Elastisitas dan Total Pendapatan

3. Elastisitas dan Total Pendapatan

Elastisitas pendapatan mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila pendapatan berubah sebesar satu persen. Ei = Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan atau 4 . 2 . Q I I Q I I Q Q Ei Δ Δ = Δ Δ = dimana: Ei = elastisitas pendapatan, Δq = perubahan jumlah barang x yang diminta, Δi = perubahan pendapatan, Pada umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan nyata akan meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya makin besar. Barang dengan Ei 0 merupakan barang normal. Bila nilai Ei antara 0 sampai 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang dengan nilai Ei 1 merupakan barang mewah. Barang dengan Ei 0, permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat, sehingga barang ini disebut barang inferior. 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual Tepung terigu merupakan olahan dari gandum. Permintaan teoung terigu di Indonesia mempunyi tren yang meningkat dari tahun 1982 hingga tahun 1997, namun pada tahun 1998 seiring dengan terjadi krisis ekonomi permintaan tepung terigu di Indonesia turun pada tahun 1998 dan tahun 1999, tetapi pada akhirnya meningkat tajam pada tahun 2000 dan berikutnya. Sumber: APTINDO, 2003 Gambar 2.5. Permintaan Tepung Terigu Di Indonesia tahun 1982:2003 Teori permintaan dalam ekonomi mikro dijelaskan bahwa permintaan dipengaruhi oleh harga barang tersebut, harga barang substitusi, dan tingkat pendapatan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis melihat apakah permintaan tepung terigu di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut diatas. Sedangkan kerangka pemikiran konseptualnya dijelaskan dalam Gambar 2.5 berikut ini: 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 tahun r ibu t o n Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual Dari Gambar 2.5 dapat dijelaskan bahwa penawaran tepung terigu AS sama dengan permintaan tepung terigu AD di Indonesia. Permintaan tepung terigu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya dalam penelitian ini adalah harga tepung terigu itu sendiri, harga tepung beras sebagai subtitusi dari tepung terigu, perubahan pendapatan perkapita masyarakat, dan dummy krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Untuk meramalkan faktor- faktor yang telah disebutkan diatas terhadap jumlah permintaan tepung terigu di indonesia maka digunakan analis regresi. Dari hasil output regresi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS akan di analisis secara statistik dan ekonomi yang akan didapatkan kesimpulan. Dari hasil kesimpulan akan ditarik saran yang relevan. Permintaan Tepung Terigu di Indonesia AD Harga Tepung Terigu Harga Tepung Beras Pendapatan Dummy Krisis ƒ Regresi OLS ƒ Interpretasi ƒ Keimpulan dan Saran

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Achmad Kusasi 1982 dengan melakukan analisa permintaan tepung terigu yang dipergunakan untuk memperkirakan harga tepung terigu lima tahun ke depan untuk menekan laju konsumsi 1983-1987. Variabel dummy dan selera tidak dimasukkan dalam model karena dianggap tidak berpengaruh. Data yang digunakan adalah data time series tahun 1971-1980. Dari analisis tersebut diperoleh elastisitas pendapatan terhadap permintaan terigu adalah 4.926, elastisitas harga permintaan terigu adalah -0.2593, dan elastisitas silang terhadap harga beras adalah 2.495. Dengan demikian pada periode tahun 1971-1980 tepung terigu termasuk barang mewah, inelastis permintaannya dan mempunyai hubungan substitusi erat dengan beras. Bambang Djanuwardi 1988 melakukan penelitian tepung terigu, dengan judul “Analisis Permintaan Tepung Terigu di Indonesia”, dengan menitikberatkan pada elastisitas permintaan tepung terigu dengan menggunakan data time series tahun 1967-1986. Dalam penelitiannya menyimpulkan adanya peningkatan nilai elastisitas tepung terigu. Dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya yang dijadikan acuan Djanuwardi, perhitungan Bambang Djanuwardi 1967-1986 menunjukkan nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan terigu adalah 1.767, elastisitas harga permintaan terigu adalah -0.9296, dan elastisitas silang terhadap harga beras adalah 0.6435. Dengan demikian pada periode tahun 1967-1986 tepung terigu masih tergolong barang mewah, kurang inelastis permintaannya dan hubungan substitusi dengan beras mulai berkurang. Dalam penelitian Djanuardi