14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Anak Tunadaksa
Tangan dan kaki merupakan organ yang sangat berpengaruh dalam mobilitas manusia. Apabila fungsi salah satu atau kedua organ tersebut
mengalami gangguan tentu akan dapat mempengaruhi mobilitas seseorang yang mengalami hal tersebut. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh luka
pada bagian saraf otak maupun pada bagian sistem otot dan rangka manusia.
1. Pengertian Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa sering disebut dengan istilah anak cacat tubuh, cacat fisik, tuna tubuh, cacat ortopedi, atau penyandang disabilitas. Istilah
tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang dan “daksa” yang berarti tubuh. Misbach D 2012: 15 menyebutkan bahwa
tunadaksa adalah anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan istilah cacat tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk
menyebut anak cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat indranya. Musjafak Assjari 1995: 33-34 mendefinisikan anak tunadaksa sebagai
penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi,
adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Hallahan dan Kaufman 2006:
468 yang menjelaskan bahwa: “
Children with physical disabilities or other health impairments are those whose physical limitations or health
15
problems inferse with school attendance or lea rning to such an extent that special service, training,equipment, materials, or facilities are
required”. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia maka anak dengan kelainan atau kerusakan fisik lainnya adalah mereka yang
memiliki keterbatasan
fisik atau
gangguan kesehatan
yang mempengaruhi aktivitas sekolah atau belajarnya sehingga membutuhkan
layanan, pelatihan, alat, bahan, dan fasilitas khusus. Suroyo Asep Karyana Sri Widati, 2013: 32 secara definitif
menyebutkan pengertian kelainan fungsi anggota tubuh tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal. Ketidaknormalan itu akibat luka,
penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna. Dengan ketidaknormalan pada anak tunadaksa, Musjafak Assjari 1995: 73 menyatakan bahwa
kebutuhan anak tunadaksa dapat dilihat dari segi fisik dan psiko sosial. Aspek psiko sosial anak tunadaksa yaitu berupa membutuhkan rasa aman
dalam bermobilisasi, perlu afiliasi, butuh kasih sayang dari orang lain, diterima di tengah-tengah masyarakat, dan dihargai. Identifikasi kesulitan
anak tunadaksa menjadi penting untuk mengetahui karakteristik dan faktor-faktor kelainannya. Lebih lanjut Sunaryo Kartadinata, dkk 1999:
185 yang menyatakan bahwa identifikasi kesulitan anak tunadaksa menjadi hal yang sangat penting terkait dengan upaya mengetahui
karakteristik dan faktor-faktor kelainannya. Secara etimologis, gambaran
16 seseorang yang diidentifikasikan mengalami ketunadaksaan, yaitu anak
tunadaksa didefinisikan sebagai seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai dari luka, penyakit,
pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.
Sehingga dalam kepentingan pembelajarannya memerlukan layanan khusus. Musjafak Assjari 1995: 85 menyatakan apabila penyandang
cacat menerima pelayanan pendidikan di sekolah formal, maka Ia harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang diindividualkan. Lebih lanjut
Smith 2012: 189-190 menyebutkan bahwa ada beberapa alternatif bantuan yang bisa diberikan kepada anak berkesulitan fisik agar berhasil
di kelas inklusi, diantaranya pengajaran kemandirian yang optimal, belajar kelompok, dan
team teaching
. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat diuraikan bahwa anak
tunadaksa merupakan anak dengan bentuk kelaianan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian atau pusat pengaturannya. Kelainan
atau keterbatasan tersebut dapat menimbulkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan
pribadi. Maka dengan keadaan yang demikian anak tunadaksa membutuhkan layanan, pelatihan, alat, bahan, dan fasilitas khusus guna
mengatasi segala keterbatasannya.
17
2. Klasifikasi Anak Tunadaksa