4.2.2. Nasabah Bank Sampah a
Beberapa masyarakat yang ikut serta sebagai nasabah Bank Sampah SJM mengaku tertarik menjadi nasabah dikarenakan hampir setiap hari mereka
menemukan sampah dan menghasilkan sampah. Setidaknya sampah yang mereka hasilkan adalah sampah berbasis rumah tangga. Selama ini, sampah-sampah yang
ada dilingkungan mereka tidaklah terlalu mereka perhatikan. Namun kini, dikarenakan sampah sudah memiliki nilai ekonomi dan dapat ditabung di bank
sampah maka sampah yang ada kini lebih mendapatkan perhatian dan tidak lagi diperlakukan sia-sia.
Penyebab keikutsertaan nasabah
Amna misalnya, selain sehari-hari bekerja sebagai nelayan kecil, Amna juga menyempatkan diri mencari sampah yang banyak terapung di pinggir laut
belawan. Baginya kegiatan mencari sampah ini adalah kegiatan sampingan yang dapat menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Dahulu,
sebelum menjadi nasabah Bank Sampah SJM, sampah-sampah yang berhasil dikumpulkan Amna selalu dijual ke botot yang setiap minggunya lewat di depan
rumahnya. Namun kini, sampah-sampah tersebut tidak lagi dijual ke botot tetapi ditabung ke bank sampah.
“Di laut lah, cari ikan sambil ngumpulin sampah. Dulu sampahnya dijual ke botot-botot yang lewat itu. Tapi semenjak ada Bank
Sampah kemari saja untuk di tabung,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM Amna tanggal
14 Pebruari 2014
Amnah menceritakan, biasanya sampah-sampah yang berhasil dikumpulkannya dari laut berupa sampah kayu, botol-botol minuman air mineral,
tali-temali dan mainan-mainan plastik serta baskom-baskom yang memang
Universitas Sumatera Utara
sengaja dibuang ke sungai dan terbawa sampai ke laut. Tidak jarang Amna juga menenukan tapak-tapak sepatu bekas yang juga laku untuk dijual.
“Banyak lah, ada kayu-kayu. Namanya kebawa hanyut, botol-botol pun ada. Botol-botol Aqua, tali, mainan-mainan plastik itu, baskom-
baskom, banyak lah. Semua lah itu ada, yang penting bisa lakukan dijual. Tapak-tapak sepatu itupun ada,”
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Meski sudah empat tahun aktif dalam usaha penjualan sampah, Amna mengakui dirinya mulai tertarik pindah ke bank sampah dikarenakan Bank
Sampah mempunyai program tabung dan simpan-pinjam. Selama ini jika ia menjual sampah ke botot, maka uang hasil penjualan akan diterima secara
langsung dan tidak bisa ditabung. Tapi jika di Bank Sampah harus ada uang yang ditabung setiap kali melakukan penjualan sampah. Sehingga keuanggannya lebih
terkontrol dan terjaga. Di mana setiap saat ia memerlukan uang di saat kondisi mendesak dirinya bisa mengambil uang tabungan di bank sampah. Bahkan bisa
melakukan pinjaman dengan jumlah tertentu yang disepakati dengan pengurus bank sampah. Pinjaman-pinjaman tersebut akan dibanyar dengan menabung
sampah. “Sudah lama juga, hitungan tahunan, dari mulai jualan dulu. Dulu
ngumpulin kardus-kardus, plastik-plastik Aqua untuk dijual. Udah lama lah, ada empat tahunan juga. Cuman si Jhon
1
Berbeda dengan Amna, Supriadi mengatakan alasanya bergabung menjadi nasabah Bank Sampah SJM dikarekan keinginan untuk memiliki tabungan.
dulu ngak ada simpan pinjamnya. Bedanya itu aja, kalau sama dia ngak ada
tabungannya,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM Amna tanggal
14 Pebruari 2014
1
Nama tukang botot tempat Ibu amna dahulu menjual hasil sampahnya.
Universitas Sumatera Utara
Selama ini dirinya tidak pernah mempunyai tabungan di bank-bank konvensional. Namun dengan adanya Bank Sampah SJM dirinya kini sudah bisa menabung.
Sehingga uang yang ia hasilkan dari menabung sampah dapat dikumpulkan dan diambil sewaktu-waktu untuk keperluan hidup.
“Pingin nabung, kumpul-kumpul duit, kapan ada yang mau dibeli tinggal diambil. Selama ini tabungan asli tidak ada. Meski sekali
nabung itu nggak banyak paling sekitar tiga ribu rupiah,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Supriadi
tanggal 14 Pebruari 2014.
Supriadi juga menjelaskan, sampah-sampah yang berhasil ia kumpulkan adalah sampah-sampah dari pinggiran laut belawan yang dibawa dari aliran
sungai. Kebanyakan sampah yang berhasil ia kumpulkan dari laut adalah gelas- gelas plastik dari sisa minuman air mineral, botol-botol plastik dan juga plastik-
plastik asoy. Mengutip sampah di laut tidaklah secara khusus dilakukan oleh Supriadi tetapi itu merupakan pekerjaan sambilan mencari ikan di laut.
“Ya sambil ke laut mencari ikan, saya juga mengupulkan sampah. Lumayan dan terkadang malah hasilnya bisa hampir sama dengan
mencari ikan di laut,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Supriadi
tanggal 14 Pebruari 2014.
Begitupun, Supriadi menceritakan jika tidak sedang melaut, dirinya masih tetap bisa mengumpulkan sampah. Biasanya sampah yang berhasil dikumpulkan
oleh Supriadi adalah sampah-sampah hasil dari sisa bangunan atau bongkaran rumah. Seperti diketahui, selain berprofesi sebagai nelayan kecil, Supriadi juga
bekerja sebagai tukang bangunan di sekitar wilayah tempat ia tinggal. “Biasanya kita bisa mengumpulkan sisa-sisa besi, seng atau paku-
paku bekas bongkaran yang bisa ditabung di bank sampah. Namun seperti seng-seng bekas, kita harus tetap izin terlebih dahulu dengan
si pemiliki rumah, supaya lebih enak. Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Supriadi
tanggal 14 Pebruari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Selain Amna dan Supriadi, seorang nasabah bank sampah yang bernama Aisiah mengaku tertarik ikut serta menjadi nasabah Bank Sampah SJM
dikarenakan sampah-sampah yang selama ini tidak menguntungkan sekarang menjadi menguntungkan. Baginya hasil tabungan sampah yang ada bisa
membantu keluarganya khususnya untuk menambah-nambah uang jajan anak. “Kalau sampahnya dikumpulkan lebih banyak lagi dan jumlah
tabungan sudah menjadi banyak, jadi bisa digunakan untuk keperluan yang lain. Seperti nambah-nambah belanja rumah tangga
atau nambah-nambah ekonomi-lah gitu,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal
5 Juli 2014.
Aisiah mengatakan tabungannya yang ada di bank sampah selama ini memang sangat terasa sekali untuk membantu kebutuhan keluarga. Meski dalam
sekali menabung Aisiah hanya bisa membawa hasil Rp. 7000,- sampai dengan Rp. 10.000,- dan terkadang bisa juga membawa uang Rp. 3000,-. Itu semua
menurutnya tergantung dari jumlah sampah yang ia bawa ke Bank Sampah SJM. Aisiah menceritakan, selama ini sampah-sampah yang ia bawa untuk ditabung ke
bank sampah adalah sampah-sampah hasil dari pasang air laut yang terbawa sampai di depan teras rumahnya.
“Ya sampah-sampah yang ada di sini aja, yang berserak di depan ini. Bawaan dari pasang di laut. Jadi tinggal kutipin aja, nggak payah lagi
untuk mencari-cari. Ya itu, sampah yang banyak dijumpai itu botol- botol plastik, bekas-bekas botol-botol jus itu, kadang plastik-plastik
asoy atau botol aqua gelas,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal
5 Juli 2014.
Selain sampah-sampah dari hasil pasang air laut. Aisiah juga sering mengutip sampah-sampah yang bertebaran di jalan-jalan dekat gang rumahnya.
Hal itu ia lakukan sambil pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Jenis sampah yang ditabung oleh Aisiah-pun terkadang beragam. Tidak hanya terpaku pada sampah-sampah botol plastik, tetapi Aisiah sering juga menabung
sampah anorganik lainnya seperti seng dan ember-ember sisa yang sudah tidak terpakai lagi.
“Kadang sampah-sampah hasil dari rumah juga ditabung. Kayak botol-botol sampo. Itu dipilah dan dimasukkan ke dalam kantongan
khusus yang udah disediakan. Kayak misalnya anaknya pakek handbody botol itu, kalau udah habis masukkan ke goni untuk
dibawa ke bank sampah. Kadang seng-seng sisa bangunan rumah atau ember-ember yang sudah nggak terpakai lagi yang udah lapuk
itu ditabung aja ke Bank Sampah. Cuman itulah tambahan sampahnya, selain hasil dari pasang di laut dan juga ngutip di jalan,”
Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal 5 Juli 2014.
Kini, Aisiah mengaku sejak adanya Bank Sampah SJM di lingkungan tempat tinggalnya, pandangannya terhadap sampah sudah mulai berubah. Dahulu
menurutnya sampah itu adalah barang-barang yang sudah tidak berguna dan tidak bisa dimanfaatkan. Bahkan dianggap tidak memiliki nilai ekonomis sama sekali.
Namun sekarang, pandangannya terhadap sampah sudah berubah. Kini dalam pandangannya sampah adalah satu barang yang bermanfaat dan bisa ditabung
untuk membantu memenuhi kehidupan sehari-hari. “Dulu ya masih nggak perduli sama sampah dan masih malu-malu
mau ngutipin sampah yang terbawa air pasang. Tapi sekarang semenjak tau sampah bisa ditabung dan bisa membantu kehidupan,
apalagi kalau kita liat di televisi itu banyak informasi soal pengelolaan sampah yang bisa dikelola jadi emas. Ya maksudnya
bisa membantu la,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal
5 Juli 2014.
Selain Amna, Supriadi dan Aisiah, seorang anak berusia 9 tahun beranama Surya juga aktif sebagai nasabah Bank Sampah SJM. Orang tua Surya,
Universitas Sumatera Utara
Ratna Dewi saat diwawancarai mengatakan alasan Surya bergabung di Bank Sampah dikarenakan kegemarannya menabung sejak dulu. Ratna menjelaskan
selama ini Surya memang rajin mencari sampah untuk ditabung ke Bank Sampah SJM. Bahkan, menurutnya Surya kini telah memiliki kemampuan untuk memisah
sampah-sampah berdasarkan jenisnya sebelum ditabung ke Bank Sampah SJM. Sedangkan Surya sendiri mengaku kalau dirinya mengetahui bagaimana cara
memilah sampah karena sering melihat pengurus Bank Sampah SJM Suryani memilih sampah.
“Ia, dia sendiri yang membersihkan dan memilahnya. Karena dia tau istilahnya, mak ini besi, ini seng, ini plastik. Kalau saya kan tidak
tau. Mana besi mana seng. Kalau dia kan memang sudah tau dan sering mencari sampah. Jadi lebih tau dan bisa membedakannya,”
Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26 Pebruari 2014
Ratna menceritakan selama ini Surya menabung sampah memang atas keinginan dan kemauannya sendiri. Tidak ada paksaan sama sekali dari pihak
keluarga dan orang tua. Bahkan Surya merupakan nasabah pertama Bank Sampah SJM yang pertama kali membuka tabungan sampah. Melihat semangat tersebut
Ratna sama sekali tidak melarang usaha yang dilakukan oleh Surya. Hal ini dikarenakan sejak dari dulu Surya memang memiliki semangat menabung yang
tinggi. “Memang kemauan dia sendiri. Dia yang melakukannya sediri. Saya
nggak ada maksa-maksa. Jadi memang dari dulu dia punya hobi menabung. Di rumah pun dia punya celengan. Tapi kalau nabung di
sekolah itu dia ngak mau pak. Kalau di rumah dia mau. Apalagi waktu Bank Sampah ini buka, dialah yang menjadi pendaftar
pertama,” Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26
Pebruari 2014
Universitas Sumatera Utara
Ratna menceritakan setiap kali ingin menabung sampah ke bank sampah Surya selalu melapor terlebih dahulu kepada dirinya. Ratna juga terkadang ikut
membantu Surya menabungkan sampahnya ke Bank Sampah SJM jika sampah yang ingin ditabung Surya sudah cukup banyak dan tidak sanggup lagi dibawa
oleh Surya. Selama ini sampah yang banyak ditabung oleh Surya adalah sampah jenis plastik dan kaleng-kaleng yang didapatkannya dari kegiatan memulung
sambil bermain diseputaran pasar atau jalan dan juga di kuburan dekat tempat tinggal mereka.
“Ya nggak tentu berapa kilo Surya menabung. Tapi biasanya yang ditabung Surya itu botol-botol plastik, plastik-plastik, kaleng-kaleng
dan banyak la pak. Itu pun di rumah udah banyak pak dikumpulinya. Udah mau dijual,” Ratna Dewi
“Biasa dapat sampah di sana, di kuburan, di jalan-jalan pasar,” Surya
Hasil wawancara dengan Surya dan orang tuanya tanggal 26 Pebruari 2014
Jadwal menabung Surya tidaklah menentu. Tetapi tergantung berapa banyak jumlah sampah yang berhasil dia kumpulkan. Terkadang menurut Ratna,
Surya bisa menabung seminggu tiga kali. Tapi terkadang juga bisa sebulan tiga kali. Ratna menceritakan, setiap kali menabung Surya memiliki kebiasaan untuk
tetap mengambil sedikit dari jumlah tabungannya. Biasanya uang yang diambil Surya tidak banyak hanya sebatas untuk jajan di sore hari. Dan selama ini setiap
kali mengambil uang tabungannya Surya tetap melaporkannya pada Ratna. Namun, Ratna tetap memeriksa jumlah tabungan Surya. Hal ini dilakukannya
karena kawatir Surya akan mengambil semua uang tabungannya tanpa diketahui olehnya.
“Selalu saya cek pak, karena saya takut mana tau diambilnya semua pak. Nggak ada sisa. Cuman itulah pak, kadang memang kalau pas
Universitas Sumatera Utara
dia mau ngambil selalu melapor. Aku ambil tabungan seribu ya mak. Paling itupun untuk uang jajannya seribu atau dua ribu perak,”
Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26 Pebruari 2014.
Apa yang telah dilakukan Surya sekarang bagi Ratna haruslah didukung karena apa yang dilakukan Surya saat ini merupakan bagian dari semangatnya
untuk bisa menabung dan memiliki penghasilan dari apa yang telah ia kerjakan. Begitupun Ratna mengaku tetap melakukan pendampingan terhadap Surya
dengan selalu memberi nasihat. Di mana nasihat yang diberikan berupa pemahaman agar tidak mengambil barang-barang bekas yang masih menjadi
milik orang lain. Ratna selalu mengingatkan agar mengambil sampah atau barang-barang yang sudah terbuang atau terbengkalai di jalan-jalan.
“Ya saya dukung lah pak. Saya kan terus mendampingi dia. Dari awal dia nekat menabung ya saya beri semangat dia. Selama ini saat
mencari sampah Surya memang selalu membawa goni dan itu khusus memang ia lakukan untuk mencari sampah. Kadang cari sampahnya
bisa sampai ke blok-blok sana dan keujung-ujung. Tapi ngak pernah mengambil punya orang. Udah ku nasihati juga, kalau bisa ambil
yang di jalan-jalan aja, karena itu umumnya sudah dibuang oleh orang,”
Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26 Pebruari 2014.
Selama ini, setiap kali mencari sampah di jalanan dan di pasar-pasar, Surya tidak melakukannya sendiri-sendiri tetapi ia juga mengajak dua temannya
yaitu Galuh dan Idris yang juga merupakan tetangga dekat rumahnya. Tidaknya hanya mengajak untuk mencari sampah, Surya juga mengajak Galuh dan Idris
menabung sampah di Bank Sampah SJM. “Sama orang itu lah. Ngak berebut orang ini, kadangpun sampahnya
kongsian dan ditabung ke Bank Sampah,” Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26
Pebruari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8. Surya dengan karung sampahnya saat hendak menabung di Bank Sampah SJM
Berbeda dengan Surya, Supriadi sendiri mengatakan dirinya tidak pernah mengajak teman-temannya untuk ikut menabung di Bank Sampah. Hal ini
disebabkan karena teman-temannya rata-rata memiliki pekerjaan tetap. Tidak seperti dirinya yang hanya bekerja serabutan sehingga memiliki banyak waktu
luang. Supriadi juga mengaku, apalagi ia rutin ke laut maka dua hari sekali bisa menabung sampah di Bank Sampah SJM. Biasanya sampah yang ditabung oleh
Supriadi setiap kali pulang dari melaut adalah sampah-sampah plastik gelas minuman dan pecahan-pecahan ember.
“Nggak pernah ngajak kawan-kawan karena mereka memiliki pekerjaan tetap. Kalau kayak saya kerja serabutan. Makanya kalau
rutin ke laut bisa nabung sampah dua hari sekali,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Supriadi
tanggal 14 Pebruari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Amna mengatakan warga di sekitar lingkungan V sampai dengan lingkungan IX kelurahan sicanang belawan sudah banyak yang
mengetahui Bank Sampah SJM. Sehingga dirinya tidak lagi mengajak masyarakat untuk membuka tabungan dan menabung sampah di Bank Sampah
SJM. Baginya kegiatan mencari dan menabung sampah sudah menjadi kegiatan sehari-hari warga sekitar sejak berdirinya Bank Sampah SJM. Namun, Amna
menambahkan selama ini dirinya memang selalu mengajak teman atau tetangganya setiap kali ingin mencari sampah ke laut.
“Orang itu udah masing-masing tau. Di sini udah jadi kegiatan seharian. Cari masing-masing udah. Kapan sempat, sempat siang, ya
siang, sempat pagi ya pagi. Kalau saya setiap ke laut mencari sampah pastinya selalu mengajak kawan. Nggak berani ke laut sendiri,
apalagi kayak saya perempuan,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM Amna tanggal
14 Pebruari 2014
Amna mengakui terkadang dirinya bisa menabung seminggu sekali, terkadang juga bisa menabung sebulan sekali. Hal itu dipengaruhi oleh seberapa
sering dirinya pergi ke laut untuk menangkap ikan dan mencari sampah ke laut. Namun setiap kali ingin pergi ke laut, Amna harus mempunyai unag untuk
menyewa sampan sebesar 10 atau 15 ribu rupiah. Hal ini yang kemudian sering menjadi kendala bagi dirinya dan warga lain yang juga memiliki profesi yang
sama yaitu bekerja sebagai nelayan kecil sekaligus mencari sampah di laut. “Jadi di sini kalau mau kelaut harus ada sampan, kalau ngak ada
sampan payah juga. Kalau pasang besar masih bisa kelaut, kalau pasang mati tidak bisa ke laut. Pasang mati itu, pasang kering. Kalau
pasang besar itu bisa cari ikan,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM Amna tanggal
14 Pebruari 2014
Hasil-hasil sampah yang didapatkan di laut berupa botol-botol plastik, gelas-gelas plastik sisa minuman air mineral dan pecahan ember-ember plastik
Universitas Sumatera Utara
terkadang bisa dikumpuli Amna hingga tiga sampai empat goni berukuran besar. Namun uang yang didapat tentu tidak sebanyak dengan jumlah barang yang
dikumpulkan. Begitupun menurut Amna hasil penjualan sampah tersebut kini bisa ditabung dan disimpan. Itu yang membedakan bank sampah dengan botot-
botot yang berkeliling. “Nanti paling uangnya cuman 15 ribu ya kan. Banyaknya aja sampai
tiga atau empat goni tapi nanti pas ditimbang cuman sekilo,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM Amna tanggal
14 Pebruari 2014
Urain data di atas menunjukkan alasan utama ke ikut sertaan masyarakat menjadi menjadi nasabah Bank Sampah SJM adalah dikarenakan kemudahan
akses mereka mendapatkan sampah. Apalagi ketika Bank Sampah SJM didirikan di lingkungan mereka tinggal, sampah kemudian mengalami perubahan nilai.
Yang selama ini tidak bernilai sekarang menjadi satu benda yang bernilai rupiah. Apalagi dengan adanya konsep menabung, nasabah tidak harus menabung dalam
bentuk uang tetapi cukup menabung sampah yang kemudian dikonversi menjadi nilai rupiah.
Tabungan-tabungan tersebut terkadang dapat membantu mereka di saat terdesak dalam kebutuhan ekonomi rumah tangga. Sehingga dengan adanya
model tabungan ini mereka sudah sedikit lebih aman sefty dalam kondisi keuangan. Meski terkadang tabungan yang meliki tidak cukup besar tetapi dapat
untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendesak. Dan Bank Sampah SJM sendiri juga membuka diri untuk memberikan pinjaman uang semampunya untuk
para nasabah yang nantinya akan dicicil dengan menggunakan sampah. Oleh karena itu, katagori selanjutnya akan melihat bagaimana manfaat yang diterima
dari usaha pengelolaan sampah dalam bentuk tabungan.
Universitas Sumatera Utara
b
Manfaat dari pengelolaan sampah dengan jenis menabung sampah di bank sampah sangat dirasakan oleh masyarakat yang menjadi nasabah Bank Sampah
SJM di Kelurahan Sicanang Belawan. Hasil tabungan sampah yang ditabung para nasabah Bank Sampah SJM sangat membantu mereka untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan juga mampu membantu mereka menutupi biaya pendidikan anak-anak mereka. Amna misalnya, sebagai salah satu nasabah Bank
Sampah SJM mengatakan hasil penjualan dan tabungan sampahnya selama ini sangat berguna untuk keperluan belanja rumah tangga dan biaya pendidikan anak
seperti untuk keperluan ongkos pergi ke sekolah.
Manfaat yang diterima dari pengelolaan sampah
“Untuk makan dan untuk jajan. Anak ku sekolah, biasanya untuk ongkos anak sekolah juga,”
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Sebagai kepala rumah tangga tunggal yang telah lama ditinggal suami, hasil tabungan sampah memang sangat membantu Amna khususnya di saat
kondisi keuangannya sedang “kering”. Pekerjaannya yang tidak tetap membuat Amna sering mengalami kondisi keuangan yang sangat kurang. Sehingga untuk
membiayai ongkos anaknya ke sekolah-pun ia sangat sulit. Pada saat itulah, tabungan bank sampah menjadi sangat berguna baginya. Itu yang membuat
dirinya tidak malu lagi ketika harus mengumpulkan sampah. “Tiba-tiba pas kering kali, anak mau pergi sekolah ke SMA ngak ada
uang ya tabungan diambil. Namanya kita cari makan sendiri. Saya ini sudah jadi janda. Jadi saya ini kerjanya amburadul, ya nyuci, ya
kelaut, ya cari sampah. Namanya cari makan sendiri. Jadi semua dicari sendiri yang penting menghasilkan duit,”
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Universitas Sumatera Utara
Memang selama ini hasil tabungan sampah lebih banyak dipakai untuk menutupi kebutuhan pendidikan anak seperti ongkos sekolah dan juga uang jajan
anak. Namun begitupun, apabila tabungan sampah yang dimiliki oleh Amna sedikit berlebih hasilnya, maka terkadang hasilnya juga dapat dipergunakan
untuk menutupi kebutuhan belanja rumah tangga. Setidaknya, hasil dari tabungan sampah tersebut dapat membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya.
“Ia lah, biasanya untuk ongkos sekolah anak, untuk jajan dia di sekolah, itu lah yang pertama. Tapi kalau banyak penghasilannya
kayak misalnya udah dapat 30 ribu. Itu biasanya bisa dipakai untuk belanja beras satu kilo. Lumayan juga jadinya untuk ongkos anak
sekolah, beli cabe dan beli beras,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna
tanggal 14 Pebruari 2014
Selain dipergunakan untuk menutupi biaya kebutuhan pendidikan anak dan juga untuk menutupi kebutuhan keluarga, hasil tabungan sampah yang
dimiliki oleh Amna sebenarnya sengaja ia dikumpulkan untuk dapat membeli sampan yang dipergunakan mencari ikan dan mencari sampah di seputaran laut
belawan. Selama ini sampan yang dipakainya adalah sampan sewaan yang disewa sebesar Rp. 15.000,- perhari. Terkadang hasil melautnya dengan membawa
sampah juga belum tentu dapat menutupi biaya sewa kapal. Biasanya untuk dapat menutupi biaya sewa kapal, sampah-sampah yang sudah ada dikumpul dahulu
sampai dua atau tiga hari. Hal ini dilakukan agar jumlah tabungan yang dihasilkan bisa lebih banyak. Oleh karenanya Amna pernah menyarankan agar
adanya kredit sampan dengan model pembayaran menggunakan sampah. Tetapi hal tersebut belum bisa dilakukan, mengingat Bank Sampah SJM sangat terbatas
pada modal keuangan. “Itu lah, dikumpulkan uangnya, kalau udah banyak bisa beli sampan
dan dipergunakan untuk cari botot. Kalau minjam-minjam dan
Universitas Sumatera Utara
nyewa-nyewa itu-kan 15 ribu. Cari botot belum tentu satu hari 15 ribu, ya kan? Paling dia tiga kilo kumpul dulu, dua – tiga hari baru
bisa jual. Jadi agak banyak. Tapi kalau punya sampan sendirikan jadi istilahnya ngak pinjam-pinjam punya orang lain. Jadi bisa enak
carinya, sambil mancing cari ikan sambil cari botot,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna
tanggal 14 Pebruari 2014
Tentunya, hasil menabung sampah di Bank Sampah SJM kini sangat dirasakan manfaatnya oleh Amna. Manfaat yang paling dirasakan saat ini adalah
ketika sampah yang dianggap tidak mempunyai nilai kini sudah menjadi salah satu sumber ekonomi bagi dirinya. Tidak salah jika kemudian mencari sampah
menjadi satu mata pencarian Amna di luar menjadi nelayan dan buruh cuci. Dalam pandangannya saat ini sampah sudah menjadi uang yang sangat sayang
untuk dilewatkan. Tidak jarang, ia bahkan rela untuk mengutipi sampah yang ada diselokan dan parit-parit dekat rumahnya.
“Itu ajanya keuntungannya. Kalau ngumpulkan sampahkan ada keuntungannya. Sambil ke laut bisa dapat segoni, kumpul nanti udah
dua tiga hari kita jual, kan lumayan bisa dapat ongkos. Jadi ada manfaat yang menghasilkan uang. Manfaatnya besar lah ya kan,
namanya sampah. Jadi diparet-peret ada sampah ya dikumpulin. Jadi sampah-sampah yang tegeletak itu ibarat lihat uang. Jadi udah
memang jadi mata pencarian,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna
tanggal 14 Pebruari 2014
Tidak banyak memang jumlah rupiah yang bisa bisa diperoleh oleh Amna setiap kali menabung. Biasanya nominal rupiah yang masuk ke buku
tabungannya bekisar 10 sampai 15 ribu rupiah. Itupun tidak setiap hari dirinya menabung. Paling cepat seminggu sekali, tergantung seberapa sering dirinya
pergi ke laut. “Paling cuman 10 ribu dibawa pulang. Paling besar 15 ribu. Bukan
tiap hari. Jadi kalau lima goni belum tentu itu bisa bawa pulang 50 ribu, paling cuman 20 ribu. Jadi kalau kita takar, satu goni botol aqua
itu paling cuman satu kilo setengah,”
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Bagi Amna, karena sampah sudah dianggapnya memiliki nilai uang, maka secara tidak langsung kesadarannya akan kebersihan lingkungan dari sampah
menjadi terbangun. Khususnya jika melihat sampah-sampah plastik yang layak jual berserakan Amana akan langsung mengutip sama plastik tersebut.
Ya ada lah, ibaratnya sekarangkan plastik-plastik ini ajanya yang murah kali. Kalau barang-barang kayak gini
2
2
menunjukkan botol-botol plastik cup.
tegeletak ya udah tinggal ngutip aja la ya kan?
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Tidak hanya mencari sampah yang ada di laut, di jalan atau di selokan- selokan parit. Amna juga mengumpulkan sampah-sampah plastik dan sisa-sisa
botol sampo yang ada di rumahnya. Untuk sampah-sampah plastik dan botol- botol yang layak jual, Amna biasanya menyuruh anaknya secara langsung untuk
mengumpulkannya di goni yang telah didiapkan untuk ditabung. Karena itu sekarang, Amna mengakui dirinya sudah jarang membuang sampah di TPS yang
ada depan gang rumahnya. Sekarang, sampah-sampah yang dibuang ke TPS hanya tinggal sampah-sampah yang bersifat organik seperti sampah-sampah sisa
dapur. “Kumpul lah, jadi anak-anak juga saya suruh kumpul, tidak lagi
dibuang. Dia itukan udah berguna dan udah menjadi uang jadi tidak dibuang-buang lagi. Jadi biasanya kami kumpulkan digoni. Karena
kalau udah tau uang itu udah payah mau buangnya,” “Biasanya yang dibuang itu adalah sampah-sampah yang tidak bisa dijual.
Termasuk sisa-sisa sampah dapur. Kalau tidak dibuang ke depan, biasaya kami bakar. Sekarang udah bisa dikatakan sampah-sampahnya berkurang.
Paling tinggal sampah-sampah sayur-sayur itu ajakan,”
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Tidak berbeda dengan Amna, Supriadi juga mengatakan hal yang sama. Di mana ia sangat merasakan manfaat dari kegiatan mengelola sampah dengan
jenis tabungan sampah di Bank Sampah SJM ini. Hasil tabungan sampah Supriadi selama ini lebih banyak ia pergunakan untuk keperluan memperbaiki
sampan dan perlatan melautnya serta membantu mencukupi kebutuhan belanja rumah tangganya.
“Cukup terbantu lah bang, bisa beli ikan, beras, minyak makan dan juga jajan anak-anak,”
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Supriadi tanggal 14 Pebruari 2014
Karena sampah telah mempunyai nilai tukar rupiah yang menjanjikan dan dapat dijadikan tabungan. Maka sekarang, setiap pergi melaut untuk menangkap
ikan, Supriadi tetap membarenginya dengan mencari sampah-sampah yang ada di laut. Bagi Supriadi, kegiatan mengumpulkan sampah adalah kegiatan yang
menguntungkan. Sebab, selain mendapatkan uang, kegiatan mengumpulkan sampah juga dapat menjaga kelestarian lingkungan yang mencakup ekosistem
laut dan tanah. “Cukup menguntungkan. Selain dapat menghasilkan uang, kita juga
bisa ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Jadi sekarang sampah itu sudah punya nilai ekonomis. Makanya saya ke laut
sekarang sambil mencari sampah. Lumanya untuk bisa beli beras,”
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Supriadi tanggal 14 Pebruari 2014
Selain Supriadi, Aisiah juga merasakan manfaat dari menabung sampah. Menurut Aisiah selama ini sampah yang ia tabung dapat membantu untuk
menutupi biaya kebutuhan hidupnya sehari-hari. Terkadang hasil tabungannya
Universitas Sumatera Utara
juga dipakai untuk keperluan sekolah anaknya. Biasanya dipakai untuk membeli peralatan sekolah seperti pulpen, pinsil dan lain sebagainya.
“Kadang untuk jajan anak kalau pas nggak ada uang. Ya kadang kalau pas gas habis dan nggak ada uang, tabungan sampah bisa
dipakai untuk beli gas. Sukurnya tabungan itu bisa mencukupi. Bahkan kadang bisa bantu-bantu beli beras dan juga minyak goreng.
Itupun tabungan bank sampahnya dipakai saat situasi kepepet,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal
5 Juli 2014.
Begitupun, Aisiah mengatakan dirinya belum pernah memakai program simpan pinjam yang ditawarkan oleh Bank Sampah SJM. Meski kondisi ekonomi
keluarganya sering tidak stabil dan memaksa dirinya untuk menarik tabungan sampah. Namun sejauh ini tabungan sampah yang ia miliki masih bisa untuk
mengatasi keperluan belanja rumah tangga tanpa harus memakai program simpan pinjam.
“Belum pernah ikut simpan pinjam karena masih ada yang bisa dipakai. Tabungannya cukup. Jadi pakek punya sendiri dulu.
Biasanya sekali mengambil tabungan jumlah 20 tau 30 ribu,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal
5 Juli 2014.
Manfaat dari kegiatan menabung sampah ini sesungguhnya tidak hanya dirasakan oleh Aisiah, Amna dan Supriadi, tetapi juga dirasakan oleh Ratna yang
merupakan orang tua Surya. Ratna menceritakan, hasil tabungan sampah yang dimiliki oleh Surya pernah ia gunakan untuk membeli keperluan sekolah Surya.
Begitupun, Ratna mengaku ketika ingin mengambil hasil tabungan sampah tersebut, dirinya tetap harus minta persetuan ke Surya dengan perjanjian Ratna
akan mengganti uang yang ada di dalam tabungan itu kembali. “Ada semalam, tabungan itu saya ambil. Itu pun bilang ke dia untuk
mau ambil tabungan dan saya janji akan menggantinya. Saya belikan untuk tas sekolah dia. Karena memang keperluan sekolahnya,”
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26 Pebruari 2014.
Tidak hanya membeli tas sekolah Surya saja. Jumlah tabungan sebesar Rp. 100.000,- tersebut juga dipakai oleh Ratna untuk membeli sepatu dan pakaian
sekolah dan beberapa perlengkapan sekolah lainnya yang dianggap Ratna memang sudah layak untuk diganti. Meski demikian, Ratna mengatakan kalau
Surya sempat meresa keberatan uang tabungan sampahnya dipakai untuk membeli peralatan sekolahnya. Sehingga Ratna harus kembali berjanji agar dapat
menyakinkan Surya. “Hampir seratus ribu juga itu. Saya bisa belikan tas sekolahnya,
sepatunya dan beberapa perlengkapan sekolah lainnya. Dia udah minta ganti tas sekolahnya. Ku bilang kita pakek tabungan mu aja
ya? Terus dia bilang, nanti marah wak isur mak Tapi nanti mamak ganti ya? kata surya. Ia ku bilang. Tunggu izin dia baru aku ambil.
Memang sempat ngak dikasih dia mau ku diambil. Takut dia nggak ku ganti. Makanya aku harus menyakinkanya berulang kali,”
Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26 Pebruari 2014.
Ratna menganggap kekwatiran yang dilakukan Surya adalah sesuatu yang wajar. Sebab selama ini Surya menabung hasil usahanya mencari sampah semata-
mata agar dapat membeli sepeda baru yang memang sudah lama Surya impikan. Surya beralasan, jika sudah mempunyai sepeda, dirinya bisa mencari sampah
dengan menggunakan sepada barunya tersebut dan dapat membawa sampah lebih banyak lagi.
“Mak aku nanti beli sepeda ya kalau udah banyak tabungan ku ya mak. Ia ku bilang. Alasannya untuk cari botot, tapi takutnya nanti
cari bototnya kejauhan,” Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26
Pebruari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Meski setiap kali menabung sampah Surya bisa menabung uang sebesar Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 12.000,-. Namun usaha Surya untuk bisa
menghasilkan uang tabungan yang lebih banyak agar dapat membeli sepeda tidak-lah berhenti sampai di situ. Sebab selain mencari sampah di luar rumah,
Surya terkadang juga sering mencari kepiting di laut dan menjualnya di pinggiran jalan tol belawan. Alasan Surya sederhana, hanya untuk menambah uang
tabungannya di rumah yang kemudian ia gabungkan dengan uang tabungannya yang ada di Bank Sampah. Usaha penggabungan uang tabungan rumah ke Bank
Sampah SJM memang sengaja dilakukan Surya agar uangnya tidak terganggu dan terjaga dengan aman.
“Kadang bisa 10.000 rupiah, kadang bisa juga 12.000 rupiah. Kalau 12.000 an, biasanya 10.000 dia tabung dan 2000 nya untuk dia jajani.
Selain ngumpulin sampah, terkadang orang ini juga suka cari kepeting dan jual ke pinggir-pinggir pasar itu, untuk cari uang.
Alasannya untuk tambahan tabungan rumahnya. Kadang diambilnya tabungan di rumah, hasil penjualan kepiting kemudian
digabungkannya dengan tabungan sampahnya. Supaya jangan habis mak katanya,”
Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26 Pebruari 2014.
Berharganya sampah dan adanya keinginan untuk membeli suatu barang impian seperti sepeda membuat Surya sangat rajin untuk mengumpulin sampah.
Tidak hanya mengutipin sampah di luar, tetapi Surya juga rajin mengumpulin sampah-sampah plastik di rumahnya. Tidak jarang, plastik-plastik asoy yang
sudah dikumpuli oleh Ibunya juga ikut ditabungkan Surya ke Bank Sampah SJM. Namun kini menurut Ratna, atas kegiatannya itu Surya berubah menjadi seorang
yang sangat hemat dalam menggunakan uangnya. Hal itu menurut Ratna dapat dilihat dari masih utuhnya uang jajan di sekolah yang diberikan oleh Ratna.
Universitas Sumatera Utara
“Plastik-plastik yang saya kumpul habis bersih di jual dan diambilnya. Dari pada terbuang katanya. Dia yang semangat kali.
Laku mak sampah plastik. Karena itu saya lihat dia sekarang berubah jadi hemat. Apa mungkin karena udah tau rasanya capek mencari
makanya dia jadi hemat kayak gini. Kadang pun ke sekolah dikasih jajan dua ribu nggak habis. Jadi saya bingung dia sekolah dia jajan
apa?” Hasil wawancara dengan orang tua Surya, Ratna Dewi tanggal 26
Pebruari 2014.
Begitupun, sejauh ini pengelolaan sampah yang dirasakan manfaatnya oleh para nasabah Bank Sampah SJM, masihlah berbentuk tabungan sampah.
Itupun sampah-sampah yang bisa mereka tabung masih sebatas sampah-sampah yang bersifat anorganik. Sedangkan untuk sampah-sampah organik mereka masih
tetap harus membuangnya ke Tempat Pembuangan Sampah sementara TPS yang berada di lorong dekat gang rumah mereka.
c Pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah
Pendidikan dan pelatihan mengelola sampah anorganik yang diberikan oleh pengurus Bank Sampah SJM kepada para nasabah belumlah berjalan secara
maksimal. Sebab dalam banyak hal, para nasabah cenderung tidak terlalu peduli dengan kegiatan pelatihan berupa keterampilan dalam mengelola sampah. Sebab
para nasabah Bank Sampah SMJ kebanyakan adalah pekerja harian lepas yang pendapatannya ditentukan berdasarkan apa yang ia kerjakan pada hari tersebut.
Hal tersebut diakui langsung oleh Amna. Bagi Amna kegiatannya bekerja mencari makan sehari-hari membuatnya tidak memiliki waktu luang untuk
mengikuti pelatihan dan pendidikan pengelolaan sampah. “Ada lah. Dari orang ini lah pengurus Bank Sampah. Kegiatan
bikin-bikin tas, bikin apalah. Tapi awak tidak bisa mengikutin, karena kegiatan mencari makan sendiripun kadang tidak terikutin.
Jadi saya ngak ada waktu luang. Awakkan cari makan sendiri, jadi mana bisa. Paling ikut-ikut gitu aja-lah,”
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Karena tidak pernah mengikuti pelatihan pengelolaan sampah plastik menjadi barang-barang berguna, Amna-pun tidak pernah memperaktekkan hasil
pengelolaan sampah tersebut. Baginya masa depan anak adalah yang utama karena itu ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan sekolah
anak-anaknya. Olehkarenanya, Amna hanya melakukan kegiatan mencari dan mengumpuli sampah untuk ditabung di Bank Sampah SJM.
“Ia, tetapi kalau untuk kegiatan mencari dan mengumpulin sampah itu tetap saya lakukan. Kadang kalau pas lagi di jalan, ketemu dan
melihat ada sampah-sampah yang berharga ya dikutip dan dikumpulkan. Biasanya setiap kali pulang dari menyuci tempat
orang,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna
tanggal 14 Pebruari 2014
Begitupun, Amna menilai para pengurus Bank Sampah SJM sudah bekerja dengan maksimal dan tetap memberikan motivasi terhadap dirinya dan
nasabah Bank Sampah SJM yang lain untuk dapat terus menabung. Memang terkadang menurut Amna hal tersebut sedikit memaksa tetapi sekali lagi,
menurutnya itu adalah bagian dari usaha para pengurus Bank Sampah SJM agar masyarakat sekitar memiliki tabungan untuk keperluan sehari-hari.
Mereka ini bagus. Kalau bisa jangan sampai habis nabung lagi. Itu dorongan orang ini. Ibaratnya ada tabungan, adalah 100 ribu, kalau
bisa jangan diambil semua. Istilahnya, mestik adalah menabung. Jangan sampai tidak ada yang ditabung.
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna tanggal 14 Pebruari 2014
Atas motivasi dan semangat untuk terus menabung yang diberikan oleh pengurus bank sampah kepada nasabah membuat mereka merasa lebih aman
ketika menghadapi kebutuhan hidup yang terkadang datang serba mendadak.
Universitas Sumatera Utara
“Ya, bagus lah. Jadi kalau ada apa-apa kita punya tabungan. Walau sedikitkan, tapi tiba-tiba kepepet nggak ada ongkos sekolah, ya bisa
lagi ditarik. Ibaratnya celengan ya kan, ngak ada kali uang diambil, ha ha ha ha… Tapi ngak dihabiskan, namanya cari uang sendiri. Jadi
sering kepepet ya kan? Kalau ada yang bantu enak juga,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna
tanggal 14 Pebruari 2014
Berbeda dengan Amna, Aisiah mengaku dirinya pernah mengikuti pelatihan pengelolaan sampah yang diadakan oleh Bank Sampah SJM. Pelatihan
yang pernah ia ikutin adalah pelatihan pengelolaan sampah anorganik untuk menjadi aksesoris yang bisa dipakai.
“Pernah ikutin pelatihan kerajinan tangan dari sampah. Buat-buat bunga, broses, tas dan dompet. Pernah juga saya coba-coba di rumah.
Bahkan kemarin saya ikut pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga untuk menjadi kompos. Dan sekarang komposnya udah
berhasil dibuat dan dicoba untuk tanaman di belakang rumah,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal
5 Juli 2014.
Aisiah menceritakan, ia ingin mengikuti kegiatan pelatihan pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh Bank Sampah SJM karena ia memiliki waktu
luang. Sehingga memudahkan dirinya untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
“Ia, dari pada duduk-duduk di rumah bagus ikut pelatihan, kan lumanya bisa nambah-nambah pengetahuan dan keterampilan. Dulu
waktu ikut pelatihan di PTP2WKSS saya udah berhasil buat kompos dan komposnya juga berhasil menumbuhkan semangka yang saya
tanam,” Hasil wawancara dengan nabah Bank Sampah SJM, Aisiah tanggal
5 Juli 2014.
Berbeda dengan Aisiah. Supriadi mengalami hal yang sama dengan Amna. Di mana menurutnya, kesibukan bekerja untuk memenuhi biaya
kebutuhan belanja rumah tangga dan pendidikan sekolah anak membuat dirinya
Universitas Sumatera Utara
tidak pernah mengikuti pelatihan dan pendidikan pengelolaan sampah plastik untuk dijadikan aksesoris dan lain sebagainya.
“Belum pernah ikut pelatihan sampah. Istri-pun juga gitu, karena kami memang sibuk mencari uang. Jadi nggak sempat ikutin
kegiatan yang kayak gitu,”
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Supriadi tanggal 14 Pebruari 2014
Meski demikian, Supriadi mengatakan sejak adanya Bank Sampah SJM dirinya sudah mulai membiasakan untuk memilah-milah sampah. Mana sampah
yang bisa ditabung dan mana sampah yang akan dibuang ke TPS. Sampah- sampah yang untuk ditabung juga dipisahkan Supriadi berdasarkan jenis
sampahnya. Ia juga menyiapkan goni-goni khusus untuk tempat sampah yang akan ditabung.
“Sekarang udah jarang membuang sampah ke depan. Paling sampah- sampah sayur sisa makanan. Kalau sampah-sampah yang bisa
ditabung sudah kita pisah. Plastik dengan plastik, botol kaca dengan botol kaca, karet dengan karet,”
Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Supriadi tanggal 14 Pebruari 2014
Apa yang dilakukan oleh Supriadi dalam memilah sampah juga dilakukan oleh Amna. Amna mengaku sejak menjadi nasabah Bank Sampah SJM dirinya
sudah mulai rajin untuk memilah sampah-sampah yang ada, baik sampah yang ada di rumah atau sampah yang didapatkan dari hasil pencarian di laut dan di
jalan. “Kalau memang ada tempatnya biasanya dipilah. Pas ada aqua ya
disatukan ke aqua. Jadi kadang dipilah, kadang juga langsung di antar ke Bank Sampah. Tapi lebih sering saya pilah di rumah. Karena
biasanyakan disatukan dulu sampai banyak sebelum di jual,” Hasil wawancara dengan nasabah Bank Sampah SJM, Amna
tanggal 14 Pebruari 2014
Universitas Sumatera Utara
Dari data di atas tampak apa yang dikatakan oleh pengurus Bank Sampah SJM pada analisis data sebelumnya memang menjadi kebenaran. Di mana para
nasabah tidak ada yang berminat untuk mengikuti pelatihan yang pernah dibuat oleh pengurus Bank Sampah SJM. Hal tersebut disebabkan oleh kesibukan para
nasabah mencari nafkah untuk keluarga. Sehingga jika dilakukan pelatihan secara khsusus maka akan mengganggu aktifitas mereka dalam mencari nafkah.
Kendala dalam melaksanakan pelatihan dan pendidikan pengelolaan sampah juga tidak hanya dipengaruhi oleh kesibukan para nasabah Bank Sampah
SJM dalam mencari nafkah. Tetapi juga dipengaruhi oleh keterbatasan dana dan anggaran yang dimiliki oleh pengurus Bank Sampah SJM. Setidaknya dana yang
diperlukan seperti menyediakan keu dan makan-makan ringan serta biaya oprasional untuk narasumber. Namun yang paling utama dibutuhkan dana untuk
uang saku para peserta. Hal itu diperlukan sebab untuk dapat mendatangkan banyak nasabah bank sampah maka pengurus harus bersedia memberikan mereka
uang sebagai bentuk dari ganti rugi karena penghasilan nasabah yang selama mengikuti pelatihan tidaklah bekerja.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian