Pembelajaran Sejarah a Teori dan Landasan Filosofis Pembelajaran Sejarah
spasial ini dapat mencakup wilayah desa, kecamatan, kawedanan, kabupaten hingga propinsi.
Wasino 2005:2-3 menyebutkan bahwa aspek-aspek kajian sejarah lokal meliputi sejarah umum dan sejarah sistematis. Sejarah umum yaitu sejarah yang
mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat lokal, sedangkan sejarah sistematis, yaitu sejarah lokal yang meliputi aspek sosial dan kemasyarakatan,
ekonomi, politik, kebudayaan, etnisitas, serta perjuangan dan kepahlawanan local. Semua aspek yang ada dalam sejarah lokal ini bisa kita lihat dan kita
pelajari melalui warisan-warisan lokal yang ada di lingkungan sekitar siswa. Dengan memanfaatkan warisan lokal yang ada di lingkungan sekitar siswa,
menunjukkan bahwa kesadaran akan sejarah lokal sudah tertanam pada diri para siswa. Hal ini akan menjadikan pembelajaran sejarah lebih bermakna, karena
selain kesadaran sejarah yang telah terbentuk melalui pemanfaatan warisan budaya lokal, nilai-nilai budaya lokal yang ada di lingkungan sekitar siswa juga
akan menjadikan siswa lebih arif dan bijaksana.
b Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL
Pembelajaan kontekstual contextual teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme constructivism, bertanya questioning, inkuiri inquiry,
masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling, dan penilaian autentik authentic assessment Trianto, 2011:107.
Secara garis besar langkah-langkah penerapan Contextual Teaching and Learning dalam kelas menurut Riyanto 2009:168-169 sebagai berikut:
1 Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2 Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3 Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4 Ciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok-kelompok.
5 Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6 Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7 Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
c Sumber Belajar
Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan Mulyasa, 2007:177. Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru untuk mengeksplorasi
berbagai macam sumber untuk mendapatkan alat bantu yang tepat untuk mengajar. Selain itu, sumber belajar juga berguna untuk melengkapi apa yang
sudah disediakan di dalam buku cetak, menambah informasi, memperluas konsep, dan membangkitkan minat peserta didik.
AECT Association of Education Communication Technology melalui karyanya The Definition of Educational Technology 1977 mengklasifikasikan
sumber belajar menjadi 6 macam Rohani, 2004:164-165 yaitu: 1
Message pesan, yaitu informasi atau ajaranajaran yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti, dan data. Termasuk dalam
kelompok pesan adalah semua bidang studi mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada peserta didik dan sebagainya.
2 People orang, yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah,
dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya gurudosen, tutor, peserta didik, dan lainnya.
3 Materials bahan, yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk
disajikan melalui penggunaan alatperangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori materials, seperti
transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku, dan sebagainya. 4
Device alat, yakni sesuatu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya, overhead
proyector, slide, video, taperecorder, pesawat radio, tv, dan sebagainya. 5
Technique teknik, yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan pesan.
Misalnya, pengajaran berprogrammodul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
6 Setting lingkungan, yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan
disampaikan. Baik lingkungan fisik, ruang kelas, gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan non-fisik, misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang, ramai, lelah, dan
sebagainya. Pengklasifikasian tersebut tidak terpisah, tapi saling berhubungan. Dalam
kenyataan malah sulit dipisahkan secara partial, misalnya pada saat guru menerangkan proses pengajaran cara penggunaan suatu alat dan memperagakan
penggunaan alat yang dimaksud, setidaknya, guru menggunakan empat macam sumber belajar yang berperan disana, guru, alatnya, topik pesan informasi yang
dijelaskan tentang cara penggunaan alat tersebut, dan teknik penyajiannya yakni dengan peragaan Rohani, 2004:165.
d Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun, dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Metode adalah mata rantai tengah yang menghubungkan tujuan dengan hasil, dimana metodelah yang akan menentukan
kualitas sebuah hasil. Untuk pencapaian tujuan pembelajaran sejarah yang luas, metode yang digunakan harus membuka pengetahuan dan pengalaman para siswa
dalam pengembangan pemahaman, berpikir kritis, keterampilan praktis, minat, dan perilaku siswa.
Metode pembelajaran sejarah yang baik menurut Kochhar 2008:286 memiliki karakteristik sebagai berikut: 1Membangkitkan minat yang besar pada
diri siswa; 2 Menanamkan nilai-nilai yang diperlukan, perilaku yang pantas, dan kebiasaan kerja di antara para siswa; 3 Mengubah penekanannya dari
pembelajaran secara lisan dan hafalan ke pembelajaran melalui situasi yang bertujuan, konkret, dan nyata; 4 Mengembangkan eksperimen guru dalam situasi
kelas yang sesungguhnya; 5 Memiliki keleluasaan untuk aktivitas dan partisipasi para siswa; 6 Menstimulasi keinginan untuk melakukan studi dan eksplorasi
lebih lanjut, dan; 7 Membangkitkan minat tentang materi dan teknik yang digunakan oleh sejarawan. Metode ini sebaiknya memberi kesempatan kepada
para siswa untuk melihat ke dalam ruang kerja para sejarawan, agar mereka mengetahui bagaimana berbagai macam interpretasi peristiwa-peristiwa
bersejarah dan karakter-karakter yang saling bertentangan. Pada dasarnya, ada banyak metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran ini berbeda-beda tergantung dengan situasi dan kondisi yang ada di kelas. Antara mata pelajaran yang satu
dengan yang lainnya, bisa saja guru menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, karena tidak ada satupun metode yang cocok untuk semua mata
pelajaran. Selain bergantung pada tujuan yang akan dicapai, penggunaaan metode ini dipengaruhi oleh siswa sebagai individu yang beragam, situasi dan ukuran
kelas, fasilitas yang tersedia, topik yang akan dibahas, dan kemampuan profesional guru. Dalam hal ini, penggunaan metode tergantung pada kebijakan
masing-masing guru, karena gurulah yang paling mengerti kondisi dan situasi dalam kelas yang akan diajar.