peningkatan tingkat akurasi dan presisi dalam pendugaan banjir dan kekeringan. Hal ini didukung dari hasil penelitian Dutta,
et al. 2003 dan Francois, et al. 2003 bahwa penempatan beberapa lokasi stasiun curah hujan secara benar di
DAS dapat meningkatkan tingkat akurasi pola penyebaran curah hujan wilayah, sehingga berdampak positif terhadap meningkatnya tingkat akurasi model
pendugaan debit aliran permukaan banjir. Tabel 11. Uji berganda curah hujan dari stasiun iklim AWS Separi, Lempake,
Marang Kayu, dan Seleko antara tanggal 22 Februari – 17 Mei 2006 Keterangan
SPI Vs LMP SPI Vs MKY LMP Vs MKY SPI Vs SLK
LMP Vs SLK MKY Vs SLK
r
2
0,34 0,17
0,29 0,45
0,40 0,25
b 1,14
0,53 0,35
0,72 0,34
0,42 r
2
0,31 0,54
0,18 0,42
0,59 0,25
b 1,50
0,90 0,19
0,87 0,39
0,55 Uji Berganda Curah Hujan Harian
Uji Berganda Curah Hujan Mingguan
Keterangan : Keterangan : SPI = AWS Separi, LMP = AWS Lempake, MKY = AWS Marang Kayu, SLK = stasiun hujan Seleko, r
2
= koefisien korelasi, dan b = kemiringan garis
slope
5.2. Dampak Alih Fungsi Penggunaan Lahan Terhadap Banjir
Berdasarkan hasil analisis klasifikasi penggunaantutupan lahan dari citra satelit landsat 7 TM tahun 1998 perekaman tanggal 11 Februari 1998, bahwa
terdapat tujuh 7 jenis penggunaan lahan di DAS Separi, yaitu : hutan, semak belukar, persawahan, pemukiman, kebun atau ladang, lahan terbuka, dan
tambang batu bara. Peta jenis penggunaan lahan DAS Separi tahun 1998 disajikan pada Gambar 21. Berdasarkan Gambar 21, jenis penggunaan lahan
pada tahun 1998 yang paling dominan adalah kawasan hutan yang memiliki luas 40 9.438,53 Ha, kemudian diikuti oleh jenis penggunaan lahan semak belukar
yakni 29 6.685,89 Ha, lahan terbuka yang memiliki luas 27 6.223,27 Ha, tambang batubara yang memiliki luas 2 465,34 Ha, kebunladang yang
memiliki luas 2 408,76 Ha, persawahan yang memiliki luas 1 118,84 Ha, dan kawasan pemukiman yang memiliki luas 0,1 25,73 Ha.
66
Berdasarkan hasil analisis klasifikasi penggunaantutupan lahan dari citra satelit landsat 7 TM tahun 2005 perekaman tanggal 10 September 2005,
terdapat tujuh jenis penggunaan lahan di DAS Separi, yaitu : hutan, semak belukar, persawahan, pemukiman, kebun atau ladang, lahan terbuka, dan
tambang batu bara. Peta jenis penggunaan lahan DAS Separi tahun 2005 disajikan pada Gambar 22. Berdasarkan Gambar 22, maka jenis penggunaan
lahan pada tahun 2005 yang paling dominan adalah kawasan semak belukar yang memiliki luas 95 22.089,67 Ha, kemudian diikuti oleh jenis penggunaan
lahan tambang batubara yang memiliki luas 2 465,34 Ha, kebunladang yakni 2 373,76 Ha, hutan yang memiliki luas 1 261,59 Ha, persawahan yang
memiliki luas 1 116,47 Ha, lahan terbuka yang memiliki luas 0,1 31,16 Ha, dan kawasan pemukiman yang memiliki luas 0,1 28,38 Ha.
Gambar 21. Peta jenis penggunaan lahan tahun 1998 di DAS Separi
67
Berdasarkan peta jenis penggunaan lahan tahun 1991 Gambar 18, peta jenis penggunaan lahan tahun 1998 Gambar 21, dan peta jenis penggunaan
lahan tahun 2005 Gambar 22, secara spasial ruang dan temporal waktu telah terjadi alih fungsi penggunaan lahan antara tahun 1991 sampai tahun 1998
maupun tahun 2005. Selama 7 tahun yakni antara tahun 1991 sampai dengan tahun 1998 telah terjadi alih fungsi penggunaan lahan dari hutan menjadi lahan
terbuka, semak belukar, dan kebunladang yang masing-masing adalah sebesar 50, 47, dan 2 dari luas areal hutan 21.784,35 Ha pada tahun 1991 menjadi
9.438,53 Ha pada tahun 1998. Hal ini juga ditunjukkan dari penurunan luas hutan sebesar 57 dan terjadi peningkatan luas semak belukar, lahan terbuka, dan
kebunladang yang masing-masing adalah 87, 100, dan 75 dibandingkan tahun 1991 Tabel 12.
Gambar 22. Peta jenis penggunaan lahan tahun 2005 di DAS Separi
68
Alih fungsi penggunaan lahan antara tahun 1998 sampai dengan tahun 2005 dari hutan menjadi semak belukar adalah sebesar 100 dari luas areal hutan sekitar
9.438,53 Ha pada tahun 1998 menjadi 261,59 Ha pada tahun 2005. Hal ini juga ditunjukkan dari penurunan luas hutan sebesar 97 dan terjadi peningkatan luas
semak belukar 70 22.089,67 Ha dibandingkan tahun 1998 yakni 6.685,89 Ha Tabel 12. Selama 15 tahun tahun 1991 – 2005 telah terjadi alih fungsi
penggunaan lahan dari hutan menjadi semak belukar 98,58, lahan terbuka 0,15 maupun kebunlading 1,27.
Tabel 12. Alih fungsi penggunaan lahan antara tahun 1991 – 2005 di DAS Separi
No. Jenis Penggunaan
Lahan 1991
1998 2005
1991 1998 1998 2005
1 Hutan 21.784,36
9.438,53 261,59
56,67 97,23
2 KebunLadang
100,46 408,76
373,76 75,42
8,56 3
Lahan Terbuka -
6.223,27 31,16
100,00 99,50
4 Pemukiman
20,28 25,73
28,38 21,17
9,34 5
Persawahan 124,27
118,84 116,47
4,37 1,99
6 Semak Belukar
871,65 6.685,89
22.089,67 86,96
69,73 7
Tambang Batubara 465,34
465,34 465,34
- -
Luas Ha Pada Tahun Perubahan
Keterangan : angka didalam kurung bernilai negatif terjadi penurunan luas
Dampak negatif terjadinya alih fungsi penggunaan lahan dari hutan menjadi semak belukar 98,58, lahan terbuka 0,15 maupun kebunlading
1,27 di DAS Separi adalah meningkatnya intensitas banjir di hilir DAS Separi. Secara faktual telah terjadi peningkatan intensitas banjir pada tahun 2005 yang
terjadi sebanyak 2 kali yakni pada tanggal 22 Oktober dan 20 Desember 2005, bila dibandingkan dengan sebelum tahun 2005 yang terjadi hanya sekali dalam
setahun yakni pada tanggal 27 Juni 1998, 9 Januari 2002, 15 Oktober 2003, 14 Maret 2004, dan 3 Mei 2006 Tabel 13. Hal ini menunjukkan bahwa dampak
negatif alih fungsi penggunaan lahan adalah terjadinya peningkatan intensitas banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Hasil penelitian
69
Mahe, et al. 2005 menyatakan bahwa akibat alih fungsi penggunaan lahan
hutan menjadi non hutan dari 43 pada tahun 1965 menjadi 13 pada tahun 1995 di DAS Nakambe, Burkina-Faso berdampak negatif terhadap menurunnya
kapasitas tanah memegang air 33-62, sehingga berdampak lanjutan terhadap meningkatnya volume aliran permukaan
runoff sebesar 60. Selain itu, hasil penelitian Mahe,
et al. 2005 juga menunjukkan bahwa dampak negatif akibat alih fungsi penggunaan lahan hutan menjadi non hutan adalah penurunan jumlah
curah hujan tahunan sebesar 20. Tabel 13. Kejadian-kejadian banjir dengan curah hujan mingguan 7 hari di DAS
Separi selama tahun 1998 – 2005 No.
Waktu Curah Hujan 7 Hari
TMA Debit
Keterangan Sebelum Kejadian
mm m
m
3
detik 1
27-Jun-98 128,00
tad tad
Banjir 2
9-Jan-02 119,65
3,73 75,07
Banjir 3
17-Jun-02 84,06
2,97 53,40
- 4
22-Nov-02 99,59
2,51 41,61
- 5
7-Jan-03 76,58
2,93 52,34
- 6
30-Mar-03 59,84
2,11 32,20
- 7
15-May-03 84,98
3,51 68,46
- 8
15-Oct-03 108,38
3,69 73,87
Banjir 9
23-Jan-04 99,74
3,51 68,49
- 10
14-Mar-04 105,63
3,66 72,86
Banjir 11
24-Nov-04 54,37
3,26 61,44
- 12
26-Dec-04 64,06
3,33 63,41
- 13
7-Jan-05 58,73
3,11 57,31
- 14
25-Apr-05 11,81
3,55 69,83
- 15
14-May-05 15,44
3,54 69,51
- 16
22-Oct-05 160,56
3,74 75,52
Banjir 17
20-Dec-05 104,06
3,66 73,01
Banjir 18
3-May-06 107,58
3,76 75,94
Banjir Keterangan : tad = tidak ada data belum dipasang alat AWLR
5.3. Pengaruh Karakteristik Tanah Terhadap Laju Infiltrasi Tanah