pemerintahan daerah dalam memajukan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diciptakan apabila didukung oleh infrastruktur atau sarana prasarana daerah yang
baik. Infrastruktur atau sarana prasarana tersebut bisa didapat dari belanja modal yang dianggarkan pemerintah daerah setiap tahunnya. Penelitian empiris yang
dilakukan Ardhani 2011 menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal. Hasil penelitian Adiwiyana 2011
dan Putro 2010 semakin memperkuat bukti empiris tersebut. Bila pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik maka berpengaruh pula pada alokasi belanja modal
pemerintah daerah tersebut, semakin baik pertumbuhan ekonomi daerah tersebut maka semakin menuntut pemerintahan daerah untuk mengalokasikan belanja
modalnya semakin banyak lagi.
2.15.5. Hubungan Dana Bagi Hasil Terhadap Alokasi Belanja Modal
Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumberdaya alam. Dana yang bersumber dari pajak terdiri atas pajak bumi dan bangunan PBB, Bea perolehan
atas tanah dan bangunan BPHTB dan Pajak penghasilan PPh. Untuk menambah pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan pelaksanaan fungsi
yang menjadi kewenangan dilakukan dengan pola bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak SDA antara pusat dan daerah.
DBH merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi UU No.33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah, yaitu DBH pajak dan
DBH bukan pajak Sumber Daya Alam. DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah
daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari PAD selain DAU dan DAK Wandira, 2013. Secara teoritis
Pemerintah daerah akan mampu menetapkan belanja modal yang semakin besar jika anggaran DBH semakin besar pula, begitupun sebaliknya semakin kecil
belanja modal yang akan ditetapkan jika anggaran DBH semakin kecil. Penelitian empiris yang dilakukan wandira 2013 menyatakan bahwa terdapat keterkaitan
antara dana bagi hasil dengan belanja modal. Hasil penelitian Siregar 2013 semakin memperkuat bukti empiris tersebut DBH berpengaruh positif terhadap
Belanja Modal.
2.15.6. Hubungan Kemandirian Fiskal Terhadap Alokasi Belanja Modal
Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanakan kebijakannya sebagai daerah otonomi sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah tersebut
dalam menghasilkan pendapatan daerah. Semakin besar pendapatan asli daerah yang diterima, maka semakin besar pula kewenangan pemerintah daerah
tersebut dalam melaksanakan kebijakan otonomi. Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian
daerah. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan publik dengan melakukan belanja untuk kepentingan investasi yang direalisasikan melalui belanja modal.
Kemandirian fiskal yang tidak lain adalah rasio pendapatan asli daerah PAD terhadap total penerimaan daerah, pendapatan asli daerah adalah
penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Yang artinya semakin besar PAD suatu daerah, semakin baik pula kemandiriannya. Belanja modal adalah
pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi Zulkifli, 2013.
Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. Ardhani 2011
menyatakan bahwa Pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Temuan ini dapat mengindikasikan bahwa
besarnya PAD menjadi salah satu faktor penentu dalam menentukan belanja modal.
Hal ini sesuai dengan PP No 58 tahun 2005 yang menyatakan bahwa APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan
kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan. Setiap penyusunan APBD, alokasi belanja modal harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan
mempertimbangkan PAD yang diterima. Sehingga apabila PEMDA ingin meningkatkan belanja modal untuk pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat, maka PEMDA harus menggali PAD yang sebesar-besarnya.
Penelitian empiris yang dilakukan Zulkifli 2013 menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara Kemandirian Fiskal dengan belanja modal.
Berdasarkan penjelasan dari masing-masing variabel dapat digambarkan dalam kerangka berpikir penelitian mengenai pengaruh dana alokasi umum,
dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah, pertumbuhan ekonomi, dana bagi hasil, dan kemandirian fiskal terhadap alokapsi belanja modal pemerintah daerah
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Dana Alokasi Umum
Pertumbuhan Ekonomi
Kemandirian Fiskal Pendapatan Asli Daerah
Dana Bagi Hasil Alokasi Belanja Modal
Dana Alokasi Khusus
2.16. Hipotesis