4.1. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik N
USIA 25
15 4,5
25-29 107
31,8 30-34
114 33,9
35-39 75
22,3 ≥ 40
25 7,4
TOTAL 336
100 DURASI INFERTILITAS
≤ 3 164
48,8 3
172 51,2
TOTAL 336
100 TEBAL ENDOMETRIUM
≤7 47
14,0 7,1-9
120 35,7
9,1-11 93
27,7 11,1-13
55 16,4
13 21
6,3 TOTAL
336 100
JUMLAH FOLIKEL
1 163
48,5 2
99 29,5
3 37
11,0 ≥4
37 11,0
TOTAL 336
100 MOTILITAS SPERMA
32 47
14,0 ≥ 32
289 86,0
TOTAL 336
100 KONSENTRASI SPERMA
13,5x10
6
94 28,0
≥ 13,5x10
6
242 72,0
TOTAL 336
100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.1. diatas dapat dilihat sebanyak 33,9 siklus IIU berada pada kelompok usia 30-34 tahun, sedangkan yang berusia 25 tahun sebanyak 4,5. Sebanyak
51,2 siklus IIU dengan durasi infertilitas 3 tahun, dengan tebal endometrium 7,1-9 mm sebanyak 35,7. Jumlah folikel sebanyak 1 dijumpai pada 163 siklus 48,5.
Sebanyak 86 289 siklus dengan motilitas sperma ≥ 32 dan 72 dengan
knsentrasi sperma ≥ 13,5x10
6
.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi penyebab infertilitas Karakteristik
N PENYEBAB INFERTILITAS
Unexplained 85
25,3 Faktor pria
125 37,2
Anovulasi 23
6,8 Endometriosis
28 8,3
Multi-faktor 75
22,3 TOTAL
336 100
Dari tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa faktor pria sebagai penyebab terbanyak infertilitas 37,2, diikuti oleh unexplained infertility, multi-faktor, endometriosis, dan
anovulasi 25,3, 22,3, 8,3, 6,8.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Hubungan Usia dengan Keberhasilan IIU Tabel 4.3. Hubungan Usia dengan keberhasilan IIU
Keberhasilan IIU Kelompok Usia
Tahun Hamil
Tidak Hamil Total
P 25
7 46,7
8 53,3
15 25-29
24 22,4
83 77,6
107 30-34
18 15,8
96 84,2
114 35-39
14 18,7
61 81,3
75 ≥40
2 8,0
23 92,0
25 0,028
Dari tabel 4.3. di atas dapat dilihat tingkat keberhasilan IIU pada kelompok usia 25 tahun yang lebih tinggi 46,7 dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, yaitu
kelompok usia 25-29 tahun 22,4, kelompok usia 30-34 tahun 15,8, kelompok usia 35-39 tahun 18,7, dan kelompok usia
≥40 8,0.
Dari penelitian ini diperoleh tingkat keberhasilan IIU yang menurun secara signifikan kelompok usia 40 tahun, dimana hasil ini juga didukung oleh penelitian lainnya.
Tomlinson 1996 menyatakan kesuksesan IIU menurun secara signifikan hanya ketika
usia wanita 40 tahun.
18
Hal senada juga diperoleh dari penelitian Nuojua-Huttunen
1999
yang menemukan angka keberhasilan IIU lebih tinggi pada kelompok usia 40 tahun 13,7 vs. 4,1.
25
Secara statistik dari tabel 4.3. diatas diperoleh hubungan yang bermakna antara usia dan keberhasilan IIU p= 0,028, dan hasil ini sesuai dengan beberapa studi lainnya
Nuojua-Huttunen et al. 1999
,
Zafar et al. 2007
,
Basirat et al. 2010
.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Hubungan durasi infertilitas dengan keberhasilan IIU Tabel 4.4. Hubungan durasi infertilitas dengan keberhasilan IIU
Keberhasilan IIU Durasi Infertilitas
Tahun Hamil
Tidak Hamil total
P ≤ 3
34 20,7
130 79,3
164 3
31 18,0
141 82,0
172 0,53
Dari tabel 4.4. di atas dapat dilihat bahwa keberhasilan IIU pada kelompok durasi infertilitas
≤3 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dengan durasi infertilitas 3 tahun 20,7 vs 18.
Dalam studi yang dilakukan oleh Houmard et al.
diperoleh angka keberhasilan IIU pada kelompok wanita dengan durasi infertilitas 3 tahun secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok durasi infertilitas 3 tahun 9 vs 2,2.
dikutip dari 26
Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Iberico 2004
yang menemukan angka keberhasilan IIU pada kelompok durasi infertilitas 3 tahun lebih tinggi 64
dibandingkan kelompok dengan durasi infertilitas 3 tahun 29.
22
Secara statistik, dari tabel 4.4. di atas dapat dilihat tidak adanya hubungan yang bermakna antara durasi infertilitas dengan keberhasilan IIU p= 0,53. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian Farimani 2006
yang menyatakan bahwa terdapat penurunan yang signifikan dari angka keberhasilan kehamilan seiring dengan peningkatan durasi
infertilitas, namun hal ini tidak merupakan faktor prediktif keberhasilan IIU.
16
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat terjadi dikarenakan begitu banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan IIU, jadi pada durasi infertilitas yang
≤ 3 tahun dapat disertai dengan faktor – faktor lain yang tidak mendukung. Oleh karena itu keberhasilannya menjadi
berkurang.
4.5. Hubungan ketebalan endometrium dengan keberhasilan IIU Tabel 4.5. Hubungan ketebalan endometrium dengan keberhasilan IIU
Keberhasilan IIU Ketebalan endometrium
mm Hamil
Tidak Hamil Total
P ≤7
7 14,9
40 85,1
47 7,1-9
24 20,0
96 80,0
120 9,1-11
18 19,4
75 80,6
93 11,1-13
11 20,0
44 80,0
55 13
5 23,8
16 76,2
21 0,923
Dari tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa keberhasilan IIU pada ketebalan endometrium 13 mm lebih tinggi 23,8 daripada kelompok lainnya, yaitu kelompok
dengan ketebalan endometrium ≤7 mm 14,9, kelompok dengan ketebalan
endometrium 7,1-9 mm 20,0, kelompok dengan ketebalan endometrium 9,1-11 mm 19,4, dan kelompok dengan ketebalan endometrium 11,1-13 mm 20,0.
Secara statistik, tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara ketebalan endometrium dengan keberhasilan IIU p=0,923. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Noujua-Huttunen 1999
. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan IIU ini. Misalnya pada penelitian ini, ketika
Universitas Sumatera Utara
ketebalan endometrium pasien 8-9 mm namun usia pasien ≥40 tahun. Maka dari segi
usianya, keberhasilan IIU menjadi sulit dicapai.
4.6. Hubungan jumlah folikel dangan keberhasilan IIU Tabel 4.6. hubungan jumlah folikel dengan keberhasilan IIU
Keberhasilan IIU Jumlah folikel
Hamil Tidak Hamil
Total p
1 35
21,5 128
78,5 163
2 20
20,2 79
79,8 99
3 7
18,9 30
81,1 37
≥4 3
8,1 34
91,9 37
0,318
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa keberhasilan IIU pada kelompok jumlah folikel 1 21,5 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok jumlah folikel lainnya, yaitu
kelompok jumlah folikel 2 20,2, kelompok jumlah folikel 3 18,9, dan kelompok jumlah folikel
≥4 8,1.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sharma et al. 2008
dimana diperoleh angka keberhasilan IIU pada kelompok jumlah folikel satu mencapai 48,
sementara pada kelompok jumlah folikel 2 dan 3 masing-masing 34 dan 18.
27
Secara statistik dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah folikel dan keberhasilan IIU p=0,318 seperti yang didapatkan pada penelitian
yang dilakukan oleh
Van Rumste et al. 2006
dan
Basirat et al. 2007
. Dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah folikel yang lebih dari satu seharusnya lebih meningkatkan angka keberhasilan IIU dan juga meningkatkan kejadian kehamilan multipel. Tetapi pada penelitian ini
dengan jumlah folikel1 memiliki keberhasilan kehamilan yang relatif lebih tinggi dapat disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan IIU.
4.7. Hubungan analisa sperma dengan keberhasilan IIU 4.7.1. Motilitas sperma