Pengukuran Kinerja TINJAUAN PUSTAKA A.

43 Pembalikan dilakukan 3 – 5 kali dalam seminggu. iv Penyiraman Limbah Cair PKS Penyiraman dengan menggunakan limbah cair PKS bertujuan untuk menambah unsur hara dalam produk pengomposan. Penyiraman dilakukan 3 - 5 kali seminggu. v PengeringanPenjemuran Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran dimaksudkan untuk mengurangi kadar air pada produk kompos yang diproduksi. Beberapa keuntungan penggunaan teknologi kompos, yaitu proses terjadi secara aerobik, tanpa penambahan mikroorganisme, waktu pengomposan 6-8 minggu, mutu produk tinggi dan homogen, resiko kegagalan kecil, memanfaatkan limbah cair, dan kebutuhan tenaga kerja rendah. Gambar 5. Teknologi Pengomposan PPKS, 2000

B. Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja measurement performance system telah dikenal lama dalam dunia industri. Pada awalnya sistem pengukuran kinerja pertama kali diperkenalkan oleh sebuah perusahaan bernama Dupont pada tahun 44 1919. Sistem pengukuran kinerja tersebut dikenal dengan nama skema Dupont. Pengukuran kinerja Dupont adalah pengukuruan kinerja yang berkaitan dengan penilaian kinerja keuangan, yaitu kinerja pada pengembalian investasi return on investment . Metode pengukuran kinerja berkembang dengan pesat pada periode 1980an sampai 1990an. Pesatnya perkembangan ini ditandai dengan munculnya berbagai teknik pengukuran kinerja perusahaan, baik kinerja ekonomi maupun kinerja proses. Berberapa teknik pengukuran kinerja yang sering digunakan adalah: Activity-Based-Costing ABC, Blanced Score Card BSC, Self- assestment, Competitive Benchmarking, Statitistical Process Control SPC, Work-flow Based Monitoring, Capability Maturity Model, dan lain-lain Krueng et al ., 2004. 1. Definisi Sistem pengukuran kinerja adalah suatu cara atau alat tools yang terorganisasi untuk mendefinisikan defining, mengumpulkan collecting, menganalisis analyzing, melaporkan reporting, dan membuat keputusan berkenaan dengan ukuran-ukuran kinerja dalam suatu proses atau produk. Ukuran kinerja merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan basis kuantitatif dari penilaian atau pengukuran kinerja suatu proses atau produk terhadap tujuan dan standar yang telah ditetapkan PBM-SIG, 1995. Ukuran-ukuran kinerja merupakan bagian penting dari konsep Total Quality Management TQM. Sebagai sebuah proses, konsep pengukuran kinerja tidak hanya menitikberatkan pada standar dan pengumpulan data. Lebih dari itu, pengukuran kinerja merupakan pola pikir manajemen sistem terhadap keseluruhan proses yang bermula dari pencegahan prevention dan deteksi yang ditujukan untuk memenuhi standar permintaan dari proses atau produk PBM-SIG, 1995. Fokus pengukuran kinerja adalah optimalisasi proses, yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas suatu proses atau produk. Pengukuran kinerja merupakan suatu program yang harus dijalankan secara kontinu. Selanjutnya hasil pengukuran kinerja dapat ditingkatkan sampai pada taraf perluasan dan pengembangan teknik kerja. Prinsip-prinsip dasar sistem pengukuran kinerja meliputi: 45 a. Mengukur hanya yang penting. b. Fokus kepada kebutuhan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. c. Melibatkan karyawan dalam proses desain dan implementasi sistem pengukuran kinerja. Salah satu fungsi penting pengukuran kinerja adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi yang terjadi di dalam proses atau produk kerja. Target pengukuran kinerja adalah sampai pada tahap pengambilan keputusan tindakan atau perbaikan proses dan outputnya. Keuntungan pengukuran kinerja adalah : a. Mengetahui apakah proses atau produk telah sesuai dengan permintaan konsumen. b. Membantu mengetahui masalah dan keadaan yang terjadi di dalam proses. c. Membantu mengambil keputusan berdasarkan fakta. d. Mengatahui peningkatan-peningkatan aktual yang terjadi. 2. Ukuran Kinerja Ukuran kinerja tersusun atas nilai dan satuan. Nilai berfungsi untuk menunjukkan besar atau jarak, dan satuan berfungsi untuk memberi arti pada nilai. Ukuran-ukuran kinerja selalu berhubungan dengan target objective dan tujuan goal. Secara umum ukuran kinerja dapat dikelompokkan menjadi enam kategori: a. Efektivitas : karakteristik proses yang menunjukkan derajat pemenuhan output atau proses terhadap permintaan spesifikasi. b. Efisiensi : karakteristik yang menunjukkan derajat dimana proses menghasilkan output pada tingkat biaya minimum. c. Kualitas : derajat dimana produk atau pelayanan sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan. 46 d. Timeliness : menunjukkan ketepatan waktu, yaitu ukuran apakah sebuah unit kerja telah dikerjakan dengan benar dan tepat waktu. e. Produktivitas : ukuran besarnya nilai tambah yang dihasilkan proses dibagi dengan jumlah modal dan tenaga kerja yang dikonsumsi. f. Keamanan : keseluruhan ukuran aspek kesehatan dari organisasi dan lingkungan kerja untuk karyawan. Hasil pengukuran kinerja diperlukan untuk mengontrol suatu aktivitas atau proses, tanpa pengukuran yang akurat dan terpercaya maka kita tidak akan dapat membuat keputusan dengan baik. Terdapat tiga dasar teknik pengukuran kinerja PBM-SIG, 1995, yaitu: 1. Perencanaan dan pengembangan standar operasi yang akan dicapai. 2. Pendeteksian penyimpangan deviasi terhadap ukuran kinerja yang telah ditetapkan. 3. Memperbaiki kinerja proses sehingga kembali memenuhi tingkat standar kinerja yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip dan dasar teknik pengukuran kinerja selanjutnya dijabarkan dalam pedoman guideline langkah-langkah umum proses pengembangan sistem pengukuran kinerja. Pedoman berikut merupakan pedoman umum proses pengembangan sistem pengukuran kinerja yang disusun oleh PBM-SIG 1995: 1. Identifikasi aliran proses 2. Identifikasi aktivitas kritis 3. Mengembangkan standar atau tujuan kinerja yang ingin dicapai 4. Mengembangkan ukuran kinerja 5. Identifikasi bagian yang bertanggung jawab dalam proses pengukuran kinerja 6. Mengumpulkan data 7. Analisis atau melaporkan kinerja aktual 47 8. Membandingkan kinerja aktual dengan tujuan atau standar 9. Identifikasi apakah diperlukan tindakan perbaikan, dan 10. Tindakan perbaikan jika diperlukan. Menurut PBM-SIG 1995, langkah-langkah yang telah dikembangkan tersebut bukanlah suatu kerangka kerja yang bersifat mutlak, setiap organisasi dapat memodifikasi dan mengembangkan kerangka tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 3. Teknik Pengukuran Kinerja Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja industri secara cepat adalah teknik “studi kapabilitas jangka pendek short term capability study”. Studi kapabilitas jangka pendek merupakan dasar dari statistical process control SPC dan total quality management TQM. Studi ini berguna untuk mempelajari kondisi suatu proses seiring berjalannya waktu apakah tetap akurat dan tetap berada dalam spesifikasi standar yang telah ditentukan Alsup et al., 1993. Studi kapabilitas jangka pendek dapat digunakan untuk menentukan ukuran tingkat penyimpangan sistem measurement system error dan ukuran kapabilitas suatu mesin atau proses dalam memenuhi standar. Menurut Alsup, et al. 1993, studi kapabilitas jangka pendek dilakukan karena beberapa alasan sebagai berikut: 1. Terlalu banyak inspeksi yang diperlukan. 2. Menentukan ukuran penyimpangan dengan cepat. 3. Menemukan penyebab khusus dari masalah kontrol dengan cepat. 4. Menemukan sumber-sumber penyimpangan sistem dengan cepat. 5. Mengurangi waktu dan biaya studi. Terdapat empat langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan studi kapabilitas jangka pendek: 1. Mengumpulkan data 2. Kalkulasi data 3. Analisis hasil 4. Melakukan tindakan berdasarkan hasil. 48 Salah satu parameter sederhana yang sering digunakan dalam studi kapabilitas jangka pendek adalah akurasi Alsup et al., 1993. Dalam PBM- SIG 1995, akurasi didefinisikan sebagai kedekatan nilai pengukuran terhadap nilai standar. Semakin kecil perbedaan antara nilai pengukuran dengan nilai standar, maka nilai tersebut akan semakin akurat. Dalam Alsup, et al. 1993 akurasi didefinisikan sebagai perbedaan antara rata-rata data aktual average dengan nilai standar true value. Akurasi dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: Selanjutnya nilai akurasi yang diperoleh dibandingkan dengan rentang nilai standar kualitas yang dapat diterima acceptability. Acceptability adalah persen maksimum variasi yang masih dapat diterima Besterfield, 1990. Nilai acceptability biasanya ditentukan berdasarkan kontrak kerja atau karena sebagai tanggung jawab produsen. Menurut Besterfield 1990 secara teoritis nilai acceptability dapat ditentukan berdasarkan: 1. Data historis 2. Pengalaman Empirical judgment 3. Informasi Teknik engineering information 4. Percobaan 5. Kemampuan produsen, dan 6. Keinginan konsumen. Dalam praktek rentang nilai acceptabiltas bervariasi antara ±0.01 sampai dengan ±10 Besterfield, 1990. Jika akurasi masih berada dalam rentang standar maka nilai variasi diterima, dan sebaliknya jika akurasi melebihi nilai standar maka nilai variasi tidak diterima. TrueValue Average Accuracy − = 49

C. Pendekatan Sistem