Informasi yang tersedia saat ini mengindikasikan bahwa IIU harus menjadi bahan pertimbangan pertama pada pemilihan terapi terutama untuk pasien dengan infertilitas
yang tidak dapat dijelaskan, infertilitas akibat faktor pria, dan juga pada kasus-kasus gangguan anovulasi yang sebelumnya mengalami induksi ovulasi yang gagal daripada
menggunakan teknik IVF yang biayanya lebih mahal.
14,26
2.2.4. Ketebalan endometrium dan jumlah folikel saat ovulasi
Saat ini ketebalan endometrium telah dianggap berpengaruh pada keberhasilan dari terapi infertilitas. Meskipun penilaian endometrium dengan menggunakan USG telah
menjadi prosedur standar dalam penegakkan diagnosa dan terapi wanita infertil, perbedaan ketebalan endometrium yang dinilai dalam hal ini masih dianggap
kontroversi.
14
Banyak studi yang menemukan bahwa ketebalan endometrium yang baik adalah 8-9 mm atau lebih, sementara keberhasilan kehamilan menjadi sulit jika ketebalan
endometrium kurang dari 6-7 mm.
17
Beberapa peneliti telah melaporkan hubungan antara ketebalan endometrium dan keberhasilan IUI.
14
Salah satunya adalah Tomlinson et al. 1996
melaporkan gambaran distribusi ketebalan endometrium pada pasien – pasien inseminasi intra uteri
yang mendapatkan hormon FSH murni atau hormon HMG grafik 3.
18
Universitas Sumatera Utara
Grafik 3 .
distribusi ketebalan endometrium pada pasien IIU yang mendapat stimulasi
1
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Anjali Sharma et al. 2008
, ketebalan endometrium merupakan faktor penting dalam keberhasilan IIU dimana pada ketebalan
antara 9-11 mm, angka keberhasilannya 35,5. Pada ketebalan endometrium 7-9 mm, angka keberhasilannya 28,5 dan pada ketebalan 11-13 mm, angka keberhasilannya
adalah 16.
27
Namun, tidak semua peneliti beranggapan demikian seperti halnya yang data yang diperoleh dari penelitian
Hock et al. 1997 dan
Tsai et al. 2000 . Sebagai tambahan,
menurut studi yang dilakukan oleh Zollner et al. 2003
, volume endometrial 2 ml yang diukur dengan ultrasonografi tiga-dimensi pada saat dilakukannya IIU berkorelasi
negatif terhadap keberhasilan IIU.
14
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal jumlah folikel, menurut Tomlinson et al. 1996
, nilai prognostik jumlah folikel terhadap keberhasilan IIU tidaklah mengejutkan mengingat begitu banyak studi
yang telah membuktikan bahwa IIU hanya akan lebih berhasil jika dikombinasi dengan induksi ovulasi. Bahkan ternyata, suatu analisa yang dilakukan selama 15 tahun
menunjukkan bahwa angka keberhasilan kehamilan pada IIU tanpa stimulasi hanya setengahnya jika dibandingkan dengan siklus distimulasi.
18
Pada penelitian yang dilakukan oleh G. Makkar et al. 2003
, pasien dengan jumlah folikel yang banyak dan diameter folikel 16 mm berhasil hamil. Keadaan ini
merefleksikan kadar serum E2 yang tinggi sehingga didapatkan angka keberhasilan kehamilan yang lebih baik. Namun resiko kehamilan multipel juga menjadi faktor yang
perlu dipertimbangkan mengingat terjadinya pertumbuhan multi-folikel.
28
Begitu juga yang didapatkan pada penelitian Houmard et al.
dimana persentase kehamilan wanita dengan jumlah folikel 3 adalah 9,1,dan angka ini lebih besar
dibandingkan dengan persentase kehamilan wanita dengan jumlah folikel 3 4,6.
dikutip dari 23
Namun, tidak demikian halnya dengan studi yang dilakukan oleh Van Rumste et al.
2006 dan
Basirat et al. 2010 yang tidak menemukan perbedaan yang bermakna
pada keberhasilan kehamilan IIU dengan jumlah folikel satu, dua, tiga, ataupun empat.
dikutip dari 23
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Sperma yang di inseminasikan