eritrema. Senyawa uji diberikan setengah sebelum pemaparan dan setengahnya lagi setelah pemaparan sinar ultraviolet Vogel, 2002.
4. Metode udem telinga pada tikus dan mencit dengan croton-oil
Pada metode ini radang diinduksi dengan menggunakan croton-oil sebanyak 0,01 mL pada mencit dan 0,02 mL pada tikus yang diberikan pada
telinga kanan hewan uji. Telinga kiri hewan uji digunakan sebagai kontrol normal. Empat jam setelah injeksi croton-oil hewan uji dikorbankan dengan anastesi.
Selanjutnya telinga hewan uji diambil dan ditimbang. Derajat edema dilihat dari selisih berat dari telinga kanan dan kiri Vogel, 2002.
5. Metode edema telinga mencit terinduksi oxazolone
Pada metode ini digunakan hewan uji mencit jenis kelamin jantan dan berina dengan bobot 25g. Langkah pertama dilakukan sensitifikasi menggunakan
oxazolone sebanyak 0,1 mL pada kulit abdominal yang telah dicukur bulunya atau 0,01 mL pada kedua telinga. Delapan hari kemudian, dilakukan pemberian cairan
0,01 mL oxazolone 2 pada telinga kanan. Telinga sebelah kiri didiamkan tanpa perlakuan. Inflamasi maksimala akan terjadi dalam 24 jam kemudian. Selanjutnya
hewan uji dikorbankan dengan anastesi dan diambil sebesar diameter 8 mm disk dari kedua telinga kanan dan kiri. Selanjutnya disk tersebut secepatnya ditimbang,
perbedaan bobot disk merupakan indicator terjadinya edema inflamasi Vogel, 2002.
J. Karagenin
Karagenin merupakan polisakarida yang tersulfatasi dan diperoleh dari rumput laut merah Rhodophycae. Karagenin telah digunakan secara luas sebagai
thickener, stabilizer, maupun agen pengemulsi dalam pengolahan makanan di
wilayah barat, termasuk produk dairy, pengolahan daging maupun pada produk kosmetik. Pada manusia dan mencit atau tikus karagenin dilaporkan dapat memicu
aktivasi jalur inflamasi Borthakur, Bhattacharyya, Anbazhagan, Kumar, Dudeja, dan Tobacman, 2012.
K. Hidrokostison Asetat
Dalam uji antiinflamasi digunakan kontrol positif Hydrocortisone
®
cream yang mengandung hidrokortison asetat 2,5. Hidrokortison asetat termasuk
dalam golongan kortikosteroid yang memiliki indikasi dalam dermatitis atopic, alergi, pruritus anogenital, dan neurodermatitis MIMS, 2012.
L. Biocream
®
Biocream
®
merupakan sistem emulsi yang stabil dengan distribusi lemak dan air yang merata. Biocream dapat dicampur dengan air, zat-zat larut air,
maupun zat-zat yang larut dalam lemak tanpa mengganggu stabilitasnya. Dapat digunakan sebagai satu pengencer untuk zat-zat aktif dalam pengobatan kulit IAI,
2012.
M. Landasan teori
Inflamasi merupakan respon normal pertahanan tubuh karena adanya luka fisik, panas, antigen-antibodi, zat kimia berbahaya, maupun adanya mikrobia.
Tetapi apabila respon inflamasi ini tidak dikontrol dapat menyebabkan penyakit akut dan kronis lanjutan, seperti asma dan rheumatoid arthritis. Gejala dari
inflamasi antara lain rubor, calor, tumor, dolor, function laesa.
Terapi farmakologi yang sering diberikan untuk mengatasi inflamasi adalah obat NSAID atau kortikosteroid. NSAID memiliki mekanisme
menghambat COX-1 dan COX-2 sehingga mediator inflamasi prostaglandin tidak terbentuk. Namun karena NSAID bersifat tidak spesifik maka sering
menimbulkan efek samping. Karena adanya efek samping yang tidak menyenangkan, obat tradisional sering menjadi pilihan primer dalam menangani
inflamasi. Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan herba untuk pengobatan, salah satunya adalah Trengguli Cassia fistula L..
Kandungan utama yang terdapat dalam daun C. fistula dan berperan dalam efek anti-inflamasi adalah flavonoid. Flavonoid bertindak sebagai penangkap
radikal bebas yang dapat menyebabkan inflamasi. Senyawa-senyawa kimia yang tekandung di dalam daun C. fistula dapat diekstraksi menggunakan beberapa
pelarut seperti metanol 40 dan 70, etanol 80, n-Hexane, dan petroleum ether. Diantara beberapa pelarut tersebut, penggunaan etanol 80 dapat menghasilkan
efek antioksidan yang paling baik. Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakan pelarut etanol 80.
Pengujian aktivitas antiinflamasi secara topikal dilakukan dengan pengukuran tebal kulit punggung mencit yang telah terinduksi karagenin yang
dilakukan setiap jam selama enam jam. Dengan penggunaan rute pemberian secara topikal first pass effect dapat diminimalkan sehingga efektifitas obat lebih
baik dibandingkan dengan rute oral, selain itu rute topikal memiliki onset efek lokal yang lebih cepat dibandingkan oral. Efek samping obat yang dapat
mengiritasi lambung pun dapat dihindarkan dengan pemberian secara topikal.
N. Hipotesis