2.2.5. Sperma yang di inseminasikan
Densitas sperma, motilitas dan morfologinya semuanya mempengaruhi kesuksesan IIU. probabilitas kesuksesan IIU meningkat dengan meningkatnya jumlah total sperma motil
yang diinseminasikan. Hasil terbaik dapat dicapai bila jumlah total sperma motil melebihi batas kira – kira 10 juta. Jumlah yang lebih besar tidaklah lebih lanjut
meningkatkan kemungkinan untuk sukses dan IIU sangat jarang sukses bila jumlah sperma total yang motil kurang dari 1 juta yang di inseminasikan.
17
Probabilitas kesuksesan IIU meningkat dengan meningkatnya persentase sperma yang berbentuk normal. Angka kesuksesan dengan IIU paling tinggi bila 14 atau lebih
sperma dengan morfologi normal, sedang bila antara 4 dan 14 dan umumnya jelek bila kurang dari 14 sperma dengan morfologi normal.
17
Sebelum memulai program IIU, setiap pasien harus melakukan analisa sperma 2 kali dengan selang waktu 3 minggu dan 1 kali pencucian sperma sperm washing dalam
waktu 2 tahun terakhir.
2
Analisa semen merupakan alat yang paling penting dalam penilaian fertilitas pria. Subfertilitas pada pria diartikan sebagai kurangnya konsepsi yang terjadi setelah
setidaknya 12 bulan melakukan sanggama teratur tanpa kontrasepsi dan dikombinasikan dengan keadaan setidaknya 2 sampel semen yang tidak mencapai
kriteria semen normal menurut WHO. Menurut Aitken et al. 1995
, meskipun analisa
Universitas Sumatera Utara
semen merupakan alat untuk menilai subfertilitas pria, tetapi hasilnya tidak boleh digunakan sebagai indikasi absolut dari subfertilitas.
dikutip dari 14
Tabel 2.2. Analisa semen: Standar minimal untuk semen normal berdasarkan kriteria WHO 1999
14
Classical criteria of normal semen WHO 1999
VOLUME ≥ 2,0 ml
CONCENTRATION ≥ 20 x 10
6
ml TOTAL COUNT
40 x 10
6
TOTAL PROGRESIVE MOTILITY 50
NORMAL MORPHOLOGY ≥ 15
ANTI-SPERM ANTIBODIES ≤ 10
Kemungkinan terjadinya konsepsi meningkat pada total sperma yang bergerak mencapai 60. Menurut satu studi yang besar di Amerika Serikat, infertilitas pada pria
terjadi ketika total sperma yang bergerak kurang dari 32.
17
Tooba Mehrannia 2006, dalam penelitiannya menemukan efek total sperma yang
bergerak terhadap keberhasilan kehamilan dengan IIU. Pada total sperma yang bergerak 10 juta, maka angka keberhasilan kehamilan dengan IIU dengan atau tanpa
stimulasi ovarium menjadi sangat rendah. Namun, pada total sperma yang bergerak 30 juta, maka angka keberhasilan kehamilan akan tinggi.
29
Bahkan, Cihat Unlu et al. 2005
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa jika total sperma yang bergerak adalah 10 juta ataupun kurang dari 10 juta, maka prognosis
Universitas Sumatera Utara
untuk terjadinya kehamilan adalah kecil sekitar 12, sehingga dibutuhkan teknik yang lebih canggih daripada IIU seperti IVF atau teknik lainnya.
30
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
Ahmed Badawy et al. 2009 yang menyimpulkan bahwa jika total
sperma yang bergerak adalah 1 juta, maka angka keberhasilan kehamilannya hanya sekitar 1,1 sehingga disarankan untuk dilakukan IVF.
31
Variabilitas morfologi spermatozoa manusia membuat penilaian morfologi sperma menjadi sulit. Spermatozoa yang normal harus memiliki struktur berupa kepala, leher,
badan, dan ekor.
14
Menurut WHO 1992
, sampel sperma dikatakan normal jika persentase bentuk sperma yang normal
≥ 30, namun peraturan ini diubah pada tahun 1999 dimana sperma dikatakan normal jika persentase sperma normal
≥ 15. WHO 1999
mengeluarkan klasifikasi kategori sperma yang dikatakan abnormal atau mengalami defek.
14
Gambar 3 .
Bentuk abnormal dari spermatozoa manusia
Universitas Sumatera Utara
Banyak peneliti yang mengatakan bahwa IIU tidak efektif dilakukan jika pada sampel semen hanya ditemukan morfologi sperma normal 30. Beberapa peneliti lainnya
mengatakan ketika morfologi sperma yang normal 30, maka dibutuhkan total sperma yang bergerak 5 x10
6
untuk lebih memastikan efektifitas IIU.
32
Burr et al. 1996 mendapatkan angka keberhasilan kehamilan dengan IIU hanya 4,3
pada sampel semen dengan morfologi sperma normal 10.
dikutip dari 24
Pada studi yang dilakukan oleh Ahmed Badawy et al. 2009
didapatkan angka keberhasilan kehamilan dengan IIU adalah 4,62 pada morfologi sperma yang normal
30 dengan total sperma yang bergerak 5 x10
6
dan angka keberhasilan kehamilan 9,45 dengan total sperma yang bergerak 5 x10
6
.
31
Menurut Motazedian Sh et al. 2009
, angka keberhasilan IIU yang tertinggi adalah ketika morfologi sperma normal yang ditemukan di dalam sampel semen
≥ 14 dan yang terendah adalah pada morfologi sperma normal 4.
32
Infertilitas pria akan meningkat jika saat ejakulasi konsentrasi sperma kurang dari 13,5 jutaml, total sperma yang bergerak kurang dari 32 dan morfologi sperma normal
kurang dari 9 strict criteria, WHO standar.
17
Universitas Sumatera Utara
2.3. PROSEDUR PELAKSANAAN INSEMINASI INTRA UTERI IIU
Prosedur IIU dapat dilaksanakan dengan stimulasi stimulated cycle maupun tanpa stimulasi natural cycle tergantung dari umur dan faktor penyebab infertilitas. IIU tanpa
stimulasi dapat dilakukan pada usia muda dan pada pasangan infertilitas yang disebabkan karena faktor sperma.
11
2.3.1 IIU dengan siklus natural tanpa stimulasi
IIU dengan siklus natural sebaiknya dilakukan pada wanita dengan siklus haid teratur, sehingga penentuan masa ovulasi lebih mudah. Pemantauan masa ovulasi dilakukan
dengan pemeriksaan LH urine atau menggunakan USG atau kombinasi keduanya.
11
2.3.2. IIU dengan siklus stimulasi
Rasionalisasi dari penggunaan stimulasi ovarium pada IIU ada 2 hal, yaitu meningkatkan jumlah oosit yang tersedia untuk IIU dan meningkatkan produksi hormon
steroid yang berguna untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya fertilisasi dan implantasi.
Obat-obatan yang digunakan untuk stimulasi ovarium dapat diberikan dalam bentuk oral, yaitu klomifen sitrat dan aromatase inhibitor, dapat pula secara injeksi, misalnya
gonadotropin, dalam bentuk human Menopausal hMG, Follicle Stimulating Hormone- urine u-FSH atau FSH-rekombinan r-FSH.
Universitas Sumatera Utara