antioksidan  yang  lebih  besar  dibandingkan  dengan  metanol  40  dan  70,  n- Heksan, dan petroleum ether.
Hasil  filtrat  yang  didapatkan  dari  proses  maserasi  dan  remaserasi selanjutnya  diuapkan  menggunakan  rotary  evaporator  pada  suhu  40°C  untuk
menguapkan  pelarut  etanol.  Prinsip  kerja  dari  rotary  evaporator  terletak  pada penurunan  tekanan  pada  labu  alas  bulat  dan  penguapan  pelarut  yang  lebih  cepat
dikarenakan  adanya  pemutaran  labu  alas  bulat  Pangestu,  2011.  Setelah  filtrat tersisa ± 300 mL, penguapan dilanjutkan menggunakan cawan porselen dan water
bath pada suhu 40-50°C tujuannya adalah untuk mempermudah pengambilan dan
penimbangan  ekstrak  kental.  Sebelum  digunakan,  bobot  cawan  porselen ditimbang terlebih dahulu untuk mempermudah perhitungan bobot ekstrak kental
yang  didapat.  Dari  proses  ekstraksi  didapatkan  ekstrak  kental  sebanyak  3,95  g, dan  rendemen  sebesar  31,6.
Selanjutnya  ekstrak  kental  C.  fistula  di  simpan dalam lemari pendingin hingga saat digunakan dalam penelitian.
C. Uji Pendahuluan Karagenin
Sebelum  dilakukan  pengujian  efek  antiinflamasi  ekstrak  etanol  daun C.  fistula
,  terlebih  dahulu  dilakukan  uji  pendahuluan  untuk  mengetahui konsentrasi  karagenin  yang  paling  optimal  dalam  menginduksi  inflamasi  dan
menyebabkan edema. Peneliti menggunakan 3 konsentrasi karagenin yaitu 1,5; 2; dan  3.  Rata-rata  tebal  lipat  kulit  yang  dihasilkan  oleh  masing-masing
konsentrasi karagenin dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Kurva rata-rata tebal lipat kulit hasil uji pendahuluan karagenin 1,5; 2; dan 3
Konsentrasi  karagenin  yang  baik  digunakan  dalam  penelitian  adalah konsentrasi karagenin dimana pada konsentrasi tersebut terjadi peningkatan tebal
lipat  kulit  sebesar  2-3  kali  Harijadi,  2009.  Pada  konsentrasi  1,5  terjadi peningkatan  tebal  lipat  kulit  sebesar  1,17  kali  pada  jam  pertama  dari  0,35  mm
menjadi  0,41;  sedangkan  pada  jam  ke-2  terjadi  peningkatan  tebal  lipat  kulit sebesar  4,1  kali  dari  0,35  menjadi  1,46  mm.  Pada  konsentrasi  2  terjadi
peningkatan  tebal  lipat  kulit  sebesar  2,3  kali,  dari  1,27  mm  menjadi  2,94  mm, namun  edema  yang  terbentuk  tidak  cukup  bagus  dan  tidak  terlihat  jelas.
Sedangkan  pada    konsentrasi  3  terjadi  peningkatan  sebesar  4,5  kali  dari  0,75 mm menjadi 3,39 mm. Dari hasil diatas peneliti memutuskan untuk menggunakan
konsentrasi  karagenin  3,  karena  konsentrasi  3  menghasilkan  pembentukan edema yang optimal Lampiran 8.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
1 2
3 4
5 6
R ata
-r ata
sel isi
h te
b al
li p
at ku
li t
m m
Waktu jam
Karagenin 1,5 Karagenin 2
Karagenin 3
D. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun C. fistula
Tujuan dari penelitian pengujian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun C. fistula
ini  adalah  untuk  mengetahui  efek  antiinflamasi  topikal,  persen penghambatan inflamasi, dan konsentrasi efektif ekstrak daun  C. fistula terhadap
edema  punggung  mencit  yang  terinduksi  karagenin.  Penelitian  mengenai  efek antiinflamasi  C.  fistula  sebelumnya  pernah  dilakukan  oleh  Devi,  dkk.,2013.
Pada  penelitian  tersebut  Devi,  dkk.,  menggunakan  bagian  kulit  batang  dari tumbuhan  C.  fistula.  Ekstrak  air  dan  etanol  diberikan  secara  oral  dengan  dosis
400mgkg berat badan dan hasilnya menunjukkan adanya efek anti-inflamasi yang signifikan baik pada ekstrak air maupun ekstrak etanol.
Pada  penelitian  ini  peneliti  menggunakan  ekstrak  etanol  daun  C.  fistula dengan menggunakan karagenin sebagai penginduksi edema pada kulit punggung
mencit dengan konsentrasi 3 sesuai dengan hasil uji pendahuluan. Metode yang digunakan  adalah  metode  inflammation-associated  oedema.  Ekstrak  daun
C.  fistula diberikan  secara  topikal  dengan  dicampurkan  pada  base  cream
Biocream
®
terlebih dahulu. Konsentrasi ekstrak daun C. fistula yang digunakan adalah  1,67;  2,5;  dan  3,75.  Konsentrasi  kontrol  positif  Hydrocortisone
®
yang digunakan  mengandung  hidrokortison  asetat  2,5,  konsentrasi  ini  digunakan
sebagai acuan konsentrasi krim ekstrak daun  C. fistula. Dari konsentrasi tersebut dilakukan penurunan dan peningkatan dosis dengan cara dikali dan dibagi dengan
nilai 1,50. Penggunaan tiga konsentrasi krim ekstrak daun C. fistula ini bertujuan untuk  melihat  apakah  pada  konsentrasi  tersebut  sudah  menghasilkan  efek
antiinflamasi  dan  pada  konsentrasi  berapa  dihasilkan  efek  antiinflamasi  yang paling optimum atau sebanding dengan kontrol positif Hydrocortisone
®
. Efek antiinflamasi ditunjukkan dengan adanya penurunan tebal  lipat  kulit
punggung  mencit  setelah  kulit  punggung  mencit  mengalami  inflamasi  akibat induksi  karagenin.  Penurunan  tebal  lipat  kulit  diukur  dengan  menghitung  selisih
antara  tebal  lipat  kulit  tengah  punggung  middorsal  skinfold  thickness  sebelum diinjeksi karagenin jam ke-0 dengan tebal lipat kulit jam ke-1, 2, 3, 4, 5, dan 6
Lampiran 9.  Pada jam pertama terjadi peningkatan tebal lipat kulit pada semua kelompok  perlakuan.  Menurut  Singh,  dkk.,  2014  pada  jam  pertama  setelah
injeksi  karagenin  akan  terjadi  peningkatan  edema  karena  karagenin  akan menginduksi cedera sel sehingga sel tersebut akan melepaskan mediator inflamai
dan  produksi  prostaglandin  berlebih  sehingga  terjadi  inflamasi  dan  munculnya edema. Profil rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit dapat dilihat pada
gambar 9.
Gambar 9. kurva rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit pada jam ke-0 hingga jam ke-6
0.5 1
1.5 2
2.5 3
1 2
3 4
5 6
rata -r
ata sel
isi h
te b
al li
p at
ku li
t
m m
waktu jam
Kontrol karagenin Kontrol Biocream®
Kontrol positif Konsentrasi 1,67
Konsentrasi 2,5 Konsentrasi 3,75
Keterangan: Kontrol positif
: krim Hydrocortisone
®
Konsentrasi 1,67 : ekstrak etanol daun C. fistula 1,67
Konsentrasi 2,5 : ekstrak etanol daun C. fistula 2,5
Konsentrasi 3,75 : ekstrak etanol daun C. fistula 3,75
E. Rata-rata Nilai AUC Total dan Persen Penghambatan Inflamasi