mm dan tebal endometrium ≥ 9 mm. jika diameter folikel 12 mm berikan injeksi FSH
75 IU hari selama 2 hari, USG ulang.
2,11
Pada pemantauan USG pada hari ke 10 bila didapatkan folikel dengan diameter 15 mm, naikkan dosis injeksi FSH menjadi 150 IU hari selama 2 hari, kemudian di USG
ulang. Jika diameter folikel telah mencapai 15 mm, injeksi FSH dengan dosis tetap 75 IU hari dilanjutkan. HCG diberikan bila diameter folikel 17 – 18 mm dan tebal
endometrium ≥ 9 mm. IIU dilakukan 36 jam setelah HCG.
2,11
2.3.3. Preparasi Sperma
Semen harus diambil dengan cara masturbasi minimal 36 jam sesudah abstinensi dan harus sampai laboratorium andrologi dalam waktu 30 menit setelah dikeluarkan. Semen
ditampung pada tabung plastik khusus steril yang disediakan lab andrologi. Semen sudah harus diterima lab andrologi 2 jam sebelum inseminasi.
2
2.3.4 Waktu melakukan inseminasi intra uterin
Tujuan menentukan waktu inseminasi adalah memadukan saat ovulasi dengan penempatan sperma dalam kavum uteri. Ovulasi biasanya terjadi 38-42 jam sesudah
awal terjadinya lonjakan LH atau penyuntikan HCG, dengan kemungkinan sebagai berikut:
2
• Tidak ada lonjakan LH, berikan injeksi HCG 5000 IUIM, jadwalkan inseminasi 34-36 jam pasca penyuntikan.
Universitas Sumatera Utara
• Ada lonjakan LH, tetapi progesterone belum meningkat, berikan injeksi HCG 5000 IUIM dan jadwalkan inseminasi 28-32 pasca penyuntikan HCG
• Terjadi lonjakan LH, Dan progesterone mulai meningkat, injeksi HCG boleh diberikan boleh tidak. Jadwalkan inseminasi 24-26 jam sesudah pemeriksaan
darah. • Jika hormon LH dan estrogen tidak diperiksa maka lakukan inseminasi 34-36 jam
pasca penyuntikan HCG.
2.3.5. Alat – alat yang diperlukan
Dalam kamar inseminasi harus dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:
2
• Meja ginekologi • Lampu sorot
• 2 buah meja instrumen • 2 buah spekulum cocor bebek dengan 2 ukuran
• 2 buah tenakulum • 2 buah sonde uterus
• 2 buah klem pean lurus panjang • 2 buah mangkok kecil untuk cairan NaCl dan medium
• Duk steril • Kapas steril
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Tehnik kerja
2
1. Pasien berbaring dengan posisi dorso litotomi 2. Speculum cocor bebek dibilas dengan NaCl hangat
3. Masukkan speculum tersebut ukuran standar ke dalam vagina sampai serviks Nampak dengan jelas.
4. Serviks diusap dengan NaCl hangat dilanjutkan dengan sedikit medium untuk inseminasi memakai kapas yang sudah disediakan.
5. Sementara pasien disiapkan, sperma yang sudah preparasi di laboratorium dimasukkan ke dalam kateter tom cat atau Edward Wallace.
6. Volume medium inseminasi yang akan dimasukksn ke dalam cavum uteri adalah 0,2 – 0,4 ml rata – rata 0,3 ml
7. Masukkan kateter tom cat yang sudah berisi medium dan sperma melalui ostium uteri eksternum, kanalis servikalis, sampai kedalam kavum uteri sesuai dengan
arah yang dicatat sewaktu trial sounding. 8. Jika ditemui kesulitan, terkadang diperlukan pemasangan tenakulum untuk
menarik serviks pada saat memasukkan kateter tom cat 9. Jarang diperlukan anastesi paraservikal blok pada waktu
10. Prosedur inseminasi ini harus dilakukan secara perlahan dan hati – hati untuk mengurangi cedera pada endometrium yang dapat mengakibatkan perdarahan
sehingga mengurangi viabilitas dari sperma. 11. Setelah ujung kateter mencapai fundus, tarik keluar sekitar 1 cm sehingga ujung
kateter berada pada cavum uteri yang terluas. Selanjutnya, medium dan sperma disemprotkan ke dalam kavum uteri.
Universitas Sumatera Utara
12. Tarik kembali kateter perlahan – lahan sambil memutarnya 13. Pasien diminta tetap berbaring terlentang selama 20 – 30 menit pasca
inseminasi. Selanjutnya, diperbolehkan pulang dan melakukan aktivitas seperti biasa.
14. Hubungan seksual dianjurkan 24 jam pasca inseminasi.
Gambar 3. Kateter yang digunakan untuk inseminasi intra uteri.
2.3.7. Fase Luteal