I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan adalah kebutuhan pokok manusia. Bahan pangan harus mengandung gizi bermanfaat bagi manusia. Manusia memanfaatkan gizi untuk
pertumbuhan, perbaikan sel-sel tubuh, sumber energi dan berbagai manfaat lainnya.
Sebagaian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok. Padahal saat ini produktivitas beras lebih rendah dibandingkan
tingkat konsumsi penduduk Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2002, tingkat konsumsi penduduk per kapita mencapai 123,55
kilogramkapitatahun. Dengan jumlah penduduk 210 juta jiwa, setiap tahun pemerintah harus menyediakan beras sekitar 25,2 juta ton dan harus dapat diakses
seluruh masyarakat baik secara fisik maupun ekonomi harga jualnya terjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dalam jangka panjang, masih tingginya
ketergantungan konsumsi pangan pokok masyarakat terhadap beras harus dihentikan atau paling tidak bisa dikurangi. Jika tidak, dikhawatirkan dapat
menggoyahkan ketahanan pangan nasional. Rendahnya produktivitas beras Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kondisi iklim yang tidak mendukung dalam penanaman tanaman padi, keterbatasan teknologi mulai dari prapanen sampai pascapanen beras, dan
berbagai masalah lainnya. Kekurangan pangan dapat menimbulkan berbagai penyakit dan kematian.
Penggunaan bahan pangan alternatif merupakan solusi yang tepat dalam menangani kekurangan pangan. Masyarakat pulau Buru Maluku telah lama
mengenal bahan pangan selain beras. Masyarakat pulau Buru menjadikan biji hotong sebagai bahan pangan alternatif. Berdasarkan hasil analisa kandungan gizi
pada biji hotong, ternyata kandungan protein dan lemak tanaman hotong yang lebih tinggi jika dibandingkan beras Rokhani,et.al.,2003, sehingga
memungkinkan tanaman hotong digunakan sebagai pangan alternatif pengganti beras.
Masalah yang saat ini dihadapi dalam pembudidayaan tanaman buru hotong adalah rendahnya produktivitas tanaman buru hotong dan terbatasnya
pengembangan alat dan mesin pertanian dalam kegiatan prapanen sampai pasca panen tanaman buru hotong. Masalah pasca panen tanaman buru hotong
mencakup beberapa aspek diantaranya pengeringan, penyimpanan dan pengolahan. Pengembangan alat dan mesin pertanian untuk biji hotong harus
dilakukan agar meningkatkan produktivitas dan efisiensi SDM, mengurangi penyusutan hasil dan memberikan nilai tambah biji hotong.
Salah satu mesin pengolahan biji hotong yang harus dikembangkan adalah mesin penyosoh. Penyosohan tanaman buru hotong adalah proses
pelepasan kulit ari hotong. Penyosohan tanaman buru hotong menjadi beras hotong dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan alulesung dan
dapat pula secara makanis. Penyosohan hotong dengan cara tradisional memakan waktu yang lama dan menghasilkan rendemen sosoh hotong yang rendah.
Sebaliknya dengan menggunakan mesin penyosoh hotong akan diperoleh rendemen yang tinggi dan waktu yang singkat.
Tersedianya alsintan mempunyai arti yang penting bagi pertanian bukan hanya tanaman pangan tetapi juga semua produk pertanian.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan biji hotong sebagai pangan alternatif dan melakukan modifikasi terhadap mesin penyosoh hotong
yang telah ada sehingga kapasitas mesin penyosoh, kualitas penyosohan dan efektivitas pemisahan dedaksekam meningkat.
II. TINJAUAN PUSTAKA