Tabel 7. Analisis Hasil Pengukuran SAR Tipe Minor pada Saat Pemeriksaan, Kontrol Pertama, Kontrol Kedua dan Kontrol Ketiga dengan Pemberian Gel Ekstrak
Kunyit pada Pasien SAR Tipe Minor Menggunakan Friedman Test dan Wilcoxon Signed Ranks Test
= signifikan
4.2.3 Skala Rasa Sakit
Pada saat pemeriksaan dijumpai skala rasa sakit dengan nilai median yang dialami 16 pasien adalah 5,00. Setelah dilakukan perlakuan terjadi pengurangan skala
rasa sakit pada ulser yaitu pada kontrol pertama median skala rasa sakit yang dialami pasien adalah 3,00, kontrol kedua 0,50 dan kontrol ketiga 0,00. Data distribusi dan
frekuensi median skala rasa sakit pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi dan Frekuensi Median Skala Rasa Sakit pada Saat Pemeriksaan, Kontrol Pertama, Kontrol Kedua dan Kontrol Ketiga dengan Pemberian Gel
Ekstrak Kunyit pada Pasien SAR Tipe Minor
Skala Rasa Sakit Median
Pemeriksaan 5,00
Kontrol Pertama 3,00
Kontrol Kedua 0,50
Kontrol Ketiga 0,00
No Ukuran Ulser
Median ± Interquartile Range Nilai P
1. Pretest
Post1 4,00 ± 1,8
0,001
2. Post1
Post2 3,00 ± 1,4
0,001
3. Post2
Post3 1,75 ± 1,5
0,001
Analisis skala rasa sakit dengan uji statistik menggunakan Friedman Test dan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai p=0,001 p0,05, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan pada skala rasa sakit SAR tipe minor pada saat pemeriksaan, kontrol pertama, kontrol kedua dan kontrol ketiga setelah diberikan gel
ekstrak kunyit pada pasien SAR tipe minor selama tiga hari. Berdasarkan uji tersebut didapatkan hasil bahwa gel ekstrak kunyit dapat mengurangi rasa sakit pada SAR tipe
minor dengan penurunan skala Median ± Interquartile Range selama tiga hari Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Hasil Skala Rasa Sakit SAR Tipe Minor pada Saat Pemeriksaan, Kontrol Pertama, Kontrol Kedua dan Kontrol Ketiga dengan Pemberian Gel
Ekstrak Kunyit pada Pasien SAR Tipe Minor Menggunakan Friedman Test dan Wilcoxon Signed Ranks Test.
= signifikan
No Skala Rasa Sakit
Median ± Interquartile Range Nilai P
1. Pretest
Post1 5,00 ± 2,00
0,001
2. Post1
Post2 3,00 ± 1,00
0,001
3. Post2
Post3 0,50 ± 1,00
0,014
BAB 5 PEMBAHASAN
Stomatitis aftosa rekuren SAR merupakan salah satu jenis ulser inflamatif pada mukosa rongga mulut yang paling umum terjadi. Stomatitis aftosa rekuren
terjadi berulang dengan ulser berbentuk oval atau bulat.
2,3
Penelitian ini melibatkan 16 orang pasien yang berkunjung ke RSGM USU yang menderita SAR tipe minor.
Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 16 orang, dimana 13 orang 81,2 berjenis kelamin wanita dan 3 orang 18,8 merupakan pria. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang diungkapkan oleh Patil, dkk 2013 bahwa SAR lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan pria yang disebabkan peningkatan kadar kortisol dalam
saliva yang merupakan salah satu faktor pemicu SAR. Wanita lebih rentan terhadap stres dan situasi emosi yang dapat mempengaruhi respon kekebalan tubuh mereka.
31
SAR tipe minor dalam penelitian ini banyak terjadi pada pasien yang berusia 22 tahun yaitu sebanyak 7 pasien 43,8 dari 16 pasien yang terlibat dalam
penelitian ini karena sebagian besar adalah mahasiswa. Pasien yang paling sedikit mengalami lesi SAR adalah pada usia 18 tahun dan 19 tahun sebanyak 1 pasien
6,2 pada masing-masing usia. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang diungkapkan oleh Agustiar 2002 bahwa SAR sering terjadi pada usia 21-41 tahun.
32
Disamping itu, penelitian ini sesuai dengan penelitian yang diungkapkan oleh Abdullah, dkk 2012 bahwa SAR sering terjadi pada usia 20-29 tahun.
33
Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Bruch bahwa SAR mulai terjadi dekade
kedua, terus meningkat dan menurun pada dekade keempat.
34
SAR dapat terjadi pada berbagai lokasi di rongga mulut terutama pada mukosa labial, mukosa bukal, lateral lidah dan dasar mulut.
17
Pada penelitian ini dijumpai lokasi yang paling sering dijumpai SAR adalah pada mukosa labial yaitu 11
pasien dan diikuti mukosa bukal sebanyak 5 pasien dan sama sekali tidak ada dijumpai pada lateral lidah dan dasar mulut. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang diungkapkan oleh Al-Saffar 2005 bahwa SAR lebih sering ditemukan pada
mukosa labial atas dan bawah diikuti mukosa bukal karena mukosa tersebut tidak berkeratin.
6
Gambaran klinis SAR sering dijumpai adanya eritema halo yang mengelilingi SAR. Eritema halo merupakan batas pinggiran SAR yang berwarna
merah yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh kapiler darah yang bersifat reversibel. Pada penelitian ini dijumpai adanya 16 pasien eritema halo pada saat
pemeriksaan, 7 pasien eritema halo pada kontrol pertama, 2 pasien eritema halo pada kontrol kedua, dan 1 pasien eritema halo pada kontrol ketiga. Jumlah pasien yang
memperlihatkan eritema halo mengalami penurunan seiring dengan pemberian gel ekstrak kunyit setiap harinya selama tiga hari.
Pada analisis bivariat dalam penelitian ini jelas dapat dilihat analisis eritema halo dengan uji statistik menggunakan Friedman Test dan Wilcoxon Signed Ranks
Test menunjukkan nilai p=0,003 p0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada eritema halo SAR tipe minor pada saat pemeriksaan dan kontrol pertama.
Analisis kontrol pertama dan kontrol kedua menunjukkan nilai p=0,025 p0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan hasil yang lebih baik daripada
kontrol pertama. Pada kontrol kedua dan kontrol ketiga setelah diberikan gel ekstrak kunyit pada pasien SAR tipe minor selama tiga hari telah menunjukkan nilai p=0,317
p0,05, artinya tidak ada perbedaan signifikan tetapi pada kontrol ketiga sebanyak 15 pasien tidak menunjukkan eritema halo. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Halim, dkk 2013 menyatakan bahwa kurkumin mempercepat proses penyembuhan ulser yang sebelumnya menimbulkan warna kemerahan disekeliling
ulser eritema halo dengan meningkatkan proliferasi sel dan sintesis kolagen pada ulser, sebagaimana dibuktikan oleh peningkatan DNA deoxyribonucleic acid, total
protein dan kolagen tipe III dalam jaringan luka.
1
Hasil analisis pengukuran besar ulser pada saat pemeriksaan, kontrol pertama, kontrol kedua dan kontrol ketiga memperlihatkan adanya pengurangan
median ± interquartile range ukuran ulser setelah dilakukan pengobatan menggunakan gel ekstrak kunyit yaitu 3,00 ± 1,4 mm pada kontrol hari pertama, 1,75
± 1,5 mm pada kontrol hari kedua, dan 0,00 ± 1,4 mm pada kontrol hari ketiga. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deshmukh, dkk 2014 yaitu kurkumin dapat mengurangi ukuran ulser dengan penyembuhan sempurna 0 mm
selama tujuh hari.
2
Hal ini dikarenakan gel ekstrak kunyit berfungsi sebagai covering agent, dimana gel ekstrak kunyit mempunyai viskositas tinggi kental sehingga
ekstrak kunyit melekat pada ulser.
2,3
Proses penyembuhan tidak terganggu dan ulser cepat sembuh. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Saffar 2005 menunjukkan bahwa
kurkumin adalah antioksidan yang kuat daripada vitamin E dan membantu jaringan yang rusak lebih cepat melakukan perbaikan.
6
Aktivitas antibakteri dalam kunyit dapat mencegah pertumbuhan bakteri pada ulser SAR.
2
Analisis ukuran SAR tipe minor dengan uji statistik menggunakan Friedman Test dan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai p=0,001 p0,05,
artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada ukuran SAR tipe minor pada saat pemeriksaan, kontrol pertama, kontrol kedua dan kontrol ketiga setelah diberikan gel
ekstrak kunyit pada pasien SAR tipe minor selama tiga hari dengan nilai median ± interquartile range. Pada penelitian ini dapat diketahui 9 orang pasien telah sembuh
sempura dalam 3 hari pengobatan. Hal ini jelas diketahui bahwa gel ekstrak kunyit dapat mempercepatkan penyembuhan SAR sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Deshmukh, dkk 2014 yaitu kurkumin dapat mengurangi proses inflamasi dengan menghambat kedua proses biosintesis prostaglandin dengan lebih
lanjut menghambat aktivitas siklooksigenase dan lipooxygenase dengan melepaskan leukotrien dan neutrofil yang berfungsi selama keadaan inflamasi.
2
Stomatitis aftosa rekuren sering menyebabkan ketidaknyamanan pada penderita akibat rasa sakit yang ditimbulkan. Rasa sakit merupakan perasaan nyeri
dan panas pada mukosa rongga mulut yang terkena SAR yang dapat diukur dengan skala rasa sakit yaitu 0-10, dimana 0 adalah tidak sakit sama sekali, dan seterusnya
sampai 10 adalah sangat sakit. Pada penelitian ini, median skala rasa sakit yang dialami pasien adalah 5,00 sakit sedang. Skala rasa sakit mengalami penurunan
setelah diberikan gel ekstrak kunyit, pada kontrol pertama median skala rasa sakit yang dialami pasien adalah 3,00 sakit ringan sampai sakit sedang, kontrol kedua
0,50 sakit ringan sampai tidak sakit sama sekali, dan pada kontrol ketiga tidak sakit
sama sekali. Hal tersebut menunjukkan bahwa gel ekstrak kunyit efektif mengkurangi rasa sakit yang disebabkan SAR yang dibuktikan dengan penurunan
skala median ± interquartile range selama tiga hari. Analisis skala rasa sakit dengan uji statistik menggunakan Friedman Test
dan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai p=0,001 p0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada skala rasa sakit SAR tipe minor pada saat
pemeriksaan, kontrol pertama, kontrol kedua dan kontrol ketiga setelah diberikan gel ekstrak kunyit pada pasien SAR tipe minor selama tiga hari. Berdasarkan uji tersebut
didapatkan hasil bahwa gel ekstrak kunyit dapat mengurangi rasa sakit pada SAR tipe minor dengan penurunan skala median ± interquartile range selama tiga hari Tabel
9. Pada penelitian ini, dapat diketahui 13 orang pasien sembuh dari rasa sakit dalam tiga hari pengobatan gel ekstrak kunyit. Hal ini sesuai dengan penelitian Manifar, dkk
2011 gel kurkumin secara signifikan mengurangi skala rasa sakit.
3
Kunyit berperan sebagai antiinflamasi yang relatif cepat mengurangi rasa nyeri, edema, dan
mengurangi produksi eksudat, mengurangi inflamasi dengan meningkatkan kadar epitelisasi.
1
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan