Definisi Klasifikasi Inflamasi Mekanisme inflamasi

Penyebab utama terjadi perbedaan permeasi molekul secara transdermal antar satu spesies dengan spesies yang lain adalah karena adanya variasi ketebalan kulit sub cutan. Jumlah asam lemak bebas free fatty acid, trigliserida, dan densitas folikel rambut merupakan faktor penting penyebab terjadinya perbedaan barrier kulit antar spesies Godin, Touitou, 2007. Hewan pengerat merupakan hewan uji yang paling sering dipakai karena ukurannya yang kecil dan mudah ditangani, tidak mahal, dan banyak data yang dapat diacu. Namun, kulit hewan pengerat menunjukkan permeasi yang lebih tinggi dibandingkan manusia. Diantara hewan pengerat, kulit tikus memiliki kesamaan struktur yang paling mendekati kulit manusia. Perbandingan ketebalan kulit antara tikus, mencit, dan manusia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. perbandingan ketebalan SC, epidermis, keseluruhan kulit antara tikus, mencit, dan manusia Zendzian, 2000.

F. Inflamasi

1. Definisi

Istilah Inflamasi diturunkan dari kata Latin inflammare yang berarti terbakar Ravikiran, Elumalai, Eswaraiah, dan Naresh, 2012. Menurut Bowman dan Rand 1980 inflamasi merupakan mekanisme pertahanan dari mikro sirkulasi lokal pada luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, stimulasi agen kimia, panas, reaksi antigen-antibosi, dan efek adanya mikrobia. Fungsi utama dari reaksi biologis karena adanya gangguan keseimbangan heomeostasis ini adalah untuk menghancurkan maupun mengisolasi sumber gangguan, menghilangkan jaringan yang telah rusak, dan mengembalikan homeostasis jaringan Ashley, Weil, Nelson, 2012.

2. Klasifikasi Inflamasi

Inflamasi diklasifikasikan menjadi dua , yaitu akut dan kronis. Inflamasi akut merupakan respon cepat terhadap kerusakan sel dan berlangsung cepat, sedangkan inflamasi kronis merupakan tingkat lanjutan dari inflamasi akut yang terjadi selama dua minggu atau lebih McCane, 2008. Sedangkan menurut Ravikiran, dkk. 2012 inflamasi dikategorisasikan menjadi tiga fase yaitu fase akut, sub-akut, dan kronik. Pada fase akut muncul eksudat inflamasi yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler yang kemudian akan berkembang menjadi edema lokal. Fase tersebut diikuti dengan adanya migrasi leukosit dan fagosit dari darah menuju jaringan vaskuler, fase ini disebut fase sub-akut. Selanjutnya pada fase kronik akan terjadi degradasi jaringan yang diikuti dengan fibrosis. Manifestasi inflamasi akut dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Manifestasi lokal inflamasi akut Kumar, dkk., 2004

3. Mekanisme inflamasi

Menurut Tjay dan Rahardja 2002 inflamasi diawali dengan rusaknya membrane sel secara mekanis, fisik, maupun kimia dan menyebabkan teaktivasinya enzim fosfolipase yang mengubah fosfolipid pada membran sel menjadi asam arakidonat. Peran asam arakhidonat dalam proses inflamasi dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Perubahan asam arakhidonat dan perannya dalam inflamasi, serta target aksi obat-obat antiinflamasi Kumar, dkk., 2004 Kejadian vaskuler melibatkan beberapa mediator dan sel inflamasi, dengan diawali dilatasi artiola-artiola kecil yang menyebabkan meningkatnya aliran darah menuju daerah yang mengalami gangguan. Vasodilatasi terjadi karena terlepasnya mediator inflamasi seperti prostaglandin E1 dan I2 serta histamin akibat dari interaksi antara jaringan dengan mikroorganisme. Kemudian diikuti dengan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler yang menyebabkan eksudasi cairan. Asam arakidonat merupakan senyawa yang berperan dalam pelepasan mediator inflamasi dan merupakan substrat utama pada jalur sikooksigenase maupun lipooksigenase. Jalur siklooksigenase COX terbagi menjadi COX-1 dan COX-2 yang mengawali biosintesis prostaglandin dan tromboksan. Sedangkan jalur lipooksigenase akan mengawali sintesis leukotriene, lipoksin, dan komponen lain Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2007 Pada jalur siklooksigenase, asam arakhidonat akan diubah menjadi prostaglandin G 2 PGG 2 kemudian menjadi prostaglandin H 2 PGH 2 , dan menghasilkan beberapa metabolit. Metabolit umum yang dihasilkan yaitu PGD 2 , PGE 2 dan PGF2α yang berperan dalam vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas yang berpotensi dalam pembentukan edema. COX-1 bertanggung jawab dalam produksi prostaglandin dan terlibat dalam inflamasi dan fungsi homeostasis. Sebaliknya, COX-2 menstimulasi produksi prostaglandin yang terlibat dalam reaksi inflamasi Kumar, dkk., 2004. Selanjutnya pada jalur lipooksigenase 5-lipooksigenase merupaakn enzim yang predominan dalam neutrophil. Produk utama, 5-HETE yang merupakan kemotaksis bagi neutrophil diubah menjai leukotriene. LTB 4 leukotriene B 4 merupakan agen kemotaksis kuat dan aktivator respon fungsional neutrofil, seperti agregasi dan adesi leukosit menuju endotelium, dan pelepasan enzim lisosomal. LTC4, LTD4, dan LTE4 menyebabkan vasokonstriksi intens, bronkospasme, dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Lipoksin merupakan tambahan hasil pengubahan asam arakhidonat. Lipoksin terdiri atas LXA 4 dan LXB 4 yang memiliki efek vasodilatasi, penghambatan kemotaksis neutrofil, dan menstimulasi adhesi monosit Kumar, dkk., 2004

4. Tanda dan gejala inflamasi