Bank Sampah Simpan Jadi Mas SJM a

4.2. Penyajian Data

Penyajian data yang akan ditampilkan oleh peneliti didasarkan pada tiap – tiap katagori yang sudah ditentukan. Sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan verifikasi, analisis data dan penarikan kesimpulan. Berikut penyajian data berdasarkan katagorisasinya:

4.2.1. Bank Sampah Simpan Jadi Mas SJM a

Latar belakang pendirian Bank Sampah Simpan Jadi Mas SJM diawali dari keresahan seorang ibu rumah tangga yang bernama Suryani Tanjung. Suryani yang sehari-hari juga bekerja sebagai penarik RBT – Ojek – di simpang sicanang memiliki keinginan yang cukup sederhana, yaitu bagaimana agar lingkungan tempat tinggalnya bersih dari sampah. Begitupun, pada awal pendiriannya, Suryani tetap meminta pendapat dan pandangan-pandangan dari berbagai pihak guna mendapatkan dukungan dalam pendirian Bank Sampah. Latar belakang pendirian bank sampah “Jadikan karena saya sering di kantor lurah, dia pun – Pak sirait – bertanya kepada saya apa yang bisa kita bikin. Pertamanya saya cerita sama P2KP, sama pemerhati lingkungan. Aku mau buat ini lah, maunya kelen mendukung? Jadi bukannya bank sampah yang mau saya bikin dulu. Tetapi saya mau mengutip sampah semua orang di sini biar bersih lingkungan. Jadi maka terjadilah bank sampah ini. Kami cari lah anggota. Carilah anggota buk, kata Pak Sirait. Saya carilah anggota dari PTP2WKSS. Itulah sejarah terbentuknya ini,” Suryani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait juga mengatakan hal yang sama. Di mana lingkungan yang mereka tinggali sehari-hari diseraki sampah hasil dari perilaku warga kota yang membuang sampah di sungai dan berujung perairan laut Universitas Sumatera Utara belawan. Setiap kali air pasang telah surut, halaman mereka selalu diseraki sampah-sampah yang ada. Selain itu menurut Efendi, program bank sampah yang digerakkan oleh pemerintah sejak 2006 banyak yang dianggapnya gagal dan tidak berjalan dalam menangani persoalan sampah. “Satu memang kita sudah alamnya ke sampah, gitula. kerena kita sudah sering hidup di sampah gitulah kira-kira. Sesudah itu, kita pandang program pemeritah di tahun 2006, Bank Sampah itu tidak ada yang bisa muncul sedikitpun ke permukaan. Semua vakum dan mati surilah bisa kita bilang. Maka itu saya mau berbuat program Bank Sampah yang baru ini akan saya tingkatkan,” Hasil wawancara dengan Ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait tanggal 17 Pebruari 2014 Selanjut, Suryani Tanjung dan Efendi Sirait kemudian melakukan diskusi dan pembahasan bersama untuk mendirikan bank sampah di lingkungan tempat tinggal Suryani. Tepatnya di blok B Lorong II Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Dari Hasil diskusi ini kemudian diperoleh kesepakatan bahwa mereka – Suryani dan Efendi Sirait – akan mencari orang- orang yang siap menjadi pengurus bank sampah dengan syarat orang-orang yang akan menjadi pengurus di bank sampah harus-lah orang-orang yang telah memiliki skill dalam pengelolaan sampah. “Iya-lah, kami bedua-lah, cari lah. Jadi saya carilah. Saya-kan ada kawan-kawan di PTP2WKSS. Apalagi mereka sudah tau sedikit tentang pengelolaan sampah. Kan gitu-lah ini. Jadi saya bawalah mereka kemari. Kawan-kawan saya jugalah mereka ini di warga binaan. Jadi terbentuklah Bank Sampah ini,” Suryani Tanjung Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Suryani dan para pengurus Bank Sampah yaitu Asna dan Sri Rahmayani menjelaskan, PTP2WKSS adalah program terpadu peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera yang dicanangkan oleh Pemko Medan melalui Universitas Sumatera Utara setiap kelurahan yang ada di Kota Medan. Program ini sendiri ditujukan untuk melawan masalah 3R di tengah masyarakat yaitu; Rawan Kemiskinan, Rawan Pendidikan, dan Rawan Pangan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, setiap ibu rumah tangga yang menjadi peserta atau warga binaan pada PTP2WKSS diberikan pelatihan skill. “Banyak pelatihan-pelatihan didalamnya pak, kayak bordir, menjahit, membuat pakan ternak itu, kompos, merangkai bunga. Udah itu, ada lagi, kegiatan ini, masalah masak-memasak, dan batik-membatik, Sama menanam bunga,” Hasil FDG dengan Suryani Tanjung dan Sri Rahmadani Tanggal 7 Pebruari 2014 Para pengurus Bank Sampah SJM yang dulu pernah bergabung di PTP2WKSS mengatakan bahwa kegiatan PTP2WKSS kini sudah mengalami kevakuman dikarenakan tidak adanya kegiatan dari pihak kelurahan. Hal ini yang kemudian membuat Asna lebih memilih untuk mengurusi Bank Sampah ketimbang datang ke kelurahan tanpa adanya kegiatan yang jelas. “Kalau kami ada kegitan kami pergi aja pak, karena ngak ada kegiatan makannya kami di sini aja,” Hasil wawancara dengan Asna, Tanggal 7 Pebruari 2014 Hampir sama dengan Asna, Sri Ramadani juga mengatakan meski PTP2WKSS masih ada namun saat ini tidak ada kegiatan sama sekali. “Masih ada, cuman kami ini masih vakum pak, itu masih berjalan tapi masih belum ada kegiatan, jadi divakumkan dulu,” Hasil wawancara dengan Sri Ramadani, tanggal 7 Pebruari 2014 Kevakuman PTP2WKSS menurut para pengurus Bank Sampah SJM dikarenakan dua faktor, yaitu berhentinya Ketua PTP2WKSS dan bertukarnya Universitas Sumatera Utara jabatan lurah setempat. Suryani menjelaskan, ketika ketua PTP2WKSS yang bernama Krisdayanti berhenti dari jabatannya, dirinya kemudian diminta untuk menggantikan jabatan yang selama ini diduduki oleh Krisdayanti. Namun, belum lama dirinya menjabat sebagai Ketua PTP2WKSS, jabatan lurah di sicanang yang selama ini di jabat oleh Yusuf Siregar pun harus berganti. “Kami masih jalan warga binaan dia sudah berhenti. Waktu itu, Jadi terkatung-katunglah. Saya dibikinnya di situ untuk menggantikan dia. Ketua sementara. Udah itu, Lurahnya-pun pindah, ditukar, vakumlah semua,” Suryani “Jadi sekarang ini lurah kami udah bukan ya lama lagi,” Asna “Lurah kami bukan Yusuf Siregar lagi. Makanya vakum dan bapak itu pun sudah meninggal,” Suryani Sri Rahmadani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014. Keberhasilan lurah terdahulu menurut para pengurus Bank Sampah SJM dikarenakan seorang Ibu Lurah yang bernama Sri Rezeki. Ibu Sri Rezeki dinilai sangat aktif dalam mendorong dan menjalankan setiap kegiatan kelurahan dengan melibatkan setiap ibu rumah tangga. Selain itu, Ibu Sri Rezeki ini juga dianggap sering mengundang pegawai-pegawai dari dinas yang ada di Pemko Medan untuk datang dan berkunjung ke Sicanang Belawan. “Waktu itu buk lurahnya kan lincah pak. Sekarang buk lurahnya penyakitan pak,” Asna “Sama penyakitan dua-duanya memang. Sama-sama penyakit gula. Lebih parah ibu itu lagi –Ibu Sri, istri lurah lama– tapi masih bisa bergerak.” Suryani “Ada saja event yang datang. Tau bapak orang-orang dinas itu mau aja datang, mau aja datang. Dia pun pandai mengambil hati orang- orang dinas. Entah itu makan bersama kami bikin,” Suryani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Universitas Sumatera Utara Oleh karenanya, para pengurus Bank Sampah SJM mengakui peran serta Ibu Lurah Sri Rezeki melalui program PTP2WKSS sangat banyak membantu mereka khususnya dalam hal pengembangan pengetahuan. “Iya, kerena program dia-lah makanya kami banyak tau,” Suryani “Pernah-pun kami sama ibu itu waktu simulasi masalah pola asuh anak. Itu kami diudang ke gedung Darma Wanita itu lah, di jalan dekat petisah itu-lah, di depan petisah itu-lah,” Sri Rahmadani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Meski demikian, ketika Bank Sampah SJM didirikan pada tanggal 22 September 2013 Ibu Sri Rezki tidak lagi menjabat sebagai Ibu Lurah di Kelurahan Belawan Sicanang. Sehingga pembentukan Bank Sampah SJM ini sama sekali tidak diketahui oleh Sri Rezki. “Ngak tau dia,” Suryani “Dia-kan sudah ngak di sini lagi menjadi lurah. Kami-pun yang membentuk bank sampah ini, sudah lurah yang baru,” Sri Ramadani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Suryani dan Sri Rahmadani menceritakan pembentukan Bank Sampah SJM terjadi ketika bergantinya jabatan lurah di Kelurahan Sicanang Belawan. Namun mereka menolak jika Bank Sampah yang mereka dirikan atas dasar ide dari lurah yang baru. “Iya udah Lurah baru,” Sri Rahmadani “Tapi bukan usulan lurah baru ya. Usulan kami sendiri,” Suryani dan Sri Rahmadani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014. Universitas Sumatera Utara Begitupun, Suryani dan para pengurus Bank Sampah SJM tidak menafikan adanya peran dari pihak kelurahan dalam upaya pendirian Bank Sampah SJM. Bagi mereka keterlibatan kelurahan sangat diperlukan khususnya untuk hal-hal yang sifatnya administratif. “Setiap ada program kegiatan, kita kan selalu terlibat dengan kelurahan. Kalau kami kan juga dibina kelurahan dan mengambil S.K dari kelurahan, jadi mau tidak maukan, ya ikutlah lurah. Jadi taulah lurah. Makanya otomatis kami harus bernaung di bawah kelurahan,” Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM Tanggal 7 Pebruari 2014 Selama Bank Sampah SJM ini berdiri, Suryani dan para pengurus bank sampah lainnya mengakui mengalami beberapa kendala. Khususnya dalam mengoprasionalkan Bank Sampah SJM. Berapa kendala yang mereka hadapi saat ini antara lain adalah persoalan modal dan kendaraan pengakutan sampah dari bank sampah ke tempat tengkulak atau pengepul. “Ya itu pak, kendala kami cuman dipengakutan itu ajanya pak. Kendala kami di masyarakat tidak ada. Pengakutan sama modal,” Suryani “Modal kami seret pak,” Asna Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Peberuari 2014 Suryani juga menceritakan pada awal pendirian Bank Sampah SJM ini mereka kesulitan untuk mencari modal. Modal yang pertama mereka untuk mendirikan Bank Sampah terbilang tidak terlalu besar. “Dengan bermodalkan seratus ribu. ngak ada modal kami pertama,” Hasil wawancara dengan Suryani, tanggal 7 Pebruari 2014 Akan tetapi, menurut Ketua Bank Sampah SJM Efendi Sirait, untuk dapat mampu mengembangkan bank sampah ke arah yang lebih baik lagi, maka Universitas Sumatera Utara diperlukan juga beberapa sarana dan prasaran yang harus dipenuhi. Tidak hanya sebatas pada becak sebagai alat angkut, tetapi juga harus ada mesin pembuat kompos dan pencecah ember plastik. “Karena pada saat ini kita kan bisa dibilang belum lengkap, kalau lah ada misalnya mesin pencuci plastik dan pencecah ember, mesin pembuat kompos, atau becak viar untuk mengakut sampah. Pasti tidak seperti ini lagi. Semua pasti terhindar sampahnya,” Hasil wawancara dengan Efendi Sirait, tanggal 17 Pebruari 2014 Lebih lanjut, Efendi Sirait menjelaskan, jika sarana dan prasaranan untuk menggerakan bank sampah dapat dipenuhi, dirinya yakin dan percaya bahwa pengurus dan para nasabah akan lebih tergerak lagi untuk menabung sampah. Bahkan menurutnya, jika mesin pencuci plastik dan pencecah ember itu telah ada di bank sampah yang ia dirikan maka sampah akan menjadi komuditas yang dibutuhkan dan akan terus dicari. “Bahkan sampah yang dua puluh tahun pun kita cari di mana ada, sangkin bahan bakunya sudah habis. Maksudnya macam ini, plastik inikan sudah tertanam puluhan tahun, nantikan kita congkel kembali ke permukaan. Kerena pada dasarnya mesin itu menggerakan kita supaya cepat. Cepat ambil lebih banyak lagi, cepat ambil lebih banyak lagi. karena sudah pakek mesin,” Hasil wawancara dengan Efendi Sirait tanggal 17 Pebruari 2014 Untuk mendapatkan modal atau bantuan sarana dan prasarana, para pengurus bank sampah sudah mencoba untuk mengajukan proposal. Baik ke pihak pemerintah kota PEMKO dan juga ke prusahaan-prusahaan disekitar lingkungan Bank Sampah SJM. “Ada, sudah membuat proposal kami, tapi belum lagi kami ajukan ya. Sedang dalam membikin proposal kami ini. Itupun kalau nanti dikabulkan,” Suryani “Kalau tidak ada ya kami jalani aja,” Sri Rahmadani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Universitas Sumatera Utara “Ada, tetapi dorongan pemerintah itu belum nampak. Upamanya ada yang mau kasih chanel perusahaan, cuman lagi kalau mungkin, bukan mungkin gitu lah sudah terjadi begitu, kalau tidak ada orang pemko yang menandatangani proposal atau apa, rasanya kuranglah mereka menanggapi. Pada hal untuk daerah ini, sementara perusahaan itu beroprasi di daerah ini,” Efendi Sirait Hasil wawancara dengan Ketua Bank Sampah SJM Efendi Sirait tanggal 17 Pebruari 2014 Tidak berhenti sampai di situ saja, usaha untuk mendapatkan modal bantuan berupa sarana dan prasarana coba terus dilakukan oleh Ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait. Bahkan Efendi Sirait rela untuk menggadaikan rumahnya untuk bisa mendapatkan becak viar sebagai alat tranportasi pengakut sampah dari Bank Sampah ke Pengepul. Namun menurutnya, usaha yang ingin ia lakukan itu tidak dipandang dan ditanggapi oleh pihak Pemko Medan. “Ya ngertilah kalau di pemko sana. Ya kapan-kapan lah, kapan- kapanya bisa saja tujuh tahun akan datang atau ketika dia sudah pengsiun. Kalau saja ini cepat direalisasikan oleh pemko, cepat ini terjadi,” “Maka sudah saya bilang waktu itu di kantor wali kota, saya berani neken surat rumah saya ambil, dalam tempo satu tahun lima puluh ibu-ibu yang pengaguran di pulau cinang bisa saja bantu untuk menambah perekonomiannya,” “Sama ibu soneta juga sudah saya bilang, ambil surat rumah saya bu. Ngak usah uang saya ambil, biar ibu saja yang langsung ambilkan becak viar ke shoorome. Kita buat perjanjian hitam di atas putih. Kalau ngak sanggup saya bayar dalam satu tahun ambil saja, keluarga saya tidak nuntut,” “Udah saya bilang ini untuk masyarakat. Kalau untuk saya sendiri bisa kok, saya ambil sendiri 25 bisa kok. 20 juta lah kita bilang. Ini surat rumah ku kita bilang. Kita gadekan sendiri, bisa kan? Itu rumah saya sendiri, tanah-tanah saya sendiri, karena kan namanya lengkap kok, tapi ku tengok gubrisnya kurang, ya sudah kalau begitu. Yang menahankannya kan masyarakat,” Hasil wawancara dengan Ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait tanggal 17 Pebruari 2014 Universitas Sumatera Utara Meski masih banyak kekurangan dan kendala yang dihadapi para pengurus Bank Sampah SJM. Namun mereka mengatakan, setidaknya setalah Bank Sampah SJM ini berdiri, intensitas masyarakat untuk membuang sampah ke laut sudah mulai berkurang. Hal ini dikarenakan petugas pengakutan sampah dari pemerintah kota tidak masuk ke dalam gang-gang atau lingkungan tempat mereka tinggal. Para petugas pengakutan sampah dari pihak pemerintah kota hanya mengakut sampah di bak-bak sampah khusus yang telah dibagun di jalan-jalan utama di antara gang-gang pemukiman warga. “Agak lumayan lah berkurang membuang sampah ke laut,” Sri Rahmadani “Ada bak sampah di depan. Tapi jarang diambil. Nanti pas mau diambil udah habis dimakan kambing. Kambing membuat banyak sampah jadi berserak. Jadi banyak yang memilih membuang ke laut dari pada dibuat kambing berserak terus akhirny menyebarkan bauk. Selain kambing, kadang juga diseraki dan dimakani ayam,” Suryani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah, tanggal 7 Pebruari 2014 Dampak yang muncul akibat dari perilaku masyarakat yang membuang sampah ke laut adalah terganggunya pertumbuhan pohon mangrove yang telah ditanami oleh masyarakat di pesisir pantai. “Kami juga mau bikin penanaman mangrove sekarang. Sudah banyak mangrove kami yang terkikis dan mati dikarenakan sampah. Tahun berapa tu wak penanaman mangrove? Kan ngak ada yang tumbuh gara-gara sampah ini,” Sri Rahmadani Hasil FDG dengan para pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 “Udah sampai saya bilang, di Sumatera Utara ini, tahun ini ya, tahun 2013 ya, lain tahun-tahun yang lewat saya ngak tau. Cuman pak syadan yang dapat kalpataru. Penanaman pohon dari Sumatera kan cuman dia yang dapat. Udah saya terangkan, sia-sia bu kalpataru itu dipegangnya, karena kalau sampah terus beredar bakau-bakau yang Universitas Sumatera Utara ditanam itu tidak akan tumbuh. Karena plastik-plastik ini atau sampah-sampah ini mengandung minyak kimia, bukan minyak makan. Kalau minyak makan udah kurebus itu,” Hasil wawancara dengan Ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait tanggal 17 Pebruari 2014 Selain mengganggu pertumbuhan mangrove, perilaku masyarakat yang membuang sampah ke laut juga mengakibatan lingkungan tempat tinggal warga menjadi kotor. Hal ini terjadi setiap kali air pasang naik ke pemukiman warga dan selalu membawa sampah-sampah hasil pembuangan masyarakat ke laut. “Dulu sampah ini semua. Akibat buang sampah ke laut. Dibuang ke laut, pasang balik lagi. Jorok lagi,” Suryani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Tentunya dengan adanya Bank Sampah SJM di Lingkungan V Blok B Kelurahan Pulau Sicanang Kecamatan Medan Belawan ini keberhasilan mengurangi intensitas pembuangan sampah ke laut yang secara langsung juga dapat mengganggu pertumbuhan mangrove. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dinilai Armawati tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Di antara faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonomi. “Banyak orang yang sudah menyentuh permasalahan sampah. Namun belum ada yang berhasil secara keseluruhan. Jadi dengan adanya bank sampah ini kita sudah mulai melakukan pendekatan pengelolaan sampah dengan model ekonomi. Ada uang di situ, perubahan dari uang ke sampah sangat dekat. Itu akan sangat efektif apalagi dengan masyarakat kita yang masih suka menghitung dengan pendekatan ekonomi dan itu punya pengaruh besar terhadap masyarakat kita,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 28 Pebruari 6 Juli 2014 Jadi menurut Armawati, apapun program yang ada sekarang jika tidak dirasakan manfaat ekonominya secara langsung oleh masyarakat maka akan sulit untuk digerakkan. Oleh karenannya kemudian mereka melakukan pendekatan Universitas Sumatera Utara pengelolaan sampah dengan cara menabung sampah. Meski pada awalnya gerakan ini ditujukan untuk masyarakat perkotaan namun tetap saja tidak berjalan secara maksimal. Hal ini menurut Armawati dikarenakan selisih uang 5 sampai 10 ribu tidak terlalu dirasakan dan dianggap oleh masyarakat perkotaan. “Nah, berbeda ketika kita main di daerah pinggiran. Di mana di sana selisih uang itu sangat terasa. Apalagi di daerah pinggiran persoalan sampah tidak bisa terakomodir dengan baik oleh dinas kebersihan. Jadi sampah memang menjadi persoalan utama, tidak seperti di kota. Nah, hal itu yang kemudian memicu perilaku membuang sampah sembarangan di masyarakat pinggiran. Jadi di sana sampah tidak memiliki arti sama sekali. Namun semenjak ada bank sampah, dan sampah itu bisa berubah jadi uang itu yang kemudian membuat mereka tertarik. Karena mereka bisa mendapatkan uang secara cuma-cuma,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 28 Pebruari 6 Juli 2014 Khusus untuk modal awal pendirian bank sampah, Armawati menjelaskan selama ini bank-bank sampah yang ada dalam dampingan mereka memang diberikan rangsangan untuk dapat membangun atau mendirikan bank sampah secara swadaya. Karena pendekatan yang mereka lakukan dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah, bukanlah pendekatan yang lebih mengutamakan bantuan ekonomis semata. Tetapi lebih kepada pendekatan perubahan pandangan mainseat. Kerana bagi Armawati persoalan sampah adalah persoalan yang memang sulit untuk dihapuskan. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai tanggung jawab aatas sampah yang dihasilkannya. Jadi perubahan cara pandang itu penting di mana masyarakat diberitahu tentang manfaat pengelolaan sampah yang jika mereka lakukan mereka akan mendapatkan keuntungan berupa uang. Jadi masyarakat tidak diberikan uang agar mau melakukan pengelolaan sampah. Tetapi apabila mereka melakukan Universitas Sumatera Utara pengelolaan sampah dengan cara menabung di bank sampah mereka akan mendapatkan uang. “Pendekatan lebih kepada pendekatan medsite bukan kepada perubahan uang. Dalam arti perubahan secara radikal bukan modernis. Untuk modal memang mereka harus mencari sendiri. Hal itu disebabkan pertama dari unilevernya sudah ada kebijakan yang berbeda dari tahun 2010 di mana anggara yang ada sekarang lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Jadi kami dari mitra lokal berpikir dari dana yang tidak banyak bisa berjalan secara efesien,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Oleh karenanya, Armawati selaku mitra lokal yang mendampingi bank- bank sampah yang ada dibawah naungan LSM Conservation Mentality ini kemudian harus menyiasati agar program pengelolaan sampah melalui bank sampah ini dapat berjalan dengan efisien dan berkelanjutan. Satu cara yang kemudian dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan langsung ke lokasi bank-bank sampah yang ada. Sehingga uang tranportasi yang selama ini diberikan untuk peserta yang mengikuti pelatihan secara kausal di satu tempat dapat digantin menjadi suntikan bantuan modal kepada bank sampah. “Jadi uang transport yang selama ini diberikan ke peserta pelatihan bisa kita alihkan menjadi bantuan modal untuk bank-bank sampah yang kita latih. Caranya dengan melakukan pelatihan langsung ke lokasi bank-bank sampah. Biasanya satu bank sampah bisa mendapatkan uang sebesar 250 ribu. Itu lah yang kemudian mereka olah. Nah, usaha ini juga disetujui oleh lembaga donor,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Selain itu, Armawati juga menceritakan, untuk dapat menutupi keterbatasan anggaran yang ada, mereka juga mengajak kerjasama ke pihak Pemerintah Kota Medan yang dalam hal ini diwakili oleh Badan Lingkungan Hidup BLH Kota Medan. Menurut Armawati, pemerintah sebenarnya juga Universitas Sumatera Utara harus mempunyai peran dalam usaha pengelolaan sampah melalui pengembangan bank-bank sampah yang ada. “Pemerintah wajib ikut serta dalam pengembangan bank sampah. Tanpa dukungan pemerintah pasti sangat sulit. Kenapa kita pendekatan dengan BLH? Karena sejauh ini akses ke BLH lebih mudah disbanding ke Dinas Kebersihan. Sampai saat ini kita masih bisa duduk bareng untuk penyusunan anggaran. Apalagi sekarang pemerintah juga punya kepentingan khususnya untuk citra pemerintah kota yang bersih dan khusunya untuk mendapatkan Adipura. Nah makanya, kita melakukan shering bajet. Jadi kita saling membantu untuk bisa mempasilitasi banyak orang. Misalnya kami membiayai tranporstasi peserta, BLH nanti yang menyiapkan konsumsinya. Kira-kira begitu,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Sebelumnya Armawati menerangkan, Program bank sampah adalah satu dari beberapa program yang ada di dalam Medan Green and Clean. Program Medan Green and Clean telah berjalan sejak tahun 2010 yang didanai oleh CSR Yayasan Unilever. Di dalam program tersebut terdapat juga program edukasi penggunaan air, Urban Farming dan Pembentukan Paguyuban Bank Sampah. “Program ini sudah berjalan sejak 2010. Awalnya coba bermain di perkotaan tapi tidak terlalu berjalan maksimal. Makanya pada tahun 2013 coba diarahkan ke pinggiran perkotaan dengan pendekatan ekonomi dan sukurnya, program ini mampu berjalan khususnya di daerah Sicanang,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Dari latar belakang pendirian Bank Sampah SJM ini terlihat bagaimana upaya pemberdayaan masyarkat lebih dahulu dilakukan dengan cara pengorganisasian masyarkat. Yang terlebih dahulu dilakukan oleh dua orang masyarakat yang bernama Suryani dan Efendi Sirait. Langkah-langkah pengorganisasian yang mereka lakukan terlihat dari bagaimana Suryani mengajak warga dan teman-teman terdekatnya untuk ikut bergabsung dalam usaha pembentukan Bank Sampah SJM. Universitas Sumatera Utara Di mana Suryani lebih dahulu mengajak warga atau teman-temannya yang sebelumnya bergabung di PTP2WKSS. Hal ini dikarenakan, warga yang tergabung di dalam PTP2WKSS menurut Suryani dan Efendi Sirait dianggap telah memiliki kemampuan skill, setidaknya dalam usaha pengelolaan sampah yang dahulu sempat dilatih di PTP2WKSS. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan di PTP2WKSS berupa pembuatan pakan ternak, kompos dan keterampilan lainnya. Dalam perkembangannya Bank Sampah SJM banyak mengalami kendala. Beberapa kendala yang menjadi penghambat perkembangan Bank Sampah SJM adalah modal, sarana dan prasaranan. Meski demikian para pengurus Bank Sampah tetap bekerja mengelola Bank Sampah. Hingga kini tercatat sebanyak 46 orang dari warga di lingkungan V Blok B dan di lingkungan IX Blok D Kelurahan Belawan Sinang Kecamatan Medan Belawan. Dari nasabah yang berjumlah 46 orang ini sampah-sampah yang sebelumnya tidak berguna kemudian dikelola menjadi asset. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan sebelumnya oleh Armawati, di mana sampah telah memiliki perubahan nilai dari yang tidak berguna menjadi lebih berharga karena dapat dikonversi dengan rupiah dengan mekanisme menabung sampah. Dalam upaya tersebut LSM lokal yang bernama Conservation Mentality tempat Armawati bekerja harus terus melakukan pengembangan- pengembangan agar bank-bank sampah yang bermitra dengan mereka dapat terus berjalan meski dana yang ada terbatas. Untuk itu mereka, coba menggandeng pihak pemerintah melalui Badan Lingkungan Hidup BLH yang sampai saat ini bersedia untuk menjadi mitra mereka dalam hal pengembangan bank-bank sampah. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah dengan melakukan pembangian Universitas Sumatera Utara anggaran shearing bajeting yang diperlukan dalam usaha pengembangan bank- bank sampah. b Pengelolaan sampah sebagai asset di masyarakat sudah dilakukan oleh pengurus Bank Sampah SJM. Pengetahuan dan keterampilan yang didapat oleh pengurus Bank Sampah SJM dalam mengelola sampah diperoleh dari pelatihan yang diberikan oleh Ibu Ainun ketika para pengurus masih aktif dalam kegiatan PTP2WKSS. Hal ini diakui langsung oleh Suryani, Sri Rahmadani, dan Asna. “Inilah pelatihan dari Buk Ainun itu, dari warga binaan itu. Maksudnya hasil karya ini merupakan hasil pelatihan yang diberikan oleh Buk Ainun sewaktu kami masih menjadi warga binaan atau tergabung dalam kelompok PTP2WKSS dan ada juga beberapa pelatihan yang diberikan oleh Buk Ainun ketika kami sudah membentuk Bank Sampah,” Hasil FDG dengan para pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Ketarampilan yang diberikan berupa teknik mengelola sampah anorganik yang sulit teruari menjadi barang berguna. Biasanya sampah-sampah anorganik itu berupa sampah plastik sisa kemasan diolah menjadi tas belanja, dompet, alas minuman dan bunga plastik yang menarik. Untuk sisa dari kertas koran diolah menjadi keranjang dan pot bunga hias. Sedangkan sisa dari kain-kain yang tak terpakai coba untuk diolah menjadi broses, gantungan kunci dan pernak-pernik perhiasan lainnya. Pengelolaan sampah sebagai asset Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Hasil kerajinan tangan dari pengelolaan sampah plastik kemasan Hasil olahan dari sampah anorganik ini kemudian dipasarkan secara individu kepada siapa saja yang ingin membelinya. Suryani mengatakan harganya yang ditawarkan ke pembeli sangat bervariasi tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatannya. Mereka pernah menjual tas dari bahan pelastik kemasan seharga Rp. 25.000,- ke seorang tamu asal Sulawesi Barat yang berkunjung ke Bank Sampah SJM. “Tamu-tamu itu merupakan tamu-tamu yang dibawa oleh BLH Kota Medan dan Unilever. Termasuk Murah juga itu 25 ribu kami jual,” Suryani “Ia, karena mereka itukan tamu dari jauh pak dan kami-pun ngak berani untuk menjual terlalu mahal,” Asna Hasil FDG dengan para pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Universitas Sumatera Utara Bukan itu saja, Asna juga menambahkan jika dirinya mampu membuat boneka Berby dari olahan sisa pakaian dan kain bekas. Asna mengaku saat tamu dari Sulawesi Barat tersebut datang berkunjung ke Bank Sampah SJM, dirinya berhasil menjual boneka Berby tersebut sebesar Rp. 30.000,-. Boneka Berby hasil kerajinan tangan Asna ini juga pernah dipesan untuk dijadikan aksesoris pada Kue Tar pesta pernikahan. “Itu pak, kemarin ada orang yang pesta pernikahan. Dia pesan boneka Berbynya ke saya. Katanya boneka Berby itu mau diletak di atas bolu pesta. Makanya saya jual boneka Berby itu sepasang 50 ribu,” Asna Hasil wawancara dengan Asna, pengurus Bank Sampah SJM pada tanggal 7 Pebruari 2014. Begitupun pengurus Bank Sampah SJM mengakui, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pengolahan sampah anorganik menjadi satu hasil produk yang dapat dipakai kembali dibutuhkan satu kerja keras dan ketekunan. Untuk menjadikan sisa sampah plastik produk kemasan menjadi tas atau dompet, mereka harus melakukannya dengan menjait dengan menggunakan tangan. Tidak menggunakan mesin jahit. Dampaknya setiap kali mereka menjahit selalu saja tangan mereka tercucuk jarum. “Supaya bisa jadi dompet dan tas kayak gini, kami membuatnya dengan Jahit tangan pak. Jadi maklum-lah kalau hasilnya masih tampak kasar. Tapi itu-pun kami sudah bersukur kali bisa mengolah sampah ini jadi lebih berharga dan menghasilkan uang,” Suryani “Kami nggak punya mesin, jadi jahit tangan lah pak. Tercucuk- cucuk tangan kami pak tengah malam,” Asna Hasil FDG dengan para pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Kegiatan kreativitas pengurus Bank Sampah SJM dalam membuat kerajinan dari sampah terkadang juga mendapatkan protes dari suami-suami Universitas Sumatera Utara mereka. Apalagi jika mereka melakukan pada malam hari di saat beristirahat bersama keluarga. Mereka menceritakan terkadang suami mereka marah bila mereka terlihat terlalu kecapekan dengan kegiatan yang dilakukan sampai harus tertidur di ruang TV. “Terkadang marah juga sih pak, apalagi kalau kami sampai tidur diruang tamu dan di depan tv,” Hasil FDG dengan para pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Lebih lanjut, pengurus Bank Sampah SJM menceritakan untuk mendapatkan plastik yang bagus dan dapat diolah menjadi tas dan dompet belanja, mereka harus mencarinya secara khusus. Sebab plastik yang akan dijadikan bahan baku olahan untuk membuat tas dan dompet tersebut tidak terdapat di Bank Sampah. Hal ini dikarenakan plastik-plastik sisa kemasan tersebut tidak memiliki nilai jual di Bank Sampah. Sehingga tidak bisa ditabung. Asna menceritakan, untuk mendapatkan plastik-plastik tersebut dirinya harus mengutipi setiap sampah plastik kemasan yang ada di jalan gang dekat rumahnya. “Kalau ini pak, dari hasil Bank Sampah ini nggak laku pak,” Sri Rahmadani “Jadi kami ini mengutipnya dari jalan-jalan, dari kede-kede orang- orang lah pak,” Suryani “Jadi macam ngutip sampah gitu lah pak. Kalau plastiknya bagus kami ambil. Umpanya kami mau belanja, ada dijalan, disitu-lah kami ambil,” Asna Hasil FDG dengan para pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Asna dan Sri menceritakan, apa yang mereka lakukan dengan mengutipi sampah plastik yang ada di jalan dekat gang-gang rumah hanya merupakan bagian dari upaya untuk dapat menyalurkan kreativitas dan menambah Universitas Sumatera Utara penghasilan. Itulah yang mendorong mereka giat mencari plastik dari sisa kemasan. Berbeda dengan plastik kemasan, plastik asoy sendiri memilik nilai rupiah untuk dapat ditabung di Bank Sampah. Selain itu, plastik asoy juga dapat diolah untuk menjadi satu hasil kerajinan. “Plastik-plastik kayak gini pak lihat gambar 4.2, nggak laku di Bank Sampah. Jadi ini kami kumpulkan untuk kreativitas kami aja. Ini ngak laku di Bank Sampah,” Asna Sri Rahmadani “Kalau jenis plastik asoy pak bisa ditabung di Bank Sampah dan plastik-plastik asoy itu bisa dijadikan bunga hias,” Asna Sri Rahmadani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Gambar 4.2. Plastik Kemasan yang tidak bisa ditabung di Bank Sampah yang kemudian dibentuk sebagai aksesoris Hasil pengelolaan sampah plastik untuk dijadikan barang-barang berguna seperti tas belanja, dompet, alas minuman dan bunga plastik membuat banyak Universitas Sumatera Utara orang tertarik terhadap produk tersebut. Tetapi pengurus Bank Sampah SJM belum dapat menentukan harga yang tepat dan sesuai untuk masing-masing produk. Selama ini barang-barang hasil olahan sampah platik dijual dengan harga yang tidak menentu. Jika barang-barang hasil olahan sampah itu dibeli oleh pagawai dinas maka harga akan mereka naikkan. Tetapi jika yang membeli adalah masyarakat biasa maka mereka akan menjualnya dengan harga yang terjangkau. “Tapi kami hanya belum tau harga. Kami bilang, kalau orang-orang dinas beli ini, beratus ribu kami bilang. Tapi kalau orang-orang macem kami ini, lima puluh ribuan juga ngak sampai. Karena orang itu sepele. Padahal kalau orang dari dinas itu belinya mahal-mahal ini kami bilang,” Suryani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Selain itu, Asna menambahkan mereka sempat mendapatkan tawaran berupa bantuan mesin jahit agar lebih mudah menjahit plastik-platik untuk dijadikan tas dan dompet. Namun, bantuan mesin jahit itu harus ditolak oleh pengurus Bank Sampah SJM. Karena syarat yang diberikan adalah pengurus Bank Sampah harus bisa menghasilkan 100 dompet untuk Handphone. Namun mereka terkendala terhadap modal produksi. “Itulah kemarin buk Arma bilang, kemarinkan saya bawa ini. Makanya kata Ibu Arma, kalau kasih satu mesin jahit, kakak mau jahit di rumah? Tapi saya mesan langsung seratus dompet untuk Hp gitu kan. Tapi saya nggak punya modal, kalau Ibu mau modalin?” Asna Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Kemampuan yang dimiliki oleh pengurus dalam mengelola sampah anorgani ini dinilai oleh Armawati sebagai satu potensi yang baik dan perlu untuk dikembangkan. Hanya saja, ia melihat, sejauh ini hasil keuntungan dari Universitas Sumatera Utara penjualan hanya dinikmati oleh mereka yang bekerja untuk membuat kerajinan sampah tersebut. Sehingga usaha pengelolaan sampah berupa kerajinan tersebut belum bisa memberikan manfaat terhadap kas bank sampah. “Memang sejauh ini daur ulang menjadi satu yang pontensial bagi mereka. Apalagi hasil penjualannya bisa menjadi pemasukkan yang cukup berarti. Namun yang masih menjadi kendala sekarang belum ada pasar untuk menjualnya. Karena belum banyak orang yang mau menerimanya sehingga belum bisa diproduksi secara masal. Sehingga banyak dari pengurus menjual dan memasarkannya kepada orang-orang yang memang menginginkan saja,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Oleh karenanya, pengurus dan nasabah bank sampah sampai saat ini masih diberikan pelatihan pengelolaan sampah anorganik yang sederhana. Yang bisa dijangkau oleh pasar yang ada disekitar pengurus dan nasabah bank sampah. Sehingga hasil produksi dari pengelolaan sampah dapat dijual dan dirasakan manfaatnya oleh pengurus atau nasabah bank sampah. “Jadi kita akan ajarkan daur ulang tapi kita akan ajarkan untuk hal- hal yang masih bisa dijangkau sama pasar. Misalnya untuk broses. Tapi itupun sampai saat ini keuntungannya belum bisa dishear untuk kas kelompok tetapi keuntungannya hanya bisa dirasakan oleh masing-masing individu yang membuat kerajinan tersebut,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Sedangkan Ibu Ainun Saniah menilai pengurus Bank Sampah SJM memiliki minat yang tinggi untuk dapat mengelola sampah menjadi satu bentuk kerajinan tangan atau barang berguna yang memiliki nilai jual. Minat dan kemauan yang tinggi itu yang kemudian membuat Ibu Ainun senang melihat pengurus Bank Sampah SJM. “Saya senang lihat mereka. Kemarin saya bisa melatih mereka sampai satu harian. Saya bilang lagi kalau masih ada yang kurang ngerti boleh telpon saya. Nanti saya akan datang lagi. Kemarin itu saya bisa ajarin mereka macem-macem mulai dari membuat tas, dompet dan bunga dari sampah-sampah anorganik,” Universitas Sumatera Utara Hasil Wawancara dengan Ainun Saniah tanggal 7 Juli 2014 Namun begitupun, Ainun mengatakan, pengurus Bank Sampah SJM masih harus diberikan pelatihan lanjutan. Apalagi hasil kerajinan tanggan yang dibuat oleh pengurus Bank Sampah SJM dinilai masih belum terlalu rapi. “Kemarin itu, Ibu Arma mengajak saya untuk melakukan pelatihan lagi di bank sampah yang ada di Canang, termasuk SJM. Tapi saya bilang saya nggak mau rame-rame kali yang ikut pelatihan. Nanti yang ada hanya bisingnya aja, maunya sedikit saja, tapi memang benar-benar berhasil. Jadi cari yang benar-benar mau dilatih. Nanti kalau mereka berhasil dilatih selanjutnyakan tinggal mereka yang melatih teman-temannya,” Hasil Wawancara dengan Ainun Saniah tanggal 7 Juli 2014 Sedangkan untuk sampah-sampah yang tidak dapat didaur ulang menjadi aksesoris dan benda-benda berguna lainya maka sampah tersebut akan dijual ke pihak pengepul. Hasil penjualan sampah itu kemudian dikonversi menjadi uang dan dimasukkan ke dalam tabungan para nasabah yang sudah diketahui nilai tabungan sampahnya. Begitupun, sampah-sampah yang akan dijual masih harus ditentukan ke pengepul mana harus dijual. Karena tidak semua pengepul menerima semua jenis sampah. Ada pengepul yang hanya menerima khusus tutup botol plastik. Ada pengepul yang hanya menerima botol kaca. Hal ini diutarakan langsung oleh Ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait. Menurutnya, setiap pengepul mempunyai kemampuan mengelola sampah- sampah yang berbeda-beda. Spesialisasi dalam pengelolaan sampah yang dimiliki oleh masing-masing pengepul membuat harga sampah dapat dijual lebih mahal ketimbang sampah harus dijual ke botot yang harganya kemudian jauh lebih murah. Universitas Sumatera Utara “Kalau aku nggak gitu pak, kalau misalnya khusus pencicang ember, pencicang ember aja dia pak, agar harganya lebih mahal. Khusus kaca pecah ya kaca pecah. Kalau di tempat kaca pecah tadi kita bawa tembaga dia tidak terima. Dia mau kaca pecah aja. Jadi kalau kita jual ke situ agak lumayan,” “Kalau ke goni botot semua diterimanya, apa-pun diterimanya. Tapi harganya tidak menyesuaikan,” Hasil wawancara dengan Ketua Bank Sampah SJM Efendi Sirait, tanggal 17 Pebruari 2014 Gambar 4.3. Efendi Sirait sedang memilah sampah plastik di Bank Sampah SJM sebelum dibawa kepengepul untuk dijual Jaringan-jaringan pengepul tersebut menurut Efendi Sirait didapatkannya ketika dirinya masih aktif bekerja sebagai pengusaha goni botot. Dari aktifitasnya sebagai pengusaha botot ini, Efendi Sirait berhasil membangun kepercayaan kepada para pengepul. Meski saat ini kondisinya tidak lagi sebagai pengusaha botot tetapi hanya menjadi pengelola bank sampah, dirinya masih bisa diterima untuk menjual sampah-sampah yang ada meski dalam jumlah yang cukup kecil. Universitas Sumatera Utara “Dulu saya buka botot sampai empat tahun. Maka di situ saya punya kenalan-kenalan semua. Disitulah orang percaya sama saya, maka kalau saya bawa sedikit, pengepul tadi tidak mengusir saya. Tetapi tetap menerima. Karena dulunya saya sudah pernah membawa sampah bermotor-motor,” Hasil wawancara dengan Ketua Bank Sampah SJM Efendi Sirait, tanggal 17 Pebruari 2014 Efendi menceritakan, kepercayaan yang didapatkannya dari pihak pengepul karena selama ini, dirinya tidak perah berbohong dalam melakukan transaksi dan penimbangan sampah. Ia mengatakan, selama ini banyak para botot atau penjual sampah yang mau memasukkan lumpur atau tanah ke sampah- sampah plastik yang mereka jual ke pengepul. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan dari timbangan yang menjadi lebih barat. “Istilahnya kita ini menjual barang tidak neko-neko. Ada orang kesempatan, umpayanya botol-botol obat sama yang plastik-plastik, orangkan mau kalau udah mau untung besar, mau dimasukkannya lumpur ke dalam. Ya, tokeh itu pun tau. Tapi kita dari dulu tidak pernah gitu. Ember gitu ya gitulah, nggak pernah diakal-akali. Karena dia tidak pernah meresa kita akal-akali maka setiap kali kita datang, dia selalu terima. 10 Kilopun kita bawa tetap diterimanya,” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, tanggal 17 Pebruari 2014 Dalam proses penjualan sampah ke setiap pengepul berdasarkan jenis sampahnya, Efendi Sirait mengaku harus menumpuk beberapa jenis sampah di rumahnya. Sampah-sampah dari berbagai Bank Sampah yang dikutip oleh Efendi Sirait kemudian dipilah berdasarkan jenisnya agar lebih mudah untuk dijual kemasing-masing pengepul. Terkadang proses penjualan sampah seperti ini membuat Efendi Sirait harus mendahulukan uangnya untuk membayar harga- harga sampah yang ada di Bank Sampah SJM dan bank sampah – bank sampah lainnya. Hal ini dilakukan agar pihak bank sampah tidak terlalu lama menunggu Universitas Sumatera Utara hasil penjualan. Sehingga sisa uang di Bank Sampah setidaknya mampu untuk menutupi kebutuhan uang para nasabah yang sewaktu-waktu dapat diambil. “Kadang-kadang mau juga kita dahulukan, kadang-kadang mau juga kita tunggu hasil dari sana. Karena modelnya begini dia pak, Bank sampah ini semuanya kuambil dulu hari ini untuk ku kumpul di rumah. Ambil dari sini, ambil dari sana, ambil dari sana, terus kumpul di rumah. Di rumah ku satukan, yang ember-ember ku bawa sama dengan embar. Yang botol-botol kaca dengan botol kaca. Biar supaya kita tidak bulak balik,” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, Tanggal 17 Pebruari 2014 Efendi Sirait kemudian menceritakan untuk dapat menjalani peranan sebagai ketua Bank Sampah SJM dan pengusaha sampah sekaligus dirinya membutuhkan tranportasi yang bagus untuk dapat menunjang mobilitasnya sehari-hari dalam urusan menjemput sampah-sampah di tiap bank sampah dan menjualnya di tiap pengepul. Baginya, selama ini yang menjadi penghambat distribusi sampah di tiap Bank Sampah adalah alat tranportasi baca: becak barang yang ia miliki tidak memadai untuk dapat mengakut sampah. Meski dahulu sempat ada seseorang yang menawarkan modal untuk pengembangan usaha sampahnya, Efendi Sirait mengaku dirinya tidak berani mengambil tawaran tersebut karena kawatir terjadi kendala. “Kesulitannya itu tadi lah pak, masalah tranfortasi tadi. Kalau modal ada yang mau ngasih. Cuman lagi tunggu keluarlah becak viar kita baru berani kita minta. Dia pun mau kasih tapi aku ngak mau ngambil. Takutnya aku yang malu kalau ada kendala,” Kemarin itu pernah aku minta 1,5 juta, tapi cepat langsung aku balikkan. Jadi bukan persoalan payah cari duitnya tapi ngantar barangnya yang lama. Sementara becak ku sudah tua. Jadi cuman soal tranfortasi ini aja,” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, Tanggal 17 Pebruari 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4. Efendi Sirait saat menjemput sampah di Bank Sampah SJM. Tampak tumpukan sampah berada di atas becak bermotor tua miliknya. Selain alat transportasi yang sudah tidak layak pakai dalam mengakut sampah, Efendi Sirait juga menyangkan belum adanya bantuan mesin dari pemerintah untuk pembuatan kompos dan juga pencincang sampah plastik. Hal ini dikatakannya sebab Bank Sampah SJM belum mampu menampung sampah rumah tangga untuk diolah menjadi kompos dikarenakan ketiadaan mesin untuk mengelolanya dalam jumlah besar. Efendi menyesalkan banyaknya bantuan mesin pengelolaan kompos ke tiap bank sampah yang dianggapnya tidak tepat sasaran. “Jadi begini pak, itu tadikan yang kita ceritakan sampah domestik. Kalau sampah rumah tangga-kan tidak semua tertampung, gara-gara yang ku bilang tadi, mesinnya yang belum ada. seperti mesin kompos dan mesin pemilah sampah,” Universitas Sumatera Utara “Bahkan sudah saya bilang waktu kami ada pertemuan di hotel, di acara yang rame dan terakhir kali-lah aku itu datang dan aku juga terakhir ngomong. Lihat di Bagan Deli, lihat di titi papan, lihat di jalan selayang, lihat di Marelan ku bilang. Berapa itu disumbangkan itu mesin, satu once pun tidak pernah berhasil,” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, Tanggal 17 Pebruari 2014 Tidak hanya itu, Efendi juga mengkritik kehadiran mesin-mesin pembuat kompos yang dianggapnya hanya menjadi sarang ular. Menurutnya, hal itu disebabkan tidak adanya pelatihan dan pemberian skill terhadap pengurus yang mengelola bank sampah tersebut. Sehingga mesin pengelola kompos tidak bisa dioprasionalkan. Efendi sempat menawarkan untuk meminjam mesin-mesin tersebut untuk dibawanya ke Bank Sampah SJM agar dapat dipergunakan oleh pengurus Bank Sampah SJM untuk mengelola sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos. “Di titi papan itu, sampai-sampai ular sendok itu sudah bersarang di sana. Untuk apa ku bilang. Nggak usah kelen kasih ke aku, biar aku yang ngolah. Bagaimana ibu kasih sama saya, begitu saya pulangkan kalau ibu minta. Di titi papan itu bagaimana mau dioprasikan skillnya tidak ada. Jadi ngapain lah taruh di situ, bagus kami pinjam. Pinjamnya, bukan dimiliki. Tapi tidak juga ditanggapi, jadi bingung awak,” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, Tanggal 17 Pebruari 2014 Olehkarenanya Efendi menyesalkan ketiadaan bantuan mesin pengelola sampah dari pihak pemerintah. Padahal jumlah nasabah Bank Sampah SJM sudah mencapai 50 orang dan keseluruhannya aktif dalam menabung sampah. Baginya para pengurus sampah SJM tinggal dilatih skillnya untuk dapat mengoprasionalkan mesin yang ada. Namun begitupun, khusus untuk mesin pencincang sampah, para pengurus harus diberi pemahaman tentang berbagai macam jenis plastik. Karena untuk mendapatkan harga penjualan plastik yang Universitas Sumatera Utara mahal, jenis plastik tidak boleh untuk dicampur. Jika jenis plastik yang ada dicampur maka harganya akan anjlok. “Plastik ini ada 350 macam jenisnya pak. Yang satu macem kita giling ya itu aja ngak boleh bercampur dengan yang jenis lain. Tapi yang satu macam ini beribu bentuknya, ada yang berupa kikuk-kikuk anak-anak, ada yang infus rumah sakit, itu satu jenis,” Makanya kalau orang tidak mengerti berat. Main hajar aja. Makanya banyak yang tumpur, karena becampur. Jadi mereka tidak mengerti skillnya, pikir mereka kerena ember masukkan, pada hal ada jenisnya,” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, Tanggal 17 Pebruari 2014 Efendi menjelaskan, pabrik yang menerima cincangan plastik memang menginginkan agar cincangan plastik disesuaikan dengan jenisnya untuk mendapatkan harga yang mahal. Jika tidak maka pabrik akan membayar sesuai dengan harga cincangan plastik dengan jenis campuran. Biasanya jika pabrik menemukan adanya cincangan plastik yang jenisnya bercampur maka pihak penjual harus bersedia merugi. Sebab harga untuk cincangan plastik campuran tidak dapat menutupi biaya produksi si penjual. “Sampai di sana di pabrik itu di suling. Crut katanya, ini barang mu campuran, tengok harga campuran berapa? paling bawah harganya. Kita kali-kalikan upah kerja, upah hari-hari, upah minyak dan upah mesin. Bisa rugi 8 ribu perkilo. Ha coba, makanya skillnya itu bermacam,” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, Tanggal 17 Pebruari 2014 Beberapa jenis plastik yang disebutkan oleh Efendi Sirait adalah plastik dengan jenis P.E, PT, dan plastik kresek. Dari satu jenis plastik bisa terdapat berbagai bentuk. Sehingga harus hati-hati dalam mencampurkannya. Apabila tidak mengerti maka siap-siaplah merugi. Olehkarenanya dibutuh skill dan Universitas Sumatera Utara pemahaman dalam pemisahan sampah plastik yang memiliki jenis dan bentuk yang beraneka ragam. “Macem tutup aqua galon yang besar itu pak, kalau khusus itu aja yang kita giling harganya melambung. Ada juga kawan dia, tapi lain bentuk. Tapi jenis plastiknya sama. Itu makanya tadi ada jenis pelastik P.E, PP dan Kresek. Kita harus mengerti di situ. Kayak ini misalnya, botol bola ini, kalau misalnya di campur dengan ini menunjukkan suatu barang lain berlawan. Ini sama-sama plastik, tapi ini kawannya bedak-bedak beby itulah. Itulah kawan dia, walaupun lain warna. Jadi di pabrik-pabrik itu orang lebih ngerti, tinggal di sulingnya saja dan langsung.” Hasil wawancara dengan ketua Bank Sampah SJM, Efendi Sirait, Tanggal 17 Pebruari 2014 Dari hasil observasi peneliti di Bank Sampah SJM, terlihat seorang pengurus Bank Sampah SJM yang bernama Asna sudah memiliki kemampuan untuk memilah sampah-sampah plastik dengan jenis yang sama untuk dimasukkan ke dalam satu goni. Sehingga saat menjual sampah ke pihak pengepul sudah tidak ada lagi sampah plastik dengan jenis berbeda bersatu dalam satu goni. Menurut Asna, kemampuan ini didapatkannya karena ia rajin bertanya kepada Efendi Sirait setiap kali membantu pemilahan sampah plastik. Sehingga lama ke lamaan Asna memiliki pemahaman dan kemampuan untuk bisa memiliah sampah plastik yang ada tanpa harus dikomandoi lagi oleh Efendi Siarait. Selain itu, pengurus Bank Sampah SJM juga sudah bisa untuk membedakan mana sampah dengan jenis besi, almunium, tembaga dan seng untuk dipisah berdasarkan jenisnya. Apa yang dilakukan Asna dan rekan-rekan pengurus lainnya di Bank Sampah SJM dinilai oleh Armawati sebagai satu nilai semangat yang membuat usaha pengelolaan sampah dapat berjalan. Meski semangat yang dimiliki oleh pengurus dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi yang serba mendesak. Oleh Universitas Sumatera Utara karenanya, khusus untuk Bank Sampah SJM, Armawati menengaskan bahwa upaya pemberdayaan dalam mengelola sampah setidaknya sudah berjalan pada tahap pengurus. Menurutnya ini bisa dilihat dari keterampilan yang dimiliki oleh pengurus dalam usaha pengelolan sampah. “Sprit masyarakatnya yang membuat ini berhasil. Menariknya disana apapun yang dilakukan jalan. Paling tidak pemberdayaan di sana bisa berjalan pada tahapan pengurus. Selain menerima manfaat selisih harga mereka juga bisa membuat broses dan kerajinan tangan lain nya. Kami juga pernah mengajari untuk memisahkan antara botol aqua dengan tutup botolnya. Karena keduanya mempunyai nilai yang berbeda jika dijual ke pengepul,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Lebih lanjut, Armawati mengatakan upaya pengembangan tiap-tiap Bank Sampah yang berada di bawah pendampingan LSM mereka akan terus dilakukan. Satu diantaranya adalah melakukan usaha kelompok Bank Sampah dengan menjual beberapa produk-produk Unilever. Namun, Armawati menjelaskan hal ini masih dalam tahap pembicaraan dengan pihak Unilever yang memang menjadi satu perusahaan yang ikut dan konsen membantu perkembangan Bank Sampah di Indonesia. “Kita kedepan mau bikin usaha kelompok yang terkait beberapa produk unilever. Kita lagi negosiasi mekanisme, apakah pinjam lalu dibayar atau langsung dibeli dengan harga yang terjangkau atau harga modal yang berbeda dengan kedai grosir pada umumnya,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Selain melakukan pengembangan terhadap Bank Sampah, Armawati juga mengatakan pada tahun ini, LSM lokal yang menjadi mitra dan pendamping bank sampah akan menjadi penampung atau membeli seluruh hasil sampah anorganik yang dimiliki oleh setiap bank sampah. Hal ini menurutnya penting dilakukan untuk mendapat penyeragaman harga sampah diseluruh bank sampah dan juga Universitas Sumatera Utara bisa membuat tabungan harga sampah lebih tinggi ketimbang harus menjual kepengepul ke botot yang ada. “Maksudnya gini, selama satu tahun ini kita pastikan mitra lokal yang akan mengambil semua sampah mereka. Hal ini berdasarkan hasil temuan kita harganya itu, bisa jadi lebih turun. Selama ini pengurus mengambil ke nasabah pasti ada selisih harga. Nah ketika menjual juga ada selisih harga. Jadi masyarakat yang ada di bank-bank sampah tidak mendapat nilai yang sama. Jadi kita mau buat penyeragaman harga. Di mana pengurus tetap mendapat keuntungan dan nasabah juga mendapat keuntungan. Karena terkadang harga-harga sampah ini juga fluktuatif, sering naik dan turun. Jadi kita tidak membatasi penjual ke botot botot lain. Kita pun nantinya kalau dapat sampah dalam jumlah lebih besar akan bisa menjualnya langsung ke industri,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Olehkarenanya dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dibutuhkan satu bentuk pendidikan dan pelatihan berupa pemberian skill dan pemahaman pengetahuan tentang bagaimana cara mengelola sampah agar dapat dipergunakan kembali dan menjadi barang yang berguna. c Para pengurus Bank Sampah SJM mengakui selama Bank Sampah SJM berdiri dan selama mereka menjadi pengurus di bank sampah tersebut, mereka baru mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah plastik menjadi dompet dan tas serta pelatihan membuat bros dari sisa-sisa kain atau reseleting celana. Hal ini dikatakan langsung oleh Suryani dan Sri Rahmadani sewaktu diadakannya Fokus Diskusi Group yang diadakan oleh peneliti terhadap perwakilan pengurus Bank Sampah. Pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah “Cuman itu aja pak, membuat bungkus-bungkus plastik jadi dompet. Itu yang dari bank sampah dan satu lagi bikin bros sama bikin bunga dari botol aqua,” Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Universitas Sumatera Utara Hasil karajinan tangan dari sampah yang dibuat oleh pengurus Bank Sampah SJM kemudian banyak dilirik oleh masyarakat. Asna misalnya mengatakan, hasil kerajinan tangan buatan dirinya bahkan sempat diminta oleh anaknya untuk dijadikan kerajinan tangan anaknya di sekolah. Namun setelah itu, guru SD anaknya langsung memesan kerajinan tangan milik Asna untuk dibeli. “Ada juga punya saya, tapi sudah dibawa ke sekolah sama anak. Tapi dia bilang untuk pelajaran praktiknya. Kalau pun ada yang di rumah tinggal yang kecil. Kadang kayak gini lah yakan, mak kata ibu bawa tas kerajinan tangan mamak, ibu mau beli. Ku bawakan ke dia, nanti dibeli sama gurunya pak,” Asna Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Gambar 4.5. Bunga hasil kerajinan tangan buatan Asna Tidak hanya itu, Asna juga menceritakan kalau hasil kerajinan tangan yang ia buat berupa broses dan pernak-pernik aksesoris lainnya juga berhasil Universitas Sumatera Utara dipasarkan dengan baik. Selain masyarakat sekitar, guru sekolah dasar tempat anaknya bersekolah juga ikut membeli hasil kerajinan tangan tersebut. Bagi Asna, tidak masalah siapapun yang membeli, yang terpenting apa yang dihasilkannya bisa laku dan menambah penghasilan. Itu yang membuat Asna sering mengajak anaknya bekerjasama untuk mengelola sampah menjadi barang yang berguna dan dapat dijual kembali. “Nanti dibilang anak ku; mak, ibu mau beli broses selendang. Ku bawa-bawakan nanti satu toples gitu kan pak, nanti pas pulang udah dikasihnya uangnya. Mak ini ibu guru beli 15 buah katanya. Kadang pas awak taruh di rumah, tiba-tiba datang orang mau juga di beli. Nanti dibilangnya, ih aku beli lah untuk anak aku. Pokoknya yang penting laku lah pak,” “Nanti anak lajang saya itu saya bilang; abang kalau cetsemprotnya udah habis jangan dibuang. Mau bikin tembak-tembakan. Nanti, dia yang ngecet awak yang ngerjain. Udah nanti dibawanya main-main dibayarin kawan-kawannya. Mau juga kadang sampai 50 ribu,” Asna Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Apa yang dilakukan Asna ini menurut Sri Rahmadani adalah bagian dari upaya pengentasan masalah 3R yaitu; Rawan Kemiskinan, RawanPendidikan dan Rawan Kesehatan. Sehingga menurut Sri dari pengelolaan sampah yang mereka lakukan saat ini di Bank Sampah setidaknya mampu untuk mengatasi persoalan rawan ekonominya. “Itulah salah satu dari pengurangan 3R nya pak. Udah bisa berkurang setidaknya rawan ekonominya dari pengelolaan sampah ini,” Sri Rahmadani. Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar: 4.6. Hasil kerajinan tangan berupa broses buatan dari Asna yang dijual seharga Rp. 15.000 sd 20.000,- per unit Selanjutnya, Asna menceritakan skill yang didapatkan mereka sesungguhnya banyak didapatkan ketika masih menjadi warga binaan di PTP2WKSS. Beberapa di antara pelatihan skill yang diberikan adalah masak- memasak dan keterampilan membuat kue. Hasilnya, menurut Asna ketika mereka praktikkan banyak masyarakat yang memesan keu dan bolu buatan mereka. Tidak jarang Asna juga mendapatkan pesanan untuk membuat kue ulang tahun. “Mudah-mudahan banyak yang pesan. Sewaktu lebaran kemarin saya dapat hampir 800 ribu. Nanti pas anak-anak mau ulang tahun, buk bikinkan keu ulang tahun. Terus saya bikinkan lah pak,” Asna Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Meski demikian, pengurus Bank Sampah SJM tetap mengakui bahwa selama Bank Sampah SJM terbentuk mereka tetap mendapatkan penamabahan Universitas Sumatera Utara skill meski hanya sebatan kemampan membuat kerajinan tangan dari sampah- sampah plastik. Kemampuan berupa skill membuat broses dari sisa bahan potongan kain dan reseleting celana juga diberikan kepada para nasabah Bank Sampah SJM. Namun itupun hanya sebatas pelatihan bersama. Sedangkan untuk pelatihan pembuatan tas dan dompet dari olahan sampah plastik kemasan belumlah melibatkan para nasabah. Pelatihan masih diberikan kepada para pengurus. “Pelatihan untuk nasabah baru sebatas broses ini aja lah. Kalau untuk membuat dompet dan tas belum ada diajarin,” Sri Rahmadani “Masih hanya sebatas di kami saja,” Suryani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Begitupun para pengurus Bank Sampah SJM tetap berniat untuk mengajari nasabah Bank Sampah SJM untuk dapat membuat tas dan dompet dari sisa kemasan plastik. Bahkan tidak hanya untuk para nasabah bank sampah, tetapi pengurus Bank Sampah SJM juga berniat untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat di seputaran bank sampah. Memang selama ini belum ada pelatihan yang besifat khusus yang diberikan kepada para nasabah dan juga masyarkat. Pelatihan yang diberikan sejauh ini bersifat terbuka. Siapa saja yang memiliki keinginan untuk dilatih maka pengurus Bank Sampah SJM bersedia untuk mengajari. “Ada-kan masyarakat itu, kalau pas saya bikin-bikin ini sambil menunjukkan dompet dia bilang mau-lah ajarin bikin ini. Terus saja ajarin pak,” Asna “Jadi tidak hanya tertutup pada para nasabah saja. Tetapi ada juga masyarakat yang tidak menjadi nasabah kalau dia mau minta diajarin buat produk dari olahan sampah ini, ya kami ajarin juga,” Sri Rahmadani Universitas Sumatera Utara Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Namun, sejauh ini belum ada nasabah dan masyarakat yang berhasil dalam mengelola sampah plastik. Hal ini dikarenakan belum adanya minat masyarakat terhadap pengelolaan sampah plastik untuk dijadikan barang berguna kembali. Sri Rahmadani dan Asna menilai keinginan masyarakat hanya sebatas keingintauan saja. Selebihnya untuk melakukan praktik langsung masyarakat tidak berminat sama sekali. Namun, Suryani menambahkan jika masyarakat dikumpulkan untuk dilakukan pelatihan bersama pastilah mereka berminat. Hanya saja, selama ini Bank Sampah SJM belum bisa menyelenggarakan pelatihan tersebut karena keterbatasan dana. “Belum ada, tidak ada minat orang itu. Cuman sebatas ingin tau aja, udah. Kayak mana cara bikinnya. Terus ya udah,” Sri Rahmadani Asna “Tapi-pun kalau kami kampulkan itu mereka pasti mau. Tapi kan harus ada dana itu pak. Seperti memberi minum, kasih snake-snake. Berapa jam yang ditinggalkannya di rumahnya,” Suryani Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Bagi pengurus Bank Sampah SJM, apa yang mereka lakukan saat ini dikarenakan mereka sudah mengetahui bahwa sampah saat ini sudah memiliki nilai guna dan dapat menjadi pendukung serta sumber pendapatan bagi masyarakat. Khususnya bagi kelompok masyarakat menengah bawah yang selama sulit mendapatkan tambahan sumber ekonomi. Tentunya, perubahan sudut pandang tersebut adalah hasil dari pendidikan dan pelatihan yang selama ini mereka dapatkan di Bank Sampah dan di kelompok PTP2WKSS. Universitas Sumatera Utara “Ya, karena kami sudah tau kalau itu sudah ada harganya,” Sri Rahmadani Asna “Itulah hasil dari pendidikan itu tadi pak. Pokoknya semua sampah bisa lah dijadikan dan didaur ulang,” Sur Hasil FDG dengan pengurus Bank Sampah SJM tanggal 7 Pebruari 2014 Gambar 4.7. Hasil kerajinan tanggan Asna berupa asbak rokok yang terbuat dari sampah batok Kelapa Harus diketahui, selama peneliti melakukan penelitian dari bulan Pebruari hingga April 2014, Bank Sampah SJM belum mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah organik menjadi kompos. Namun tepat pada tanggal 10 Juni 2014 pihak LSM Lokal dan BLH Kota Medan menggelar pelatihan pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos. Pelatihan ini diadakan dibeberapa bank Universitas Sumatera Utara sampah yang ada di Kelurahan Sicanang Belawan dan diikuti oleh 300 peserta yang terdiri dari pengurus dan nasabah bank sampah. Dalam keterangan persnya di Harian Waspada pada tanggal 16 Juni 2014, Kasubid Penegakan Hukum Badan Lingkungan Hidup BLH Pemko Medan, Sonita Simanungsong mengatakan tujuan digelarnya pelatihan tersebut untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya ibu rumah tangga, agar dapat melakukan pemilahan sejak dini di rumah masing-masing. “Di mana sampah-sampah basah dapat dapat dijadikan kompos dan sampah kering yang bernilai ekonomis dapat dijual ke bank sampah terdekat,” Harian Waspada, 16 Juni 2014 Halaman A4 Kata Sonita, sebagaimana dikutip dari Harian Wasapada tanggal 16 Juni 2014 halaman A4, Bank Sampah dan Rumah Kompos merupakan program nasional yang bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah dan dapat menambah pendapatan masyarakat. Selain itu juga salah satu indicator penting pencapaian adipura pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan menurut Armawati, pelatihan pembuatan kompos yang dilakukan oleh BLH dan LSM Lokal kepada seluruh bank-bank sampah yang ada di Kelurahan Sicanang Belawan adalah bagaian dari persiapan sebelum dibentuknya rumah kompos di Sicanang Belawan. adalah bentuk persiapan “Solusi untuk sampah anorgani sudah. Sekarang sampah organik yang diatasi dengan cara composting. Dan kenapa harus di Canang? Karena daerah itu memang pontesial, apa lagi program bank sampah di sana jalan dan dianggap berhasil dalam menjalankan bank sampah dan akan dijadikan keluruah model kerjasama antara Pemerintahan Jepang dan Pemko Medan,” Hasil Wawancara dengan Armawati Chaniago tanggal 6 Juli 2014 Dari analisis data dengan katagori pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah, tampak bahwa pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah yang Universitas Sumatera Utara diberikan kepada pengurus Bank Sampah SJM telah meliputi pengelolaan sampah yang bersifat anorganik dan organik. Untuk sampah-sampah yang bersifat anorganik seperti sampah plastik, kain dan kertas koran, berhasil diolah oleh pengurus Bank Sampah SJM menjadi barang berguna kembali. Sedangkan untuk sampah dengan jenis besi, ember, seng dan bobol-botol kaca lebih banyak langsung dijual ke pihak pengepul. Sedangkan untuk sampah organik, pengurus dan nasabah Bank Sampah SJM sudah mampu untuk mengubahnya menjadi kompos yang bisa digunakan untuk tanaman bunga, sayur dan buah yang mereka miliki. Selain mendapatkan pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah dari Program Bank Sampah yang dijalankan oleh LSM Conservation Mentality. Kemampuan pengurus Bank Sampah SJM dalam mengelola sampah juga didapatkan dari kelompok PTP2WKSS yang sebelumnya sebagai tempat mereka aktif. Sedangkan untuk para nasabah, pengurus Bank Sampah SJM tidak memberikan pelatihan pengelolaan sampah secara khusus. Tetapi hanya diberikan kepada para nasabah dan masyarakat yang memang ingin untuk mengetahui cara penngelolaan tersebut. Meraka memberikan pelatihan dan pendidikan pengelolaan sampah secara pribadi-pribadi. Hasilnya tidak banyak nasabah dan masyarakat yang berhasil mengelola sampah plastik menjadi barang-barang berguna. Hal ini bagi sebagian pengurus dinilai karena masyarakat dan para nasabah memang tidak terlalu perduli. Mereka – masayarakat dan nasabah – dianggap hanya sebatas ingin mengetahui tetapi tidak ingin melakukan praktik secara langsung. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Nasabah Bank Sampah a

Dokumen yang terkait

Etnografi Pengusaha Sampah (Studi tentang Usaha Pengangkutan Sampah Komplek Perumahan di Medan Sunggal)

1 30 96

Program Penyadaran Kebersihan Lingkungan Berbasis Bank Sampah Pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Belawan Sicanang

0 0 35

Program Penyadaran Kebersihan Lingkungan Berbasis Bank Sampah Pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Belawan Sicanang

0 0 4

Program Penyadaran Kebersihan Lingkungan Berbasis Bank Sampah Pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Belawan Sicanang

0 0 12

Program Penyadaran Kebersihan Lingkungan Berbasis Bank Sampah Pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Belawan Sicanang

0 0 13

Program Penyadaran Kebersihan Lingkungan Berbasis Bank Sampah Pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Belawan Sicanang

0 0 1

Program Penyadaran Kebersihan Lingkungan Berbasis Bank Sampah Pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Belawan Sicanang

1 3 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Uraian Teoritis - Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Anorganik Melalui Bank Sampah(Studi Kasus : Di Bank Sampah Simpan Jadi Emas Lingkungan V Blok B Lorong II Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belaw

1 0 49

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Anorganik Melalui Bank Sampah(Studi Kasus : Di Bank Sampah Simpan Jadi Emas Lingkungan V Blok B Lorong II Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belaw

0 0 27

Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Anorganik Melalui Bank Sampah(Studi Kasus : Di Bank Sampah Simpan Jadi Emas Lingkungan V Blok B Lorong II Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan)

0 0 15