Secara keseluruhan, keberhasilan untuk hamil akan menurun sebanyak 15-25 setiap pertambahan tahun dari durasi infertilitasnya. Mayoritas kehamilan spontan terjadi
dalam waktu 3 tahun, namun jika tidak terjadi kehamilan setelah 3 tahun tersebut, maka prognosis keberhasilan untuk hamil menjadi relative buruk.
17
2.2.3. Etiologi infertilitas
Infertilitas yang dikaitkan dengan endometriosis memiliki 3 mekanisme utama: 1. Distorsi anatomi adneksa yang menghambat atau mencegah penangkapan ovum
setelah ovulasi. 2. Gangguan perkembangan oosit atau embryogenesis.
3. Reseptivator endometrium menurun Selama stimulasi gonadotropin dan IIU sperma pasangan, fekunditas wanita dengan
endometriosis minimal – ringan adalah kurang dari 50 dibandingkan dengan wanita tanpa endometriosis. Dengan demikian endometriosis menurunkan fertilitas yang
berkorelasi dengan keparahan endometriosis.
17
Pada endometriosis tingkat berat, distorsi anatomi adneksa dapat menyebabkan penurunan fertilitas. Sedangkan pada kasus minimal – ringan dengan hubungan tuba
dan ovarium yang normal, endometriosis diakui memiliki efek yang merugikan terhadap fertilitas melalui peningkatan berbagai sitokin termasuk tumor necrosis faktor. Mediator
– mediator inflamasi ini bisa mengubah lingkungan peritoneum, intra tuba atau intra uterin dan mempengaruhi fertilisasi, perkembangan embrio dini atau implantasi.
24
Universitas Sumatera Utara
Menurut Katja Ahinko 1999
, efek dari etiologi infertilitas pada keberhasilan IIU jarang dimasukkan ke dalam kategori faktor prognostik. Namun, banyak peneliti yang
melaporkan rendahnya angka keberhasilan kehamilan IIU pada wanita dengan endometriosis jika dibandingkan dengan alasan lainnya dari infertilitas. satu penelitian
meta-analisis yang dilakukan oleh Hughes 1997
, dilaporkan endometriosis menurunkan efektivitas hiperstimulasi ovarium terkontrol dan IIU sampai setengahnya.
14
Nouja-Huttunen 1999 , melaporkan dalam studinya bahwa angka keberhasilan
kehamilan dengan IIU adalah 6,5 per siklus pada grup endometriosis, dimana hasil ini ternyata lebih rendah dibandingkan studi sebelumnya, yaitu 9-16
Chaffkin et al., 1991; Dodson dan Haney, 1991; Tummon et al., 1997
.
25
Mona Zafar et al. 2007 menyatakan bahwa pada suatu studi meta-analisis, angka
keberhasilan kehamilan rata–rata per siklus pada infertilitas yang tidak dapat dijelaskan adalah 18, dimana hasil ini sama dengan yang diperoleh pada penelitiannya.
26
Sedangkan pada studi yang dilakukan oleh Tay et al. 2007,
angka keberhasilan kehamilan pada infertilitas yang disebabkan oleh faktor pria lebih rendah dibandingkan
infertilitas yang disebabkan gangguan ovarium.
dikutip dari 23
Sementara Zahra Basirat et
al. 2010 mendapatkan angka keberhasilan kehamilan pada kedua faktor di atas
adalah sama 12,4. Namun, dari penelitiannya tetap didapatkan angka keberhasilan kehamilan dengan IIU yang paling tinggi adalah pada kasus infertilitas yang tidak dapat
dijelaskan 23,7.
23
Universitas Sumatera Utara
Informasi yang tersedia saat ini mengindikasikan bahwa IIU harus menjadi bahan pertimbangan pertama pada pemilihan terapi terutama untuk pasien dengan infertilitas
yang tidak dapat dijelaskan, infertilitas akibat faktor pria, dan juga pada kasus-kasus gangguan anovulasi yang sebelumnya mengalami induksi ovulasi yang gagal daripada
menggunakan teknik IVF yang biayanya lebih mahal.
14,26
2.2.4. Ketebalan endometrium dan jumlah folikel saat ovulasi