopik, eksema dermatitis, prurigo besnier, atau neurodermatitis Santosa, 2010.
2.1.2 Epidemiologi
Kejadian dermatitis atopik terus meningkat dan merupakan masalah besar di masyarakat. Survei di negara berkembang menemukan 10-20 anak menderita
dermatitis atopik. Angka prevalensi dermatitis atopik yang pernah dilaporkan adalah 6,3-9,5 di Malaysia, 22,7 di Singapura dan 6,8-9,5 di Thailand
Chan, 2006. Data kejadian dermatitis atopik di indonesia masih belum diketahui secara pasti. Data unit rawat jalan Penyakit Kulit Anak di RSU Dr. Soetomo
didapatkan penderita dermatitis atopik baru yang berkunjung tahun 2006 sebanyak 116 orang 8,14, pada tahun 2007 sebanyak 148 orang 11,05 dan
tahun 2008 sebanyak 230 orang 17,65 Zulkaranain, 2009. Kejadian dermatitis atopik di RSUP Sanglah, Denpasar pada tahun 2012 didapatkan sekitar
10,98 dan meningkat kejadiannya menjadi 45,7 pada bayi yang salah satu atau kedua orangtuanya memiliki riwayat atopi Anggreni dkk., 2013.
7
Pada bayi dengan riwayat atopi, 2 tahun pertama kehidupannya diperkirakan menderita dermatitis atopik sebesar 50, menjadi 60 saat berusia
5 tahun dan jarang terjadi setelah usia 45 tahun Moreno, 2000. Berdasarkan faktor prediktor perinatal terhadap kejadian dermatitis atopik pada 6 bulan
pertama kehidupan, didapatkan bahwa riwayat keluarga atopi memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya dermatitis atopik, sedangkan ibu dengan riwayat atopi
memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan bapak dengan riwayat atopi. Dermatitis atopik dapat mengenai kedua jenis kelamin, kejadian saat dewasa lebih
banyak pada ibu, sedang pada anak-anak lebih banyak laki-laki Moore, 2004.
2.1.3 Etiologi
Etiologi maupun mekanisme yang pasti dermatitis atopik belum semuanya diketahui, diduga disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan
multifaktoral. Berbagai faktor bisa menjadi pencetus terjadinya dermatitis atopik, antara lain :
1. Makanan
Kejadian reaksi alergi terhadap makanan cenderung meningkat pada anak dengan dermatitis atopik. Prevalensi tertinggi alergi makanan dijunpai pada bayi,
menurun pada usia anak dan semakin berkurang pada usia dewasa Wood, 2003. Pada hampir 40 bayi dan anak usia muda yang menderita dermatitis atopik
sedang ataupun berat dijumpai alergi makanan sebagai faktor pencetus. Walaupun semua makanan dapat menimbulkan reaksi alergi, tetapi
beberapa makanan lebih bersifat alergenik dari pada yang lainnya. Alergen