110 pendapat Bandura 1997: 122 yang
menjelaskan “…
efficacy beliefs play
a central role in the cognitive regulation of motivation”.
Self Efficacy
mempunyai peran penting pada pengaturan motivasi seseorang. Lebih lanjut temuan tersebut diperkuat dengan pendapat Bandura 1997:
129 yang menyatakan “
Perceived self efficacy contributes to
motivation… .” Jadi
Self efficacy
seseorang memiliki efek terhadap perilaku individu tersebut yaitu dalam hal motivasi.
b. Optimisme Dalam Menyelesaikan Tugas
Aspek optimisme dalam menyelesaikan tugas dapat dilihat dari lima sub aspek yang meliputi melakukan penundaan baik dalam memulai
maupun menyelesaikan suatu tugas, keterlambatan dalam menyelesaikan suatu tugas, kegagalan dalam mengerjakan tugas, perencanaan dalam
menyelesaikan tugas, dan komitmen dalam menyelesaikan tugas. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dapat
diketahui bahwa pada sub aspek melakukan penundaan baik dalam memulai maupun menyelesaikan suatu tugas, BR tidak melakukan
penundaan dalam mengerjakantugas yang diberikan baik saat di sekolah maupun di rumah. Sub aspek yang kedua yaitu keterlambatan dalam
menyelesaikan suatu tugas, BR tampak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepada BR mengimbangi teman-teman satu kelas BR
meski dengan hambatan yang dimiliki oleh BR berupa kekakuan pada kedua tangan BR dan kelumpuhan pada kedua kaki BR. Temuan ini
sejalan dengan pendapat Baron dan Byrne 2003: 183 yang
111 menyebutkan bahwa
self efficacy
adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas,
mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. Meski dengan hambatan yang dimiliki oleh BR, BR tetap mampu menyelesaikan tugas yang
diterima oleh BR dengan mengimbangi teman-teman satu kelas BR yang lain.
Sub aspek yang ketiga yaitu kegagalan dalam mengerjakan tugas. Dalam bidang akademis BR tidak selalu mendapatkan nilai sempurna,
namun nilai yang diperoleh oleh BR cenderung tinggi. Sementara dalam pelajaran penjasorkes dan seni tari BR diberikan nilai kebijakan dengan
tanda bintang sesuai KKM. Namun, nilai kebijakan yang diberikan ini belum jelas kriteria pencapaian seperti apa yang diharapkan. Padahal
secara didaktis, evaluasi hasil belajar dapat memberikan dorongan motivasi kepada anak untuk dapat memperbaiki, meningkatkan, dan
mempertahankan prestasinya Anas Sudijono, 2006: 10-11. Mengingat pentingnya evaluasi hasil belajar bagi seorang anak, maka peran kepala
sekolah disini sangat diperlukan sebagai administrator mengingat nilai yang diberikan kepada anak tunadaksa hanya diberikan atas dasar
kebijakan semata sesuai batas KKM tapi tanpa ada kriteria khusus pencapaian keberhasilan yang harus dicapai oleh anak tunadaksa. Oleh
karenanya secara administrative struktur program bimbingan merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator sekolah
Musjafak Assjari, 1995: 247. Kepala sekolah disini harus melaksanakan
112 fungsi administrasi yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi guna
benar-benar mengetahui masalah yang dihadapi dalam belajar anak tunadaksa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sunaryo Kartadinata, dkk
2002: 50 yang menyatakan bahwa bimbingan belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu murid agar dapat mengatasi
masalah yang dihadapi dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki. Sub aspek perencanaan dalam menyelesaikan tugas, BR mulai mengerjakan tugas
dimulai dari yang gampang terlebih dahulu. Dalam sub aspek komitmen dalam menyelesaikan tugas sendir, BR juga mempunyai komitmen dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan memanfaatkan waktu mengerjakan dengan optimal.
3. Generalisasi