Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Metode Penelitian

5 sebagai daftar pertanyaan atau kuisioner. Objek penelitian adalah kekerabatan bahasa Batak Toba dengan Batak Simalungun selanjutnya disebut BBT dan BBS. Adapun alasan kekerabatan bahasa tersebut dijadikan sebagai objek penelitian karena ditinjau dari segi geografis dan jarak yang berdekatan tetapi memiliki perbedaan dan persamaan dilihat dari kata kerabatnya. BBT dan BBS adalah bahasa yang berbeda. Peneliti tertarik meneliti tingkat kekerabatan berdasarkan persamaan dan perbedaan fonologinya dan waktu pisah. Selain itu juga menurut penulis belum ada yang meneliti kekerabatan bahasa Batak Toba dengan Batak Simalungun.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah tingkat kekerabatan bahasa Batak Toba dengan Batak Simalungun berdasarkan perbedaan dan persamaan fonologinya? 2. Kapankah waktu pisah bahasa Batak Toba dengan Batak Simalungun?

1.3 Batasan Masalah

Sebuah penelitian haruslah memiliki batasan masalah agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini Kekerabatan bahasa Batak Toba dengan Batak Simalungun, peneliti membatasi daerah penelitian yaitu di Desa Siranggiting Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara dan Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara 6

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bagaimana tingkat kekerabatan bahasa Batak Toba di Desa Siranggiting Kecamatan Sipahutar dan Batak Simalungun di Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. 2. Mendeskripsikan kapan waktu pisah Batak Toba di Desa Siranggiting Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara dan Batak Simalungun di Desa Dolog Huluan Kabupaten Simalungun Kecamatan Raya Propinsi Sumatera Utara. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis 1. Memperkenalkan bahasa Batak Toba dan Batak Simalungun kepada masyarakat luas sebagai salah satu bahasa daerah yang menjadi aset budaya. 2. Melakukan pelestarian, pembinaan, dan pengembangan salah satu bahasa nusantara yaitu bahasa Batak Toba dan Batak Simalungun.

1.5.2 Manfaat Praktis 1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang kekerabatan bahasa

Batak Toba dengan Batak Simalungun ditinjau dari masyarakat pengguna bahasa itu sendiri dan juga sebagai pelestarian bahasa daerah. Universitas Sumatera Utara 7 2. Menjadi masukan bagi peneiti lain dalam mengkaji lebih lanjut mengenai waktu pisah bahasa kerabat tersebut dan persaman dan perbedaan bahasa Batak Toba dengan Batak Simalungun untuk masyarakat luas. Universitas Sumatera Utara 8

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal –hal lain Alwi, dkk 2005 :558

2.1.1 Kekerabatan Bahasa

Kridalaksana 2008:116 dalam Kamus Linguistik mengatakan kekerabatan adalah hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber bahasa induk yang sama yang disebut bahasa purba. Kekerabatan dalam istilah linguistik diartikan sebagai hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber yang sama KBBI, 2008:23. Bahasa berkerabat adalah bahasa yang memiliki hubungan antara bahasa yang satu dengan yang lain. Hubungan ini bisa jadi merupakan asal dari induk yang sama sehingga terdapat kemiripan atau karena adanya ciri-ciri umum yang sama. Dalam hal bahasa, kemiripan ini terlihat dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis.

2.1.2 Tingkat Kekerabatan Bahasa 1 Hakikat Tingkat Kekerabatan

Tingkat kekerabatan menunjukkan adanya persamaan yang jelas antara kata -kata dari berbagai bahasadialek yang berbeda-beda melalui pengelompokan sesuai kategori tingkat kekerabatan, karena pada hakekatnya bahasa-bahasa itu Universitas Sumatera Utara 9 berhubungan satu dengan yang lain. Tingkat kekerabatan merupakan ukuran kedekatan antara satu bahasa dan bahasa yang lainnya. Tabel I Tingkat Kekerabatan Tingkatan Bahasa Waktu pisah dalam abad Prosentase kata kerabat Bahasa Language – 5 100 – 81 KeluargaFamily 5 – 25 81 – 36 Rumpun Stock 25 – 50 36 – 12 Mikrofilium 50 -75 12 – 4 Mesofilium 75 – 100 4 – 1 Makrofilium 100 – ke atas 1 – kurang dari 1 Sumber :Keraf 1991 : 135 2 Jenis Kekerabatan Keraf 1990:128 mengemukakan empat jenis kekerabatan bahasa. Sepasang bahasa akan dikatakan berkerabat apabila memenuhi salah satu indikator kekerabatan tersebut. Empat jenis kekerabatan yang dikemukakan oleh Keraf adalah sebagai berikut: a Identik Pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya sama betul, misalnya: Gloss Batak Toba Batak Simalungun saya au au ini on on siapa ise ise berapa sadia sadia Universitas Sumatera Utara 10 b Korespondensi Fonemis Bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal-balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut dianggap berkerabat. Gloss Batak Toba Batak Simalungun sini dison ijon sedikit saotik otik kapan andigan attigan c Kemiripan secara fonetis Bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kata dalam kedua bahasa itu mengandung korespondensi fonemis tetapi pasangan kata itu ternyata mengandung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat. Misalnya dalam bahasa Sikka dan Lio. Gloss Sikka Lio gigi niu ni’i kaki wai ha’i d Satu fonem berbeda Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Sedangkan dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu tidak Universitas Sumatera Utara 11 mengubah fonemnya, maka pasangan itu dapat ditetapkan sebagai kata kerabat asal segmennya cukup panjang. Gloss Batak Toba Batak Simalungun anjing biang baiang

2.1.3 Pendekatan Leksikostatistik

Salah satu pendekatan kajian linguistik historis komparatif adalah leksikostatistik. Leksikostatistik awal kehadirannya sekitar tahun 1950 oleh Morris Swadesh dan dibantu oleh Robert Less, yang dipergunakan untuk menetapkan kekerabatan bahasa-bahasa, membuat pengelompokan bahasa-bahasa sekerabat subgrouping, dan yang terakhir untuk menetapkan waktu berpencarnya bahasa-bahasa berkerabat dari bahasa purbanya dengan dasar kajian ilmu statistik terhadap kosa kata dasar basic vocabulary Ibrahim, 1984 : 63 dikutip dari skripsi Tandjung Balu, Aliando 2014: 10. Menurut Keraf 1991: 121 leksikostatistik adalah pengelompokan bahasa yang cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata leksikon secara statistik dan kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbendaan suatu bahasa dengan bahasa lain.

2.1.4 Korespondensi dan Variasi

Korespondensi adalah perubahan bunyi yang muncul secara teratur. Dari aspek linguistik , korespondensi terjadi dengan persyaratan lingkungan linguistik tertentu dan dari aspek geografi korespondensi terjadi pada daerah pengamatan yang sama. Universitas Sumatera Utara 12 Variasi adalah perubahan bunyi yang muncul secara sporadis tidak teratur. Dari segi linguistik, variasi terjadi bukan karena persyaratan linguistic tertentu dan dari segi geografi, variasi terjadi jika daerah sebaran geografisnya tidak sama 1995:29-33. Jauh sebelum ahli-ahli sanggup menetapkan tahap-tahap diferensial bahasa, Edward Sapir telah berhasil menentukan hubungan kronologis dari unsur- unsur kebudayaan dengan mempergunakan data-data linguistik. Penetapan itu didasarkan atas asumsi dasar basic assumption yang mengatakan bahwa perubahan bunyi dan pergeseran makna dalam suatu jangka waktu yang lama telah mengaburkan morfem asli Keraf 1991:122 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menarik simpulan bahwa leksikostatistik adalah suatu pendekatan untuk melakukan pengelompokan bahasa dan mengetahui persentase kekerabatan dan usia bahasa dari tingkat kemiripan dan kesamaan bahasa-bahasa yang diteliti.

2.1.5 Bahasa Batak Toba

Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang masih dilestarikan dan digunakan secara luas oleh penuturnya. Bahasa ini digunakan untuk berinteraksi dengan masyarakat yang juga menggunakan bahasa Batak Toba untuk berkomunikasi dengan kehidupan sehari-hari. Bahasa Batak Toba masih digunakan oleh penuturnya hingga sekarang. Suku Batak Toba bertempat tinggal di sebagian besar di Tapanuli Utara, Tarutung. Universitas Sumatera Utara 13

2.1.6 Bahasa Batak Simalungun

Batak Simalungun adalah salah suku batak yang berada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan tiga marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga-marga nama keluarga tersebut menjadi empat marga besar di Simalungun. Masyarakat Simalungun menggunakan Bahasa Simalungun dalam kehidupan sehari-hari. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Linguistik Historis Komparatif Linguistik Historis Komparatif adalah suatu cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Linguistik Bandingan historis pertama-tama merupakan sebuah cabang ilmu bahasa yang membandingkan bahasa-bahasa yang tidak memiliki data-data tertulis atau suatu cabang ilmu bahasa yang lebih menekankan teknik dalam prasejarah bahasa. Bahasa adalah suatu alat pada manusia untuk menyatukan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara bersama-sama. Tujuan Linguistik Bandingan Historis adalah untuk mempersoalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsur-unsur yang menunjukkan kekerabatannya, mengadakan rekonstruksi bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa purba bahasa proto bahasa yang Universitas Sumatera Utara 14 menurunkan bahasa kontemporer dan mengadakan pengelompokan sub- grouping atau bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa Keraf 1991:22-23. Selain itu, kajian historis juga membicarakan tingkat kekerabatan bahasa secara fonetis serta perubahan-perubahannya lewat korespondensi bunyi dan variasi bunyi yang terdapat dalam bahasa-bahasa yang berkerabat menetapkan waktu pisah bahasa-bahasa yang dibicarakan, juga memperkirakan waktu pisah kedua bahasa tersebut dan persamaan dan perbedaan leksikon kosakata melalui metode-metode tertentu.

2.2.2 Perubahan Bunyi

Perubahan bunyi yang muncul secara teratur disebut korespondensi, sedangkan perubahan bunyi yang muncul secara sporadis disebut variasi Mahsun, 1995:28. Variasi bunyi dapat berupa perubahan dari yang sama menjadi berbeda, dari yang berbeda menjadi sama. Perubahan bunyi yang tergolong variasi adalah: 1.Asimilasi Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi dari dua fonem yang berbeda dalam bahasa proto yang mengalami perubahan bahasa sekarang menjadi fonem yang sama. Penyamaan kedua fonem itu dapat berwujud fonem yang mendahului disamakan dengan fonem yang menyusulnya atau fonem kedua disamakan dengan fonem yang mendahuluinya. Bila fonem yang mengalami perubahan itu terletak sebelum fonem yang mempengaruhinya, maka perubahan itu disebut asimilasi regresif. Bila fonem berikutnya yang berubah dan Universitas Sumatera Utara 15 disesuaikan dengan fonem sebelumnya maka asimilasi semacam itu disebut asimilasi progresif. Melihat sifat penyamaan yang terjadi maka asimilasi dapat dibedakan asimilasi total dan asimilasi parsial. Asimilasi total terjadi bila kedua bunyi disamakan secara identik. Sebaliknya bila hanya sebagian ciri artikulatoris atau fonetis yang disamakan maka akan diperoleh asimilasi parsial. Dalam bahasa Batak Toba dan Batak Simalungun misalnya banyak terjadi asimilasi bunyi. Contoh: Glos Batak Toba Batak Simalungun Asimilasinya Panjang Ganjang Gajjang nj menjadi jj Sempit Sompit Soppit mp menjadi pp

3. Disimilasi

Verhaar 1996:86 menyatakan bahwa disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda.Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi. Jika asimilasi perubahan yang tidak sama menjadi sama, dalam disimilasi perubahan bunyi terjadi dari yang sama menjadi tidak sama. Dalam bahasa Proto Austronesia PAN Batak Toba dan Batak Simalungun hal ini terjadi: Universitas Sumatera Utara 16 Contoh: Batak Toba dan Batak Simalungun Glos Batak Toba Disimilasinya kapan andingan addigan sakit hancit haccit Glos Batak Simalungun Disimilasinya licin landit laddit rambut jambulan jabbulan

3. Metatesis

Metatesis merupakan perubahan bunyi yang berkaitan dengan perubahan letak bunyi-bunyi bahasa. Perubahan letak bunyi-bunyi ini akan menghasilkan kata-kata yang berbeda, tetapi masih berada dalam lingkup makna yang sama atau mirip seperti dalam kata-kata Indonesia atau Melayu berikut: rontal lontar peluk pekul beting tebing

2.2.3 Tinjauan Pustaka

Balu 2014 dalam skripsinya “Kekerabatan Bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak di Kota Luwuk Provinsi Sulawesi Tengah” menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Teknik yang dipakai adalah teknik cakap, teknit rekam, dan teknik catat. Teori yang digunakan adalah linguistik historis komparatif dengan menggunakan daftar kosa kata Swades yang Universitas Sumatera Utara 17 berjumlah dua ratus kata. Hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata bahasa Banggai dan bahasa Saluan, bahasa Banggai dan bahasa Balantak serta bahasa Saluan dan bahasa Balantak mempunyai hubungan kekerabatan pada tingkat keluarga bahasa, yang diberi nama keluarga bahasa Banggai Saluan Balantak dan ketiganya memiliki induk moyang bahasa yang sama, yang diberi nama Protobahasa Banggai Saluan Balantak. Namun, jika di lihat dari persentase kekerabatan, bahasa Saluan dan bahasa Balantak memiliki hubungan yang lebih dekat daripada hubungan masing masing kedua bahasa itu dengan bahasa Banggai, sehingga secara hipotesis dapat dikatakan bahwa bahasa Saluan dan bahasa Balantak berasal dari satu subkeluarga bahasa, yakni subkeluarga Protobahasa Saluan Balantak. Berpisahnya bahasa Banggai dan bahasa Saluan terjadi 2230 tahun + 230 tahun, artinya di antara 2230 + 230 tahun dan 2230- 230 tahun yang lalu. Berpisahnya bahasa Banggai dan bahasa Balantak terjadi 2170 tahun + 230 tahun, artinya di antara 2170 + 230 tahun dan 2170-230 tahun yang lalu. Berpisahnya bahasa Saluan dan bahasa Balantak terjadi 1780 tahun +190 tahun, artinya di antara 1780+190 tahun dan 1780-190 tahun yang lalu 1991:50-51. Tulisan ini memberikan sumbangan bagi penulis dalam memahami cara kerja tingkat kekerabatan bahasa. Meliana 2013 dalam skripsinya “Kekerabatan Bahasa Batak Toba Dengan Batak Mandailing” menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Teknik yang digunakan adalah teknik leksikostatistik dan glotokonologi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pancing, teknik lanjut catat, dan teknik rekam. Teori yang digunakan adalah Linguistik Historis Komparatif dengan menggunakan daftar kosakata Swades yang Universitas Sumatera Utara 18 berjumlah dua ratus kata. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Berdasarkan perhitungan teknik leksikostatistik dari dua ratus kosakata Swadesh bahasa Batak Toba dengan bahasa Batak Mandailing terdiri atas 128 kosa kata kerabat dan 78 kosakata tidak berkerabat. Persentase kekerabatan kedua bahasa tersebut adalah 64. Hubungan antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Batak Mandailing dapat ditetapkan sebagai bahasa yang berasal dari satu sub keluarga. 2. Berdasarkan perhitungan teknik glotokronologi, waktu pisah antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Batak Mandailing adalah 1.207 tahun yang lalu terhitung dari tahun 2013. Bukti- bukti korespondensi bunyi antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Batak Mandailing berdasarkan kosakata Swadesh dapat dilihat dalam beberapa kriteria, 86 kata pasangan identik, 16 kata satu fonem berbeda, 11 kata aferesis, satu kata unpacking, dua kata kluster reduksi, satu kata kompresi, dua kata fusi, dua kata protesis, dua kata kemiripan secara fonetis, dua kata korespondensi fonemis, dua kata ekresence, satu kata disimilasi, dan 72 kata yang tidak berkerabat. Jadi, total kosakata kerabat adalah 128 kata. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi penulis tentang kategori – kategori tentang tingkatatan kekerabatan bahasa. Juliana 2012 dalam tesisnya “Kekerabatan Bahasa Batak, Bahasa Nias, dan Bahasa Melayu” mempunyai kekerabatan bahasa dibahas dalam Linguistik Historis Komparatif. Pada linguistik historis komparatif bahasa-bahasa dibandingkan satu dengan yang lain guna mengetahui tingkat kekerabatannya. Bahasa Nias, bahasa Batak, dan bahasa Melayu merupakan bahasa-bahasa yang hidup berdekatan secara geografi sehingga diasumsikan memiliki kekerabatan yang erat. Pada kenyataannya, ketiga bahasa ini memiliki perbedaan yang cukup Universitas Sumatera Utara 19 jauh sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kekerabatannya. Kekerabatan bahasa dapat diketahui dengan teknik leksikostatistik. Dalam leksikostatistik, kekerabatan bahasa dilihat berdasarkan persamaan bunyi-bunyi yang ada dalam leksikon yang muncul pada bahasa-bahasa tersebut. Kemiripan secara fonetis ini akan menjadi dasar apakah sebuah kata dalam satu bahasa memiliki hubungan dengan bahasa yang lain. Indikator yang digunakan untuk menentukan kata berkerabat adalah kosa kata dasar yang disebut kosa kata dasar Swadesh yang berjumlah dua ratus kosa kata yang dianggap ada pada semua bahasa di dunia. Dengan menggunakan teknik ini diketahui bahwa dari ketiga bahasa yang dibandingkan, hubungan kekerabatan yang paling erat terdapat pada bahasa Batak dengan bahasa Melayu selanjutnya bahasa Batak dengan bahasa Nias, dan hubungan kekerabatan yang paling renggang adalah bahasa Nias dengan bahasa Melayu. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi penulis dalam memahami dan mengaplikasikan cara kerja tingkat kekerabatan dilihat dari waktu pisah dan jangka kesalahannya dengan menggunakan rumus leksikostatistik. Novita 2012 dalam skripsinya “Leksikostatistik bahasa Aceh, bahasa alas ,dan bahasa Gayo: Kajian Linguistik Historis Komparatif” mengkaji bahasa Aceh, bahasa Alas, dan bahasa Gayo yang termasuk ke dalam rumpun Austronesia atau Melayu Polinesia. Asumsi mengenai kekerabatan ketiga bahasa yakni pada kenyataan adanya kesamaan dan kemiripan dalam bentuk dan makna yang merupakan pantulan dari warisan sejarah yang sama. Hubungan kekerabatan dan waktu pisah antara bahasa Aceh, bahasa Alas, dan bahasa Gayo dalam penelitian ini dikaji dengan menggunakan metode pengelompokan bahasa serta teknik leksikostatistik. Tahap pertama mengumpulkan dua ratus kosakata Universitas Sumatera Utara 20 dasar yang disusun oleh Morris Swades. Metode yang digunakan dalam penyediaan data ini adalah metode referensial sedangkan teknik yang digunakan teknik catat. Kedua, menetapkan pasangan-pasangan mana dari ketiga bahasa tadi yang merupakan bahasa kerabat cognate. Ketiga, menghitung usia dan waktu pisah ketiga bahasa. Keempat, menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan waktu pisah yang lebih tepat. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahasa Aceh, bahasa Alas, dan bahasa Gayo termasuk dalam kategori keluarga family bahasa. Persentase kata kerabat bahasa Aceh dan bahasa Alas sebesar 53, bahasa Aceh dan bahasa Gayo sebesar 57, bahasa Alas dan bahasa Gayo sebesar 62. Bahasa Aceh dan bahasa Alas merupakan bahasa tunggal pada 1590-1336 tahun yang lalu, diperkirakan mulai berpisah dari bahasa Proto kira-kira tahun 422-676 M. Bahasa Aceh dan bahasa Gayo merupakan bahasa tunggal pada 1411-1177 tahun yang lalu, diperkirakan mulai berpisah dari bahasa Proto kira-kira tahun 601-835 M. Bahasa Alas dan bahasa Gayo merupakan bahasa tunggal pada 1207- 995 tahun yang lalu, diperkirakan mulai berpisah dari bahasa Proto kira-kira tahun 805-1017 M dihitung pada tahun 2012. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi penulis dalam memahami tingkat persentase kekerabatan bahasa. Nursirwan 2012, dalam skripsinya “Klasifikasi Leksikostatistik Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Deli, dan Bahasa Pakpak Dairi” menggunakan adalah metode leksikostatistik. Adapun teknik-teknik yang digunakan adalah: 1 Mendaftar glos sebanyak tiga ratus kata dalam hal pengumpulan data. 2 Menetapkan kata kerabat yang memiliki hubungan genetis. 3 Membuat presentase kekerabatan. 4 Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang tepat. 5 Menghubungkan presentase Universitas Sumatera Utara 21 kekerabatan dengan kategori tingkat kekerabatan bahasa sebagai satu bahasa, keluarga bahasa, rumpun bahasa, mikrofilium, mesofilium atau makrofilium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis untuk mengetahui usia ketiga bahasa, yaitu bahasa Melayu Langkat dan bahasa Melayu Deli merupakan bahasa tunggal pada 216 ± 48 tahun yang lalu atau berpisah dari bahasa proto antara tahun 1748-1844 Masehi dihitung dari tahun 2012, bahasa Melayu Langkat dan bahasa Dairi Pakpak merupakan bahasa tunggal pada 2354 ± 184 tahun yang lalu atau berpisah dari bahasa proto antara tahun 526-58 SM dihitung dari tahun 2012, dan bahasa Melayu Deli dan bahasa Pakpak Dairi merupakan bahasa tunggal pada 2.486 ± 196 tahun yang lalu atau berpisah dari bahasa proto antara tahun 670-278 SM dihitung dari tahun 2012. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi penulis dalam memahami cara kerja kekerabatan bahasa. Sinaga 2007 dalam skripsinya “Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Sim alungun dengan Bahasa Karo” menggunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan metode leksikostatistik, metode wawancara, metode kepustakaan, dan metode observasi dengan teknik rekam dan teknik catat. Teori yang digunakan adalah teori linguistik dengan menggunakan daftar kosakata Swades yang berjumlah 200 kata. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa presentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan yang sisa yaitu dua ratus kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak diperhitungkan karena kosong atau pinjaman. Dari dua ratus kata untuk bahasa Simalungun dan bahasa Karo hanya terdapat 197 pasangan yang lengkap, tiga gloss tidak mempunyai pasangan. Dari 197 pasangan yang ada terdapat 116 pasangan kata kerabat, atau hanya 58 kata kerabat. Penelitian ini Universitas Sumatera Utara 22 memberikan sumbangan bagi penulis dalam bahasa- bahasa yang tidak berkerabat ditinjau dari leksikostatistik. Indriani 2007 dalam skripsinya “Leksikostatistik Bahasa Batak Toba dengan Pakpak Dair i” dengan menggunakan teori Linguistik Historis Komparatif dengan menggunakan kosakata Mahsun yang berjumlah 809 kata. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan teknik leksikostatistik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi yang diperoleh dari objek penelitian yaitu di daerah Samosir dan Dairi maka, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1 Bahasa merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya. 2 Bahasa selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan pengaruh yang di dapat dari lingkungan. 3 Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata - kata leksikon secara statistik, kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. 4 Dari 809 kosakata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi hanya 736 pasangan yang lengkap, 73 tidak mempunyai pasangan, dari 736 terdapat 305 pasangan kata kerabat atau hanya 37,70 kata kerabat. 5 Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi diperkirakan suatu bahasa tunggal sekitar 2,3 ribuan tahun yang lalu. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi diperkirakan mulai pisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad III sebelum masehi. 6 Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi merupakan bahasa Universitas Sumatera Utara 23 tunggal pada 2.260 + 60 tahun yang lalu. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 320-200 sebelum masehi dihitung dari tahun 2000. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memahami cara kerja kekerabatan tersebut dilihat dari menganalisis tingkat kekerabatan bahasa. Universitas Sumatera Utara 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Siranggiting, Kabupaten Tapanuli Utara dan Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

3.1.2 Waktu Penelitin

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu mulai tanggal 30 oktober 2014 sampai 30 Desember 2014. 3.2 Sumber data Data, sumber data, dan objek penelitian memiliki pengertian yang berbeda. Sudaryanto dalam Mahsun 2005 :18-19 mengatakan bahwa data adalah bahan penelitian yaitu bahan jadi lawan dari bahan mentah yang ada karena pemilihan aneka macam tuturan bahan mentah. Sumber data diperoleh dari kosakata Swadesh berjumlah dua ratus kata dasar yang diterjemahkan oleh informan pada masing-masing bahasa. Selain itu, digunakan bahan-bahan kepustakaan beupa buku, skripsi, tesis dan lain-lain yang berkaitan dengan linguistik historis komparatif. Penelitian ini menggunakan informan dari dua bahasa yaitu bahasa Batak Toba dan Batak Simalungun masing-masing sebanyak 3 orang, satu sebagai informan utama dan dua orang sebagai informan Universitas Sumatera Utara 25 pembanding. Adapun kriteria informan yang digunakan sesuai dengan kriteria informan oleh Mahsun 1995 :106 yaitu sebagai berikut: 1. Berjenis kelamin pria atau wanita 2. Berusia antara 25-65 tahun tidak pikun 3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya. 4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar SD-SLTP 5. Bersatutus sosial menengah 6. Pekerjaan bertani atau buruh 7. Dapat berbahasa Indonesia; dan 8. Sehat jasmani dan rohani tidak cacat berbahasa, memiliki pendengaran tajam, dan tidak gila atau pikun.

3.3 Metode Penelitian

Suatu penelitian akan dikatakan berhasil apabila menggunakan metode yang relevan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode leksikostatistik, metode glotokronologi, dan metode komparatif. Menurut Keraf 1991:121 leksikostatistik adalah pengelompokan bahasa yang cenderung mengutamakan peneropongan kata-kataleksikon secara statistika untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Berdasarkan pendapat tersebut, maka melalui penelitian ini akan terlihat penggambaran teknik leksikostatistik dengan menggunakan rumus perhitungan tingkat kekerabatan. Glotokronologi adalah suatu teknik dalam linguistik historis Universitas Sumatera Utara 26 yang berusaha mengadakan pengelompokan dengan lebih mengutamakan waktu time depth atau penghitungan bahasa-bahasa berkerabat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan terlebih dahulu kemudian pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh fakta mengenai persentase tingkat kekerabatan bahasa dan waktu pisah Batak Toba dengan Batak Simalungun. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan baik secara komparatif protobahasanya juga digunakan untuk mencari hukum bunyi perubahan fonem diantara bahasa-bahasa yang diteliti. Metode komparatif merupakan metode utama dalam bidang historis komparatif karena dengan menggunakan metode ini dapat ditelusuri perkembangan bahasa-bahasa yang diteliti, baik melalui perbandingan data yang aktual maupun data masa lalu Crowley, 1997:89. Metode komparatif ini disejajarkan dengan metode padan, teknik hubung banding menyamakan dan hubung banding membedakan, yang dibedakan dan disamakan adalah leksikon- leksikon yang memiliki kesamaan dan perbedaan dari segi fonologinya karena itu metode padan yang tepat dalam hal ini adalah metode padan artikulatoris karena yang disoroti adalah bunyi-bunyi bahasa dari fonologi Sudaryanto 1991:95. Universitas Sumatera Utara 27 3.4 Teknik Penelitian 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data