Rancang Bangun Model HASIL DAN PEMBAHASAN A.

86

D. Rancang Bangun Model

Model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit dimplementasikan dalam sebuah program komputer aplikatif yang diberi nama MPC LIKESWIT versi 1.0. Program komputer aplikatif ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman visual basic 6.0 dan microsoft access 2000 sebagai aplikasi database model. Perangkat lunak MPC LIKESWIT 1.0 diharapkan mampu membantu peneliti maupun evaluator dalam menganalisa kinerja penanganan limbah pada pabrik kelapa sawit. Keluaran yang dihasilkan dari model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit adalah berupa nilai penyimpangan atau gap kinerja penanganan limbah pabrik kelapa sawit terhadap standar ideal yang telah ditetapkan. Diagram alir implementasi model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada lampiran 3. Dalam pengembangan suatu perangkat lunak antar muka pengguna user interface merupakan bagian yang berinteraksi secara langsung antara model dengan pengguna. User interface sangat mempengaruhi pemahaman dan penggunaan pada suatu perangkat lunak. Semakin baik tampilan user interface suatu perangkat lunak maka program tersebut semakin mudah untuk dipergunakan bahkan oleh user yang awalnya tidak mengerti model dalam perangkat lunak tersebut. Pengguna MPC LIKESWIT 1.0 dibedakan menjadi dua, yaitu pengguna umum dan peneliti. Pengguna ”umum” memiliki hak untuk hanya mengakses baca informasi dan tidak memiliki hak untuk mengubah basis data read only. Pengguna umum juga tidak memiliki hak untuk menjalankan model perhitungan kinerja. Sedangkan pengguna ”peneliti” merupakan pengguna yang memiliki akses penuh terhadap data dan model. Untuk membedakan hak akses masuk pengguna MPC LIKESWIT 1.0, maka bagi pengguna peneliti disediakan kunci akses berupa ”user name” dan ”password”. Sedangkan bagi pengguna umum dapat langsung masuk ke dalam sistem Gambar 16. 87 Gambar 16. Halaman Pengguna MPC LIKESWIT 1.0 Lingkup informasi yang ditampilkan baik dalam mode pengguna umum maupun mode pengguna peneliti adalah sama, yang membedakan hanya pada hak akses terhadap modifikasi data. Seperti yang telah dijelaskan pada struktur model penanganan limbah pabrik kelapa sawit, ruang lingkup informasi pada perangkat lunak ini meliputi model kajian internal penanganan limbah, faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor lingkungan. Lingkup informasi MPC LIKESWIT 1.0 digambarkan dalam form tampilan program seperti ditampilkan dalam gambar di bawah ini. Gambar 17. Form Lingkup Informasi MPC LIKESWIT 1.0 88 Form tahapan Gambar 18a, 18b, 18c menunjukkan proses produksi pengolahan tanaman kelapa sawit menjadi minyak sawit kasar crude palm oil dan minyak inti sawit palm kernel oil. Diagram proses produksi dilengkapi dengan neraca massa tiap stasiun produksi sehingga dapat diketahui rendemen minyak yang hilang dan yang dihasilkan pada setiap stasiun produksi. Diagram proses produksi pada model penilaian cepat ini telah sesuai dengan standar proses produksi menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelapa Sawit Medan Diagram proses produksi pabrik kelapa sawit pada form tahapan ini menunjukkan stasiun-stasiun produksi yang menghasilkan produk samping berupa limbah cair air limbah dan lumpur, tandan kosong sawit, cangkang, dan serat. Konversi neraca massa pada setiap form tahapan berdasarkan kapasitas pabrik yang telah diinput dan standar konversi proses produksi pengolahan minyak sawit. Gambar 18a. Form Tahapan I 89 Gambar 18b. Form Tahapan II Gambar 18c. Form Tahapan III 90 Diagram proses produksi yang ditampilkan pada form tahapan diharapkan dapat memberikan pengertian buat pengguna awam yang tidak mengetahui proses produksi pengolahan minyak sawit sehingga mampu menjalankan perangkat lunak dengan mudah. Form ini membantu peneliti dalam mengetahui jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan dari setiap proses produksi minyak sawit dengan berbagai skenario kapasitas produksi. Untuk meng-input profil pabrik atau perusahaan pengolahan minyak sawit yang akan diukur kinerja penanganan limbah pabriknya, perangkat lunak menyediakan form profil perusahaan Gambar 19 yang berisi ID pabrik, nama pabrik, lokasi pabrik, dan kapasitas pabrik. ID pabrik dan kapasitas pabrik merupakan item yang harus diisi pada saat memasukkan profil pabrik atau perusahaan karena selanjutnya akan dijadikan acuan untuk menjalankan model basis data dan proses konversi selama model penilaian cepat dijalankan. Gambar 19. Form Profil Pabrik atau Perusahaan 91 Setelah selesai melakukan penilaian, tahap selanjutnya pengguna dapat melihat kesimpulan hasil penilaian penanganan limbah pabrik kelapa sawit secara keseluruhan. Contoh tampilan formulir kesimpulan kinerja penanganan limbah PKS disajikan pada gambar di bawah ini Gambar 20. Dalam form pada Gambar 20 tersebut pengguna dapat melihat kesimpulan penilaian kinerja dalam level pabrik kelapa sawit, dan pada level detail setiap parameter. Pada tabel pertama, pengguna dapat melihat ringkasan kesimpulan kinerja dari setiap unit proses dan sub proses. Pada tabel kedua, pengguna dapat melihat ringkasan penilaian setiap parameter kinerja sesuai dengan stasiun atau unit kerja yang di pilih klik pada tabel pertama. Melalui form ini pengguna juga dapat mencetak hasil analisis ke dalam hardcopy menggunakan printer melalui perintah ”Print”. Contoh tampilah hardcopy hasil penilaian cepat penanganan limbah PKS ditampilkan pada Lampiran 4. Gambar 20. Form Kesimpulan Kinerja MPC LIKESWIT 1.0 92 Jenis model yang digunakan dalam implementasi model ini adalah berupa model simbolik matematik. Format model yang dipakai adalah berupa persamaan equation. Model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit meliputi penilaian karakteristik limbah, kinerja penanganan limbah, kinerja produk, kinerja ekonomi, kinerja sosial, dan kinerja lingkungan. Masing-masing kategori penilaian kinerja selanjutnya diterapkan menjadi sub model - sub model penilaian kinerja. Prinsip kerja utama setiap sub-model penilaian kinerja adalah menghitung penyimpangan deviasi data empirik setiap parameter terhadap nilai standar ideal. Nilai standar yang dijadikan sebagai parameter ideal merupakan nilai standar ideal bagi penanganan limbah pabrik kelapa sawit. Nilai ini diperoleh berdasarkan studi pustaka dan berdasarkan referensi para pakar. Model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit terdiri atas lima belas sub-model penilaian kinerja SMPK yang diimplementasikan dalam perangkat lunak MPC LIKESWIT 1.0. Setiap SMPK tersusun atas beberapa parameter penilaian kinerja. Berikut adalah penjelasan masing-masing sub-model penilaian kinerja. 1. SMPK karakteristik limbah cair Limbah cair industri minyak kelapa sawit berasal dari proses sterilisasi perebusan, pengempaan pressing, proses klarifikasi, dan buangan dari hidrosiklon. Seperti halnya limbah cair industri pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut dapat menimbulkan beban pencemaran yang besar sehingga diperlukan degradasi bahan organik yang besar pula Husni, 2000. Kualitas limbah cair kelapa sawit dapat ditentukan dengan beberapa parameter uji. Parameter uji yang pokok dalam parameter limbah cair kelapa sawit adalah BOD, COD, padatan tersuspensi, kandungan minyak, kadar nitrogen, jumlah limbah, dan pH. Kriteria penilaian karakteristik limbah cair pabrik kelapa sawit adalah : 93 Tabel 4. Kriteria karakteristik limbah cair pabrik kelapa sawit 2. SMPK kandungan hara limbah cair Limbah cair kelapa sawit termasuk dalam limbah cair yang memilki kandungan senyawa organik dan anorganik yang cukup tinggi. Kandungan senyawa organik yang terdapat pada limbah cair kelapa sawit antara lain berupa senyawa amoniak NH 3 -N, dan senyawa hidrokarbon. Senyawa anorganik yang paling banyak terkandung dalam limbah cair kelapa sawit adalah besi diikuti oleh senyawa kalium, magnesium, dan posfat. Menurut Sharifuddin, et al. 1996 kandungan hara yang tinggi tersebut dapat dipergunakan lebih lanjut sebagai pupuk. Berdasarkan percobaan yang dilakukan selama 20 tahun terakhir menunjukkan penggunaan limbah cair sebagai pupuk mampu meningkatkan produksi tanaman, menurunkan biaya produksi, dan penggunaannya tidak menimbulkan polutan ke lingkungan. Limbah cair kelapa sawit dapat dijadikan pupuk cair menggunakan teknologi aplikasi lahan dan dapat pula sebagai bahan baku pada teknologi pembuatan kompos dari bahan-bahan limbah PKS. Pemanfaatan ini lebih bijaksana dan menguntungkan daripada limbah hanya ditangani dengan sistem kolam dan dibuang kembali ke lingkungan. Kriteria penilaian kandungan hara limbah cair pabrik kelapa sawit adalah : Tabel 5. Kriteria kandungan hara limbah cair pabrik kelapa sawit 94 3. SMPK karakteristik lumpur Drab lumpur merupakan kotoran-kotoran yang terikut pada limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari proses sterilisasi dan klarifikasi minyak. Drab lumpur berasal dari sisa-sisa kotoran yang menempel pada tandan buah segar kelapa sawit pada saat pemanenan dan senyawa-senyawa dari buah sawit yang berbentuk getah, lendir, fosfolipid, karbohindrat, senyawa nitrogen serta beberapa senyawa protein. Selain itu, drab lumpur juga dihasilkan pada saat limbah cair mengalami proses perombakan oleh mikroba BAPEDAL, 1998. Drab lumpur yang terikut dalam limbah cair juga mengandung hara yang cukup tinggi sehingga digunakan juga sebagai pupuk organik yang alirkan dengan teknologi aplikasi lahan dan teknologi pengomposan. Drab lumpur juga yang mengandung senyawa protein yang menggumpal berpotensi digunakan sebagai sumber protein untuk pakan ternak namun hingga saat ini belum dimanfaatkan. Kriteria penilaian karakteristik drab lumpur pabrik kelapa sawit adalah : Tabel 6. Kriteria karakteristik drab lumpur pabrik kelapa sawit 4. SMPK karakteristik TKS Tandan kosong sawit TKS merupakan limbah padat yang dihasilkan pada proses pengolahan minyak sawit. Tahapan proses produksi PKS yang menghasilkan tandan kosong adalah pada tahap pemisahan tandan dengan buah sawit. Pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah TKS hingga 23 dari 95 produksi tandan buah segar. Jumlah limbah yang besar ini berpotensi untuk memberikan nilai tambah pada pabrik kelapa sawit. Secara umum, tandan kosong sawit yang dihasilkan pada PKS dipergunakan sebagai bahan bakar pembantu generator dan sebagai pupuk alami mulsa. Sebagai bahan bakar pembantu generator TKS sudah jarang digunakan pabrik kelapa sawit karena pembakaran yang dihasilkan tidak efisien karena masih tingginya kadar air dalam TKS. Menurut Chavalvarit 2006, TKS dimanfaatkan sebagai mulsa untuk meningkatkan daya serap air dan menurunkan erosi tanah. Selain itu, TKS juga digunakan sebagai bahan baku kompos karena nilai pupuk yang dimiliki tinggi yaitu N, P 2 O 5 , dan K 2 O Unapumnuk, 1999. Penilaian karakteristik tandan kosong sawit difokuskan pada kandungan bahan kering dan kandungan mineral yang terdapat dalam TKS. Hal ini berkaitan dengan fungsi TKS yang sebagian besar digunakan sebagai pupuk mulsa maupun bahan baku pupuk kompos. Kriteria penilaian karakteristik tandan kosong pabrik kelapa sawit adalah : Tabel 7. Kriteria karakteristik tandan kosong pabrik kelapa sawit 5. SMPK teknologi sistem kolam Penanganan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan teknologi sistem kolam menggunakan prinsip penguraian bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah dengan penguraian secara biologis dengan bantuan bakteri pengurai. Teknologi sistem kolam yang dikaji pada model ini adalah sistem kolam konvensional dengan terdiri dari penguraian secara anaerobik 96 dan aerobik. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengalami proses penurunan parameter mutu limbah sebanyak tiga kali, yaitu pada kolam anaerobik I, kolam anaerobik II, dan kolam aerobik. Penilaian kinerja teknologi sistem kolam dilihat dari lama proses penanganan limbah cair, dan efektifitas penurunan parameter mutu limbah. Point proses yang menjadi lokasi penilaian adalah kolam anaerobik II outlet 1 dan kolam aerobik outlet 2. Lama waktu penanganan berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk penanganan limbah. Semakin panjang waktu yang diperlukan maka biaya penanganan akan semakin tinggi. Efektifitas penurunan berhubungan dengan kinerja bakteri yang melakukan penguraian terhadap senyawa organik yang terkandung dalam limbah cair pabrik kelapa sawit Ahmad, 2003. Efektifitas yang baik akan menghasilkan produk buangan air limbah dengan parameter mutu sesuai baku mutu yang ditetapkan pemerintah sebelum produk limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Kriteria penilaian kinerja teknologi sistem kolam adalah: Tabel 8. Kriteria penilaian kinerja teknologi sistem kolam outlet 1 Tabel 9. Kriteria penilaian kinerja teknologi sistem kolam outlet 2 6. SMPK teknologi aplikasi lahan Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi pupuk cair organik aplikasi lahan dilakukan dengan cara mengalirkan limbah yang berasal dari kolam penanganan limbah cair ke parit-parit yang ada di 97 perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit menjadi pupuk cair organik karena komposisi limbah cair yang masih banyak mengandung unsur-unsur hara yang tinggi. Limbah cair PKS yang digunakan untuk aplikasi lahan sebaiknya memiliki nilai BOD yang rendah 5000 ppm. Limbah cair dengan nilai BOD yang masih tinggi menunjukkan bahan organik pada limbah tersebut belum terurai dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya kondisi anaerobik yang dapat mengakibatkan kematian pada tanaman kelapa sawit BAPEDAL, 1998. Kriteria penilaian kinerja teknologi aplikasi lahan adalah : Tabel 10. Kriteria penilaian kinerja teknologi aplikasi lahan 7. SMPK teknologi mulsa Mulsa merupakan teknologi penanganan limbah yang memanfaatkan tandan kosong sawit sebagai penutup permukaan tanah, pupuk organik dan pupuk Kalium. Menurut Mangoensoekarjo, et al. 2003, nilai hara per ton mulsa adalah lebih kurang ekivalen dengan urea 7 kg, rock phosphate 2,5 kg, muriate of potash 18,8 kg, dan kieserite 4,7 kg. Areal tanaman yang terdekat dengan pabrik cukup dapat menggunakan mulsa sebagai alternatif pengganti pupuk anorganik. Tingkat produksi tanaman ternyata dapat meningkat dengan pemberian mulsa. Setiap tahunnya, peningkatan produksi perkebunan kelapa sawit dengan pemberian mulsa dapat mencapai 3,5 . Penilaian kinerja yang dilakukan terhadap teknologi mulsa adalah besarnya dosis tandan kosong yang disebar pada areal perkebunan. Terdapat dua teknik sebaran pada teknologi mulsa, yaitu sebaran teknik merata dan piringan keliling serta sebaran teknik merata saja. Dosis sebaran ini 98 mempengaruhi efektifitas pemanfaatan tandan kosong sawit sebagai pupuk mulsa sehingga potensi peningkatan produksi kebun seperti yang dijelaskan diatas dapat tercapai. Kriteria penilaian kinerja teknologi mulsa adalah : Tabel 11. Kriteria penilaian kinerja teknologi mulsa 8. SMPK teknologi pengomposan Teknologi pengomposan merupakan sistem penanganan limbah pabrik kelapa sawit yang masih belum banyak diterapkan oleh pabrik-pabrik kelapa sawit di Indonesia. Apabila diamati dari jenis limbah yang mampu ditangani dengan teknologi pengomposan ini, seharusnya teknologi ini yang lebih banyak dipergunakan karena mampu menangani limbah cair dan tandan kosong secara sekaligus. Pabrik kelapa sawit beralasan biaya investasi yang cukup tinggi untuk menjalankan teknologi pengomposan. Pupuk kompos yang dihasilkan teknologi pengomposan tidak hanya dapat dipergunakan sebagai bahan pupuk alternatif pada areal perkebunan kelapa sawit pabrik bersangkutan, tetapi pupuk kompos ini juga baik untuk dipergunakan bagi tanaman-tanaman hortikultura. Hal tersebut telah diperkuat dengan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan. Penilaian yang dilakukan pada teknologi pengomposan berpusat pada penilaian standar teknik pengolahan pupuk kompos. Teknik pengolahan ini meliputi ukuran cacahan tandan kosong sawit, dimensi tumpukan pada saat penumpukan untuk pengeringan pertama, frekuensi pembalikan, periode pembalikan, volume penyiraman limbah cair, dan penurunan volume setelah dilakukan penjemuran terakhir. Berikut ini menunjukkan nilai kriteria penilaian kinerja teknologi pengomposan : 99 Tabel 12. Kriteria penilaian kinerja teknologi pengomposan 9. SMPK buangan sistem kolam Sistem kolam merupakan penanganan limbah cair dengan konsep end of pipe . Konsep ini dalam konteks produksi bersih merupakan hirarki penanganan limbah yang paling bawah dan tidak dianjurkan untuk diterapkan. Buangan sistem kolam pada pabrik kelapa sawit diwajibkan memilki nilai parameter mutu limbah yang telah ditetapkan pemerintah sebelum dibuang ke lingkungan. Buangan sistem kolam harus memilki nilai parameter kimia yang telah ditetapkan. Hal ini berhubungan dengan dampak yang dapat terjadi apabila parameter kimia tersebut tidak terpenuhi. Eutrofikasi, kematian organisme air dan mahluk air, bau busuk, penyakit kulit, dan pendangkalan perairan adalah beberapa potensi dampak lingkungan dan sosial yang dapat diakibatkan buangan sistem kolam BAPEDAL, 1998. Oleh karena itu, proses penanganan limbah, dan pengawasan menjadi hal yang sangat penting agar buangan sistem kolam tidak mencemari lingkungan. Kriteria parameter mutu buangan sistem kolam adalah : Tabel 13. Kriteria parameter mutu buangan sistem kolam 100 10. SMPK produk pupuk cair organik Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit LCPKS sebagai produk pupuk cair organik merupakan salah satu produk sistem penanganan LCPKS yang ramah terhadap lingkungan. Pupuk cair organik bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kebun kelapa sawit, pemanfaatan nutrisi yang masih terkandung dalam LCPKS, dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. LCPKS tidak dapat secara langsung dialiri menjadi pupuk cair organik karena nilai parameter kimia LCPKS yang keluar dari proses produksi masih tinggi. Untuk menurunkan nilai parameter kimia ini, LCPKS di- treatment hingga kolam anaerobik I untuk menurunkan parameter kimianya sehingga cukup layak untuk dialirkan ke kebun kelapa sawit. Seperti pupuk mulsa, pupuk cair organik memilki kemampuan untuk memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah. pupuk cair organik juga tidak mencemari air tanah disekitar lokasi aplikasi aliran aplikasi lahan. Penggunanan pupuk cair organik pada perkebunan kelapa sawit adalah 12,66mm ECH LCPKSbulan dengan tambahan pupuk organik komersil dengan dosis 50 dari dosis normal Mangoensoekarjo et al., 2003. Berdasarkan penelitian yang dilakukan BP3-Deptan, penerapan aplikasi lahan mampu meningkatkan produksi tandan buah sawit hingga 1,6 dan penghematan biaya pupuk organik komersil hingga 45. Kriteria penilaian produk pupuk cair organik adalah : Tabel 14. Kriteria penilaian produk pupuk cair organik 101 11. SMPK produk pupuk mulsa Pupuk mulsa adalah produk pemanfaatan tandan kosong sawit menjadi pupuk organik pada perkebunan kelapa sawit. Mulsa sebagai pupuk organik memiliki kandungan hara yang cukup tinggi, antara lain kalium, magnesium, posfor, kalsuim, besi, dan senyawa nitrogen. Apabila dikonversi menjadi pupuk organik komersil, satu ton tandan kosong sawit setara dengan campuran urea 3 kg, RP 0,6 kg, MOP 12 kg, dan Kiserit 12 kg. Dengan kandungan hara yang cukup tinggi, mulsa dapat dijadikan pengganti pupuk organik komersil atau sebagai alternatif pupuk yang digunakan secara kombinasi. Pupuk mulsa memiliki sifat untuk memperbaiki kondisi kimia dan fisika tanah sehingga sangat baik untuk peremajaan tanah. Dalam penggunaannya, setiap hektar kebun sawit dibutuhkan 25-35 ton mulsa ditambah pupuk organik komersil dengan komposisi 60 dari dosis normal. Artinya, pupuk mulsa mampu menghemat penggunaan pupuk organik komersil sekitar 40. Pemanfaatan pupuk mulsa juga mampu meningkatkan produksi tandan buah sawit hingga 3,5 sehingga akan meningkatkan pendapatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit Menon, 2004. Kelemahan penggunaan pupuk mulsa adalah dapat menghasilkan polusi udara berupa bau yang tidak enak, dan dapat menjadi media pertumbuhan jamur yang berpotensi untuk menyerang tanaman kelapa sawit. Selama pemanfaatan dan pemeliharaan yang baik, pupuk mulsa masih merupakan alternatif pupuk organik yang ramah lingkungan dan efisien. Tabel 15. Kriteria penilaian produk pupuk mulsa 102 12. SMPK produk kompos Kompos merupakan produk teknologi penanganan limbah yang paling menguntungkan dan ramah terhadap lingkungan. Menguntungkan karena produk kompos dapat menjadi alternatif pengganti pupuk anorganik yang sekarang banyak dipergunakan pada sektor pertanian. Produk kompos yang bersifat organik serta bahan-bahannya yang berasal dari alam tentu lebih ramah lingkungan karena sifatnya yang mudah terurai didalam tanah. Produk kompos tidak hanya dapat digunakan pada perkebunan kelapa sawit saja, tetapi dapat pula dipergunakan pada perkebunan-perkebunan tanaman lainnya. Produk kompos telah dilakukan uji coba terhadap tanaman- tanaman hortikultura, antara lain tomat, cabai, dan jeruk manis, hasilnya sangat memuaskan. Produktifitas tanaman tomat, cabai, dan jeruk manis meningkat masing-masing 2,6 kgtanaman, 2,41 kgtanaman, dan 5,4 kgpohon Isroi, 2006. Akan tetapi, pemasaran produk kompos yang masih kurang baik merupakan permasalahan utama yang dihadapi pabrik kompos. Tabel 16. Kriteria penilaian produk pupuk kompos 13. SMPK Ekonomi Investasi terbesar pada sistem kolam adalah pembangunan kolam- kolam proses yang akan dipergunakan. Kolam yang dibutuhkan sedikitnya 6 buah sebagai bak netralisasi, kolam pembiakan,kolam pengasaman, kolam anaerobik, kolam aerobik, dan kolam sedimentasi. Investasi lainnya pada 103 sistem kolam yaitu, menara pendingin, instalasi pipa dan listrik, pompa, aerator permukaan, dan start up effluent. Total biaya operasional pada sistem kolam adalah mencapai 570 juta rupiah pertahun untuk pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBSjam. Detail penjelasan tentang modal investasi dan biaya penanganan teknologi sistem kolam dapat dilihat pada lampiran 5. Penanganan limbah tandan kosong sawit dengan teknologi mulsa, tidak membutuhkan biaya investasi yang tinggi. Nilai investasi untuk teknologi mulsa mencapai 425 juta rupiah pada pabrik dengan kapasitas 30 ton TBSjam. Investasi ini terdiri dari pembelian truk pengangkut, dan peralatan penunjang teknologi mulsa seperti, pengait. Biaya pengangkutan dan upah tenaga kerja merupakan biaya operasi yang paling besar pada aplikasi teknologi mulsa. Biaya pengangkutan untuk tiap ton mulsa adalah 5000 rupiah, sehingga biaya pengangkutan untuk setiap tahunnya adalah 230 juta rupiah. Upah tenaga kerja adalah 15000 rupiah per hari, sehingga total upah tenaga kerja dalam 1 tahun adalah 40 juta rupiah. Total biaya operasional teknologi mulsa adalah 270 juta rupiah pertahun. Pembuatan lajur-lajur aliran produk land aplikasi pada seluruh bagian perkebunan kelapa sawit merupakan biaya investasi yang paling tinggi pada teknologi aplikasi lahan. Jumlah lalur-lalur aliran produk aplikasi lahan mencapai 130 ha lahan perkebunan. Selain itu, pembelian pompa dan pembangunan kolam penampungan sederhana juga membutuhkan dana yang cukup besar. Total biaya investasi aplikasi lahan adalah sekitar 4 milyar rupiah. Teknologi pengomposan membutuhkan bangunan dan peralatan untuk pembangunan pabrik kompos yang meliputi, lantai pengomposan dengan luas 2,5 ha 20-nya beratap dan tebal semen 10 cm, kolam penampung sementara limbah caik kelapa sawit 1 buah 5000 m 2 , mesin pencacah TKS, mesin pembalik, wheel loader, dump truck, dan pompa limbah. Total investasi untuk kebutuhan bangunan dan peralatan tersebut adalah 2,7 milyar rupiah ditambah biaya transfer teknologi dan supervisi yang mencapai 15 dari total investasi. Total nilai investasi untuk pendirian pabrik kompos adalah 3,12 milyar rupiah. Apabila harga jual tiap ton kompos sebesar 250000 rupiah, 104 maka penerimaan dari penjualan kompos yang menjadi keuntungan pabrik kompos untuk setiap tahunnya dapat mencapai 3 milyar rupiah. Perhitungan secara lengkap untuk modal investasi, biaya operasional, dan keuntungan pada teknologi pengomposan dapat dilihat pada lampiran 6. Tabel 17. Kriteria penilaian investasi teknologi penanganan limbah Rp. 000 Tabel 18. Kriteria penilaian biaya penanganan limbah dan peningkatan profit Rp. 000 14. SMPK Sosial Faktor sosial merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di sekitar areal perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Peran faktor sosial yang strategis menuntut pihak pabrik kelapa sawit harus memperhatikan efek-efek yang dihasilkan dari proses produksi minyak sawit. Efek ini terutama berasal dari limbah-limbah yang dibuang ke lingkungan sekitar pabrik. Semakin kecil limbah yang dibuang ke lingkungan 105 maka akan semakin kecil efeknya terhadap faktor sosial disekitar pabrik kelapa sawit. Kajian faktor sosial pada model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit berbentuk pernyataan terhadap isu-isu menyangkut teknologi penanganan limbah yang digunakan pabrik kelapa sawit. Pernyataan tersebut antara lain ’ada’ atau ’tidak ada’ nilai tambah sebagai pupuk, bau yang dihasilkan, limbah yang dibuang ke lingkungan, baku mutu, bau yang dihasilkan, kemungkinan pencemaran, dampak sosial, peningkatan profit perusahaan, ’mudah’ atau ’sedang’ atau ’sulit’ dalam pemeliharaan teknologi penanganan limbah, serta ’ya’ atau ’tidak’ teknologi yang diterapkan telah memenuhi program produksi bersih. Implementasi kajian sub-model penilaian kinerja faktor sosial ditunjukkan pada Gambar 21. Gambar 21. Kajian faktor sosial model penilaian cepat limbah PKS 15. SMPK Lingkungan Penilaian kinerja faktor lingkungan yang dilakukan pada model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit ini mencakup kapasitas respon eko-psikologi lingkungan terhadap perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahan minyak sawit. Analisis lingkungan ini termasuk dalam kinerja eksternal dalam model penanganan limbah pabrik kelapa sawit. 106 Parameter lingkungan yang digunakan pada model penilaian cepat penanganan limbah pabrik kelapa sawit antara lain produksi biomassa, pengikatan karbondioksida, laju fotosintesis, kapasitas penyerapan energi, respirasi, dan produksi oksigen. Tabel 19. Kriteria penilaian faktor lingkungan

E. Validasi