C. Prosedur Penelitian
Metoda penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metoda pendekatan rancangan secara umum yaitu pendekatan rancangan fungsional dan
rancangan stuktural.Tahap-tahap penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan
Setiap perancangan mesin harus disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Kebutuhan pemakai menjadi kriteria untuk menunjukan apakah mesin yang
dibuat memenuhi keinginan pemakai. Jika tidak memenuhi kehendak pengguna, maka mesin harus dimodifikasi. Pada mesin penyosoh biji hotong, proses
modifikasi dilakukan untuk mendapatkan kualitas penyosohan, efektivitas pemisahan sekam dan dedak, dan kapasitas mesin yang lebih baik daripada
sebelumnya.
2. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui masalah dan kesalahan pada struktur dan fungsi mesin yang menyebabkan mesin tidak memenuhi kriteria
pengguna. Pengujian awal dilakukan terhadap mesin. Biji hotong disosoh dengan menggunakan mesin penyosoh biji hotong yang ada. Mesin penyosoh juga
dibongkar agar dapat melihat komponen-komponen penyosoh secara jelas. Pengamatan kemudian dilakukan terhadap hasil penyosohan. Pengamatan juga
dilakukan terhadap komponen-komponen mesin
3. Pengkonsepan rancangan
Pada tahap ini akan dirancang komponen-komponen yang digunakan untuk membuat mekanisme penyosohan. Rancangan baru akan menggantikan
rancangan awal. Rancangan baru adalah solusi atas permasalahan-permasalahan yang terjadi pada rancangan awal. Rancangan mesin meliputi rancangan
fungsional dan struktural. Rancangan fungsional berkaitan dengan fungsi-fungsi komponen, sedangakan rancangan struktural berkenaan dengan rancangan bahan,
bentuk dan ukuran komponen. Rancangan mesin dibuat secara 2D dan 3D dengan menggunakan AUTOCAD.
4. Proses modifikasi dan perakitan mesin
Setelah rancangan mesin dikonsep, tahap selanjutnya adalah peroses pembuatan dan perakitan komponen mesin. Komponen yang dibuat harus sesuai
dengan rancangan mesin. Setelah komponen-komponen tersebut selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah perakitan komponen sehingga dapat membentuk
mekanisme penyosohan yang sesuai harapan.
5. Uji fungsi dan struktur
Pada uji fungsi, mesin penyosoh akan mengalami evaluasi. Setiap komponen akan diuji, apakah dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Pengujian
berupa pengamatan juga dilakukan secara struktur terhadap masing-masing komponen. Jika mesin telah bekerja sesuai dengan fungsi dan baik secara struktur
maka mesin penyosoh dapat diuji performansinya. Sebaliknya jika tidak memenuhi persyaratan maka akan kembali pada tahap pengkonsepan rancangan.
Pada tahap pengujian ini, biji hotong harus terlebih dahulu dikeringkan. Penyosohan biji hotong dilakukan pada biji hotong dengan kadar air yang sesuai
yakni sebesar 6.2. Ada empat sampel pengujian, dengan berat masing-masing sebesar 5 kg. Tiap sampel akan disosoh sebanyak dua kali atau dua kali ulangan.
Hasil pengulangan tiap satu sampel diukur kriteria uji performansinya. Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan data uji performansi tedahulu. Ada
beberapa kriteria pada uji performansi yang menjadi acuan bahwa mesin telah dirancang sesuai fungsinya. Kriteria tersebut yaitu:
1. Kapasitas penyosohan Kps = Wpk x 3600 Kps = kapasitas penyosohan kgjam
t Wpk = berat biji hotong pecah kulit kg
t = waktu penyosohan detik 2. Rendemen
ηp = Wpk x 100 ηp = rendemen penyosohan Wp
Wpk = berat biji hotong pecah kulit kg Wp = berat biji hotong yang dimasukkan
ke mesin penyosoh kg
3. Efektivitas pemisahan dedak dan sekam ηK = Wk
out
x 100 ηK = efektivitas pemisahan dedaksekam
Wk
in
Wk
out
= berat dedaksekam yang keluar lewat saluran pengeluaran gram
Wk
in
= berat dedaksekam keseluruhan gram
4. Susut tercecer Sts = WbTc x 100 Sts = susut tercecer
WbTs WbTc = berat biji tercecer gram
WbTs = berat biji keseluruhan hasil penyosohan gram
5. Kualitas penyosohan btk = WbTk x 100 btk = persentase biji tersosoh
WbTs WbTk = berat biji tersosoh gram
WbTs = berat biji keseluruhan hasil penyosohan gram
bttk = WbTTk x 100 bttk = persentase biji tidak tersosoh WbTs
WbTTk = berat biji tidak tersosoh gram
bpk = Wbp x 100 bpk = persentase biji pecah WbTs
Wbp = berat biji pecah gram
Menurut Sutanto 2006, dengan menggunakan mesin ini, hasil penyosohan biji hotong terbaik saat kadar air biji hotong sebesar 6.2.
Persentase biji hotong yang tersosoh sebesar 93, persentase biji hotong tidak tersosoh sebesar 3.03 , persentase biji hotong pecah sebesar 3.97, efektivitas
pemisahan sekamdedak sebesar 14.56 dan susut tercecer sebesar 5.83 . Data tersebut akan menjadi perbandingan dengan data hasil penyosohan setelah mesin
dimodifikasi.
IV. DISAIN MESIN