1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan
musilago amyli 10 dapat diformulasi menjadi sediaan anti nyamuk bakar.
b. Apakah ekstrak daun zodia dapat diformulasikan dalam sediaan anti
nyamuk bakar dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10.
c. Apakah formula yang dibuat mempunyai efektivitas sebagai anti nyamuk.
1.3 Hipotesis
a. Sediaan anti nyamuk bakar dapat diformulasikan dengan menggunakan
bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10.
b. Ekstrak daun zodia dapat diformulasikan kedalam sediaan anti nyamuk
bakar dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10.
c. Sediaan anti nyamuk bakar dari ekstrak zodia mempunyai efektivitas
sebagai anti nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sediaan anti nyamuk bakar dapat diformulasikan
dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10.
b. Untuk mengetahui ekstrak daun zodia dapat diformulasikan kedalam
sediaan anti nyamuk bakar dengan menggunakan bahan-bahan serbuk tempurung kelapa, serbuk kayu, serbuk kertas dan musilago amyli 10.
c. Untuk mengetahui efektivitas sediaan anti nyamuk bakar dari ekstrak
zodia sebagai anti nyamuk.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian akan diperoleh sediaan antinyamuk bakar dari ekstrak daun zodia yang diharapkan akan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai
pengusir nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Morfologi Tumbuhan
Zodia memiliki nama latin Evodia suaveolens, Scheff, tetapi ada juga yang menyebut dengan Euodia hortensis, J. R G. Forst. Tanaman perdu ini berasal
dari keluarga Rutaceae. Tinggi tanaman 0,3-2m dan panjang daun tanaman dewasa 20-30 cm. Bentuk zodia sangat menarik sehingga digunakan juga sebagai
tanaman hias. Zodia diduga berasal dari Papua. Namun, saat ini sudah banyak tumbuh di Pulau Jawa, bahkan sering dijumpai ditanam dihalaman rumah atau
kebun sebagai tanaman hias. Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 400-1000 m dpl. Perbanyakannya
sangat mudah yaitu menggunakan biji, bahkan biji yang jatuh dan menyebar disekitar tanaman pun dapat tumbuh menjadi tanaman dalam jumlah yang cukup
banyak Kardinan,2007.
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Euodia
Species : Euodia hortensis J.R. G.Forst
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kandungan Kimia Tumbuhan
Kandungan Kimia yang terdapat pada Euodia hortensis J.R. G.Forst yaitu minyak atsiri essential oil yang mengandung bahan aktif komponen
utama evodiamine dan rutaecarpine.
2.1.4 Khasiat Tumbuhan
Menurut pendapat beberapa orang, tanaman ini biasa digunakan untuk mengusir nyamuk, baik didalam ruangan maupun di pekarangan. Oleh masyarakat
Papua, tanaman ini sudah lama digunakan sebagai penghalau serangga, khususnya nyamuk. Kenyataan ini juga diperkuat oleh beberapa literatur yang menyebutkan
bahwa tanaman ini menghasilkan aroma yang cukup tajam yang diduga disebabkan oleh kandungan evodiamine dan rutaecarpine sehingga tidak disukai
serangga. Daun zodia terasa pahit, kadang-kadang digunakan sebagai obat
tradisional, antara lain sebagai tonik untuk menambah stamina tubuh, sementara rebusan kulit batangnya bermanfaat sebagai pereda demam malaria.
Kardinan,2007.
2.2 Uraian Kimia 2.2.1 Alkaloid
Alkaloid dapat didefenisikan sebagai senyawa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen heterosiklis, bereaksi alkali, dan pada dosis tertentu dapat
memberikan aktivitas farmakologi Tyler dkk, 1976.
Universitas Sumatera Utara
Alkaloid adalah golongan senyawa yang dari segi kimia bersifat homogen, mengandung nitrogen, yang sering kali terdapat dalam cincin heterosiklik dan
bersifat basa Robinson,1995. Biasanya alkaloid dalam tumbuhan terdapat sebagai garam yang larut
dalam air, sehingga dalam pembuatan ekstrak kasar dengan alkohol-air akan ikut tersari dan dapat diuji dengan reaksi pengendapan alkaloid. Pada analisis senyawa
alkaloid harus diingat adanya senyawa lain yang memberikan hasil positif sehingga perlu dilakukan pemurnian untuk memisahkan pengotor Fransworth,
1966.
2.2.2 Glikosida
Glikosoida adalah suatu senyawa yang bila dihidrolisis menghasilkan komponen gula yang disebut glikon dan komponen non gula yang disebut aglikon
Tyler, dkk, 1976. Berdasarkan atom penghubung bagian gula glikon dan bukan gula
aglikon, maka glikosida dapat dibedakan menjadi: 1.
C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 2.
N-glikosida, jika atom N menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 3.
O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 4.
S-glikosida, jika atom S menghubungkan bagian glikon dan aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida ialah glukosa Robinson,1995,
Tyler, dkk,1976.
2.2.3 Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dengan air. Saponin diberi nama demikian karena sifatnya yang
Universitas Sumatera Utara
menyerupai sabun. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba Robinson, 1995.
Dikenal dua jenis saponin, yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid. Kedua saponin ini larut dalm air dan etanol, tetapi tidak larut
dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim Robinson,1995.
2.2.4 SteroidaTerpenoida
Steroida adalah triterpenoida yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantrena. Steroida dibentuk secara biosintesis dari
isopentil pirofosfat isoprene aktif seperti biosintesis terpenoid Tyler,1976. Inti steroid sama seperti inti triterpenoida tetrasiklik. Steroida alcohol
biasanya dinamakan dengan ‘sterol’, tetapi Karena praktis semua steroida tumbuhan berupa alkohol sering kali semuanya disebut sterol. Dahulu sterol
terutama dianggap sebagai senyawa satwa sebagai hormone kelamin, asam empedu, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut
yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan Harborne,1987. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol,
aldehid atau asam karboksilat. Merupakan senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan optis aktif. Uji yang banyak dilakukan
ialah reaksi Lieberman-Bouchardat asetat anhidrida-H
2
SO
4
pekat dimana kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna biru-hijau Harborne,1987.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Tanin
Tanin adalah senyawa turunan fenol, terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu
Harborne, 1987. Tanin dalam air membentuk koloid, larut dalam alcohol dan aseton.
Seperti halnya semua fenol, tanin dapat bereaksi dengan ferri klorida, dapat diendapkan dengan garam logam berat dan gelatin Bruneton, 1995.
Tanin adalah senyawa yang berasal dai tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung-silang
protein. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospemae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tannin tidak berbentuk kristal, dengan air
membentuk larutan koloid yang bereaksi asam dan mempunyai rasa sepat yang tajam. Tannin menyebabkan pengendapan larutan gelatin dan alkaloid,
membentuk warna biru atau hijau kehitaman dengan garam-garam besi Harborne,1987.
Menurut Tyler 1976 ada dua jenis tannin yaitu: 1.
Tanin Pirokatekol Tanin pirokatekol membentuk warna hijau dengan FeCl
3
dan membentuk endapan dengan bromine
2. Tanin Pirogalol
Tanin pirogalol membentuk warna biru dengan FeCl
3
dan tidak membentuk dengan bromine Tyler,1976.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Flavonoida
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan yang ditemukan sebagai flavon, flavonol, isoflavon, flavonon, katekin, leukoantosianidin, antosianin, auron, dan
kalkon Fransworth, 1966; Robinson, 1995. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai suatu deretan senyawa C
6
- C
3
-C
6
, dimana kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C
6
yang disambungkan
oleh rantai alifatik tiga karbon Robinson, 1995.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti
rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan
kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas.
Universitas Sumatera Utara
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
kandungan yang diinginkan. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai
berikut: 1.
Selektifitas 2.
Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut 3.
Ekonomis 4.
Ramah lingkungan 5.
Keamanan Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan cara:
1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut a.
Cara Dingin Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya. Perkolasi
Universitas Sumatera Utara
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Perkolasi diteruskan sampai 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa.
b. Cara Panas
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekastraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatife konstan dengan adanya pendingin balik. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50 C.
Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C
selama waktu tertentu 15-20 menit.
Universitas Sumatera Utara
Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
didih air. 2. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap minyak atsiri dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial
senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinue sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran senyawa
kandungan menguap ikut terdestilasi menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian Depkes, 2000.
2.4 Nyamuk