2.5. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan salah satu instrumen dari kebijakan makro ekonomi. Kebijakan makroekonomi tersebut adalah kebijakan yang bertujuan
untuk mencapai output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga, serta keseimbangan dalam neraca
pembayaran. Apabila dibandingkan dengan kebijakan moneter, Keynes lebih mengandalkan kebijakan fiskal untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan.
Alasannya adalah kebijakan fiskal mampu meningkatkan permintaan agregat secara langsung. Penelitian Zulkifli 2013 mendefinisikan kebijakan fiskal
sebagai salah suatu proses pembentukan perpajakan dan pengeluaran publik. Proses tersebut merupakan upaya menekan fluktuasi siklus ekonomi dan
ikut berperan menjaga ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan tenaga kerja penuh dimana tidak terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah. Berdasarkan
definisi tersebut terdapat dua instrumen pokok di dalamnya yaitu belanja negara dan perpajakan. Kedua instrumen tersebut membuat pemerintah dapat menetapkan
program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar adalah dari pajak yang secara keseluruhan terangkum dalam suatu anggaran.
Anggaran pemerintah dapat mengendalikan dan mencatat masalah fiskalnya. Suatu anggaran menunjukkan rencana pengeluaran dan penerimaan
pemerintah yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Anggaran tersebut terdiri atas berbagai program pengeluaran khusus pendidikan, pertahanan,
kesejahteraan, dan lainnya serta sumber pajak pajak penghasilan, pajak penjualan, dan lainnya. Saat periode tertentu pemerintah dapat melaksanakan
surplus, defisit, atau berimbang dalam anggaran yang ditetapkannya. Defisit terjadi apabila jumlah pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan. Sebaliknya,
anggaran surplus akan terjadi apabila seluruh penerimaan tersebut melebihi pengeluaran. Perihal anggaran berimbang akan terjadi apabila seluruh penerimaan
dan pengeluaran menunjukan jumlah yang sama. Kondisi anggaran merupakan cerminan dari kebijakan fiskal yang dipilih
pemerintah pada periode tersebut. Saat anggaran defisit, ini berarti pemerintah mengambil kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan ini ditujukan untuk
meningkatkan daya beli masyarakat. Kebijakan ini umumnya dilakukan pada saat perekonomian mengalami resesidepresi dan pengangguran yang tinggi.
Sebaliknya, saat anggaran surplus ini berarti pemerintah mengambil kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat
dan mengatasi inflasi. Kebijakan anggaran berimbang juga merupakan pilihan kebijakan fiskal. Pada umumnya kebijakan ini diambil dengan tujuan untuk
mencapai suatu kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin fiskal. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan kebijakan diskresioner yang
melibatkan pengambilan keputusan atau perubahan atas keputusan tertentu. Dengan kata lain, kebijakan tersebut sengaja ditetapkan untuk mengahadapi suatu
kondisi perekonomian tertentu. Lain halnya dengan kebijakan otomatis atau lebih sering disebut sebagai stabilisator otomatis. Stabilisator otomatis ini merupakan
kebijakan yang mendorongmenekan perekonomian ketika diperlukan tanpa perubahan kebijakan yang disengaja Zulkifli, 2013. Stabilisator tersebut bekerja
secara otomatis tanpa perlu suatu tindakan fiskal atau moneter. Walau demikian,
stabilisator otomatis tersebut hanyalah berperan mengurangi sebagian dari gejolak dalam perekonomian dan bukan untuk menghilangkan masalah tersebut sama
sekali.
2.6. Derajat Otonomi Fiskal Daerah